• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menyelami Makna Toleransi dari Buku-buku Buya Husein Muhammad

Dengan penerimaan ini, kita jadi bisa lebih menghormati, empati dan menghargai perbedaan di lingkungan kita. Entah itu beda agama, suku, budaya, tradisi dan yang lainnya

Revalina Setyaningrum Revalina Setyaningrum
22/11/2023
in Publik
0
Buya Husein

Buya Husein

711
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dr. (Hc) KH. Husein Muhammad atau yang akrab disapa dengan Buya Husein, adalah ulama perempuan Indonesia yang lahir di Cirebon pada tanggal 9 Mei 1953.

Selain aktif mengampanyekan pesan-pesan kesetaraan gender dalam Islam, gagasan beliau tentang toleransi juga sangat keren dan banyak dikutif oleh para aktivis keberagaman. Salah satu buku beliau yang pupuler adalah buku yang berjudul “Toleransi Islam, Hidup Damai dalam Masyarakat Plural”.

Dalam buku tersebut, Buya Husein Muhammad mengartikan toleransi (tasamuh) sebagai suatu sikap mental dan cara bertindak yang tidak memaksakan kehendak terhadap orang yang tidak sejalan dengan keyakinan dan pemikiran dirinya.

Dalam taraf yang lebih tinggi, toleransi adalah sikap menghargai dan menyambut liyan (Al -Akhar), dengan hangat meskipun berbeda dengan dirinya.

Gagasan ini menurut saya sangat penting untuk dipraktikkan, sebab perbedaan dan keberagaman itu merupakan fitrah manusia. Di mana di Indonesia sendiri, latar belakang masyarakatnya sangat beragam, mulai dari suku, budaya, tradisi, agama dan adat, semuanya berbeda.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menimbang Ulang Makna Fitnah: Tubuh Perempuan Bukan Sumber Keburukan

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Ulasan Crime and Punishment: Kritik terhadap Keangkuhan Intelektual

Untuk itu, sebagai masyarakat plural, bertoleransi pada orang yang berbeda itu sangatlah penting. Sebab hanya dengan sikap itu lah, kita bisa mewujudkan kehidupan yang damai dan setara.

Selain itu, saya juga menyelami makna toleransi ala Buya Husein melalui bukunya yang lain, yaitu buku “Islam Tradisional yang terus Bergerak”.

Pluralisme bukan menyamakan agama

Dalam Ada “Islam Tradisional yang terus Bergerak” beliau menyampaikan bahwa ada sebagian orang yang menganggap bahwa mengakui pluralisme, toleransi (tasamuh), dan dialog antar agama sama artinya dengan mengakui kebenaran agama lain.

Sebagian orang memaknai pluralisme dimaknai sebagai menyamakan semua agama atau bahkan sama dengan sinkretisme (mencampuradukkan keyakinan agama.

Padahal menurut Buya Husein, pandangan ini tentu kita tolak bukan hanya oleh Islam, tetapi juga oleh pemeluk semua agama. Sikap Islam dalam hal ini adalah jelas, Agamamu adalah agamamu dan agamaku adalah agamaku.

Pengakuan atas pluralisme, toleransi, dan dialog antar agama sesungguhnya hanya berarti mengakui fakta dan realitas adanya agama-agama yang dipeluk oleh umat manusia.

Pengakuan atas pluralisme dan toleransi antar umat beragama adalah penghargaan kepada pemeluk agama untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. Jadi dengan pandangans seperti ini, kita enggak boleh lagi tuh mengkafir-kafirkan atau menganggap orang yang beda keyakinan dengan kita sebagai kelompok sesat.

Melindungi Semua Manusia

Sebab, Tuhan-lah yang membuat agama-agama itu eksis, hidup, dan tuhan pula yang melindungi tempat-tempat peribadatan mereka. Hal ini tergambar dalam firman Allah QS. Al Hajj ayat 40 yang berbunyi:

وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَٰتٌ وَمَسَٰجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا ٱسْمُ ٱللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ [٤٠]

Artinya: “Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain. Tentulah telah roboh biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak menyebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hajj [22]:40).

Ayat ini sesungguhnya adalah pernyataan bahwa Allah melindungi tempat-tempat ibadah, supaya agama-agama tersebut tetap eksis.

Oleh karena itu, melalui uraian di atas menguatkan saya bahwa toleransi itu tidak sama dengan mencampuradukan agama-agama. Tetapi justru toleransi adalah menghormati dan menerima keberadaan agama yang orang lain peluk.

Dengan penerimaan ini, kita jadi bisa lebih menghormati, empati dan menghargai perbedaan di lingkungan kita. Entah itu beda agama, suku, budaya, tradisi dan yang lainnya. []

Tags: bukuBuya Husein MuhammadmaknaMenyelamitoleransi
Revalina Setyaningrum

Revalina Setyaningrum

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia, ISIF Cirebon

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID