Mubadalah.id – Tahun 2023 sudah hampir usai, sudah banyak yang kita lalui dan kita jalani. Dari hal yang membuat kita bahagia, sedih, kesal, maupun marah. Menjelang pergantian tahun 2024 ini, ada banyak sekali hal yang bisa kita refleksikan di tahun 2023 yang membuat kita sedih dan miris adalah masih tingginya kasus kekerasan seksual yang terjadi kepada para pelajar kita.
Merujuk data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA), dalam periode 1 Januari – 27 September 2023 tercatat ada sebanyak 19.593 kasus kekerasan yang tercatat di seluruh Indonesia.
Dari jumlah tersebut, terdapat 7.451 korban kekerasan seksual yang berusia 13-17 tahun, lalu sebanyak 2.437 korban di usia 18-24 yang mengalami kekerasan seksual ini.
Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa banyak para korban kekerasan adalah di kalangan para pelajar. Posisi mereka hingga saat ini masih rentan menjadi korban kekerasan.
Bahkan belum lama ini, tepat pada 16 Desember 2023 lalu, seperti dalam laporan detik.com, ada sebuah kasus kekerasan seksual yang terjadi di Lembursitu Kota Sukabumi Jawa Barat.
Kasus kekerasan seksual tersebut menimpa seorang pelajar perempuan kelas 3 SMA. Ia mengalami pencabulan oleh temannya. Namun sebelum melakukan pencabulan, temannya tersebut terlebih dahulu ia dicekoki minuman keras.
Kasus tersebut menurut saya adalah bagian kecil beberapa kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Banyak para pelajar kita yang menjadi korban kekerasan. Bahkan tidak sedikit hingga meninggal dunia.
Dengan banyaknya kasus kekerasan kepada para pelajar, terutama perempuan, maka ruang pendidikan maupun publik kita masih belum aman. Masih banyak para pelaku kekerasan yang berkeliaran, yang bebas memangsa para korban.
Faktor Mempengaruhi
Mengutip dari sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenapa orang-orang dengan mudah melakukan kekerasan seksual:
Pertama, faktor keluarga, dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa anak dari keluarga broken home atau orang tuanya yang sudah bercerai rentan mengalami kekerasan seksual.
Karena dalam keluarganya dia tidak memiliki tempat untuk berkeluh kesah, tidak bisa mengontrol emosinya, dan akhirnya mencari orang yang membuat dia nyaman. Itu biasanya yang menyebabkan orang jahat memanfaatkan anak tersebut.
Selain itu, karena ekonomi keluarga yang tidak stabil akibat perceraian tersebut akan membuat anak tidak betah di rumah dan akan muncul rasa kebencian terhadap orang tua.
Kedua, faktor lingkungan, faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku tidak wajar.
Faktor lingkungan ini yang akan mencetak pribadi anak-anak, walaupun orang tua sudah mendidik anaknya dengan baik, tetapi kalau lingkungan sekitar yang masih buruk itu akan mempengaruhinya juga.
Oleh sebab itu, jika para pelajar menjadi korban kekerasan, menurutku yang perlu mereka lakukan adalah dengan cara speak up atau melaporkan kasusnya ke pihak yang berwajib.
Namun, selain melaporkan kasusnya, ada beberapa langkah untuk mencegah agar kekerasan seksual tidak terjadi menimpa para pelajar kita.
Empat Langkah Mencegah Kekerasan Seksual
Berikut empat langkah yang bisa dilakukan seperti yang aku kutip dalam dalam website klikdokter.com.
Pertama, memberikan pendidikan seksual. Penting bagi orang tua untuk memberikan pendidikan seksual pada anak sejak dini. Tujuannya adalah agar anak memahami batasan-batasan privasi mengenai tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain.
Pendidikan seks pada anak juga diperlukan agar anak bisa memahami dampak yang terjadi jika ia melewati batasan-batasan tersebut.
Kedua, ajari dan berikan contoh. Cara pencegahan pelecehan seksual selanjutnya, yaitu dengan mengajari dan memberikan contoh kepada anak mengenai perilaku yang baik terhadap orang lain.
Orang tua bisa mengajarkan anaknya untuk selalu berempati dan peduli terhadap perasaan orang lain. Tanamkan pula kepadanya untuk selalu menghormati perbedaan. Ajak anak untuk menghormati teman dengan jenis kelamin, agama, etnis, maupun latar belakang ekonomi yang berbeda.
Tujuannya dengan memberikan contoh adalah agar anak memiliki interaksi positif dengan orang lain. Termasuk mampu mengekspresikan emosinya secara efektif, dan memiliki hubungan baik dengan siapa pun.
Ketiga, pastikan anak mendapatkan kesejahteraan emosional. Pola asuh orang tua berperan penting dalam cara anak mengelola emosi dan perilakunya. Karena itu, dukung kesehatan mental anak dengan memenuhi kesejahteraan emosinya secara positif.
Keempat, pantau lingkungan sekitar anak. Orang tua perlu memantau lingkungan di sekitar anak. Lingkungan pertemanan bisa memengaruhi perilaku, bahasa, dan perkembangan anak.
Umumnya, anak akan mencontoh hal-hal yang dilakukan orang di sekitar mereka. Anak juga memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba hal baru.
Karena itu, agar anak tidak menjadi pelaku pelecehan seksual, pastikan anak berada di lingkungan yang positif. Bahkan orang tua juga dapat bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mengidentifikasi pelecehan dan meresponnya secara tepat. Bahkan orang tua dapat minta pihak sekolah untuk melindungi siswa dari pelecehan seksual.
Dengan empat langkah di atas harapannya agar tidak ada lagi kasus kekerasan yang terjadi di sekolahan. Sehingga para pelajar kita dapat terlindungi dari berbagai kekerasan. []