Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya!
Ilmu adalah buruan, sedangkan tulisan adalah pengikat.
Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
Adalah sebuah kebodohan jika engkau berburu kijang
Lalu kau biarkan dia lepas pergi dengan hewan lainnya
(Imam Syafii, Diwan Syafii h 103)
Berpikir, berbicara, menulis dan membaca merupakan aktivitas khas manusia. Seorang manusia terlihat pemikirannya dari berbicara dan menulis. Terkadang ada orang yang lebih mudah menuangkan pemikirannya dengan berbicara, ada juga yang lebih nyaman dengan tulisan. Keduanya merupakan hal yang sangat signifikan dalam perkembangan ilmu.
Ilmu merupakan kumpulan berbagai pengetahuan tentang suatu bidang yang memiliki metode tertentu dan tersusun secara sistematis. Dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa memiliki peradaban yang maju seperti saat ini. Tulisan shortcourse hari ketiga ini lebih banyak menyajikan ilmu dalam bentuk manuskrip, buku bahkan berbagai aplikasi software yang mempermudah para peneliti kajian Islam dalam memperkaya pemikirannya untuk bisa berkontribusi dengan optimal.
Halah….awal tulisan ini serius bingit yaak pokoknya hari ini, saya berkunjung ke 4 tempat yang sangat menarik. Selanjutnya kuliah di Al-Hikmah MIU tentang Islamic Epistimological Principles dengan narasumber Dr. Musavi & Dr. Savadi. Mulai dari jam 8 pagi dan kembali ke asrama jam 12 malam, karena saya hang out di malam Jumat dengan sebuah keluarga asal Indonesia yang sudah 24 tahun tinggal di Iran. Malam jumat bagi penduduk Iran seperti malam minggu di Indonesia. Penasaran kan? Pokoknya stay tune oke!
Pagi ini saya tidak memakai cador karena menggunakan sweater merah yang cukup tebal. Selain juga hari ketiga sudah mulai bisa beradaptasi. Agenda pertama hari ini kami akan mengunjungi perpustakaan Mar’ashi Najafi di kota Qom.
Perpustakaan ini awalnya merupakan perpustakaan pribadi Ayatullah Mar’ashi Najafi yang didirikan pada tahun 1963. Mulai pada tahun 1997 perpustaakaan ini didanai oleh pemerintah. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan terbesar ketiga di Iran setelah perpustakaan Astan Quds Razavi dan perpustakaan Parliament.
Saat memasuki perpustakaan, di pintu masuk sebelah kiri terdapat pusara Ayatullah Mar’ashi Najafi. Sebetulnya keluarga dan masyarakat Qom ingin menguburkan beliau di Harom Fatimah Maksumah. Tetapi perkataan beliau sendiri yang ingin agar di kuburkan di pintu masuk perpustakaan, supaya langkah peneliti ilmu keislaman ada di samping pusaranya.
Sebelum memasuki perpustakaan, saya berhenti sejenak di pusara Ayatullah Mar’ashi Najafi mengirimkan al-fatihah dan doa untuknya. Semoga langkah beliau mencerahkan ummat dengan mengumpulkan berbagai buku yang sangat penting dan jarang, mendapatkan pahala dari Allah dan bisa diteladani oleh kita semua. Untuk mengumpulkan buku dengan membelinya atau menuliskan ulang beliau rela mengorbankan hartanya bahkan hanya untuk satu buku bisa jadi dia terus berpuasa memohon petunjuk Allah.
Ribuan buku yang ada dalam perpustakaan ini hampir semuanya manuskrip dan buku kuno yang merupakan tulisan tangan. Tidak kurang 30 jenis bahasa yang digunakan dalam koleksi buku yang ada. Mulai dari bahasa Arab, Urdu, Turki, Persia dan lain-lain dengan bentuk tulisan dan jenis aksara yang beragam. Beberapa buku tulisan tangan para filosof muslim ada di sini seperti tulisan Ibnu Sina dan Al-Ghazali.
Melihat banyak manuskrip dan buku kuno tersebut, saya teringat dengan pemaparan materi filologi yang disampaikan oleh pak Mahrus el Ma’wa saat shortcourse Etnografi di kampung Adat Osing Banyuwangi ahir 2018 lalu. Kajian filologi sangat menarik hati saya saat itu. Sehingga kita bisa tahu kapan buku itu ditulis, dari jenis kertas apa yang dipakai. Bahkan sebuah buku kuno bisa bicara banyak tentang sejarah dirinya dan sejarah kesadaran sebuah bangsa.
Manuskrip dan buku-buku kuno tersebut hanya bisa kami lihat di dalam etalase dan kami dilarang untuk mengabadikannya. Hal ini dimaksudkan agar buku-buku tersebut bisa tetap bertahan dan tetap bisa dipelajari oleh banyak orang.
Setelah mendapatkan penjelasan dari petugas perpustakaan di ruang penyimpanan manuskrip dan buku kuno, kami diajak berkeliling menuju pusat perawatan manuskrip dan buku-buku kuno yang rusak seperti rumah sakit buku. Ruangannya terasa memakai pendingin.
Tindakan pertama yang dilakukan untuk memperbaiki buku kuno adalah dengan memasukannya ke dalam lemari khusus selama 48 jam. Diberikan zat kimia tertentu berupa gas sehingga seluruh kutu buku, jamur dan hal yang mengganggu lainnya akan lepas dari buku.
Selanjutnya perbaikan buku akan mulai dilakukan. Pertama kali dengan menggunakan kertas yang sejenis dengan buku tersebut. Kalau pun tidak ada yang sama, paling tidak yang paling mendekati. Ini berlaku untuk cover buku maupun isinya.
Prosesnya saya lihat begitu detail dan menyita waktu dan kesabaran. Ada beberapa alat yang dipergunakan. Kesimpulannya, saya sangat salut ada ilmu yang khusus mempelajari hal ini dan ada pula orang yang mau bekerja di wilayah teknis yang sunyi seperti ini.
Setelah itu kami diajak ke pusat digitalisasi berbagai mansukrip dan buku dan percetakan buku kontemporer. Tak terasa waktu satu jam setengah berlalu, kini kami akan mengunjungi Computer Research Centre of Islamic Sciences (CRCIS) Noor.
Kami diterima di aula CRCIS dan mendengarkan pemaparan lembaga ini. CRCIS didirikan tahun 1989. Berbagai aktivitas ada dalam lembaga ini seperti mengembangkan program software dan aplikasi, menyiapkan konten analisis, penelitian terkait IT, membangun dan mengelola website dan lain-lain.
Noor Digital Library merupakan program komputer yang komprehensif dengan berbagai teknologi yang menyediakan berbagai hal yang mendukung para peneliti dengan memanfaatkan teknoloi informasi dan komunikasi.
Kami diperkenalkan dan didemonstrasikan aplikasi Jami al-Tafsir Noor generasi ke 3 setelah melalui pengembangan selama hampir 20 tahun. Dalam aplikasi ini terdapat kumpulan berbagai kitab tafsir baik berasal dari Sunni maupun Syi’ah. Dengan mengetik kata kunci yang dicari, maka apa yang diminta akan keluar.
Selain berisi kumpulan kitab tafsir, aplikasi ini berisi terjemah Al-Qur’an dengan lebih dari 100 bahasa dunia. Kita juga bisa mendengarkan audio AlQur’an dengan qori yang sesuai dengan yang kita pilih. Selain juga terdapat video ilustrasi surat yang sedang kita putar. Produk ini sangat berguna bagi kami yang mengkaji Studi Islam secara akademis, maupun sebagai bekal apabila hendak memberikan kajian-kajian keislaman.
Saya dan hampir semua peserta membeli produk berbagai aplikasi yang akan kami jadikan oleh-oleh dan sumber referensi dengan harga yang cukup terjangkau.
Pukul 12 siang kami sudah kembali ke al-Hikmah MIU untuk melakukan shalat duhur, makan siang dan istirahat.
Sejatinya kuliah akan dilaksanakan pukul 15.00, namun sejak jam 13.30 kami dikunjungi oleh unsur Pemerintah Iran yang mengajak kami berkenalan dan menjelaskan 3 kebijakan negara terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di Iran apakah di Hauzah ataupun di Kampus.
Tiga kebijakan itu: 1) Setiap lembaga pendidikan harus memiliki kajian perbandingan dan tidak boleh tertutup. Sumber kajian dari Syiah dan Sunni harus ada. 2) Dialog antar agama, karena di Iran tidak hanya terdapat muslim Syi’ah yang mayoritas serta Sunni yang minoritas, di Iran pun terdapat penganut agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha bahkan penganut Zoroaster. 3) Menempatkan Rasionalisme dalam setiap kajian dan kebijakan.
Setelah kunjungan ini, kami kembali memulai kelas dengan tema Islamic Epistimological Principles dengan narasumber Dr. Musavi & Dr Savadi. Namun diskusi yang dibahas tidak sesuai dengan tema awal, karena dalam diskusi yang melebar malah lebih banyak berbicara tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Untuk kali ini saya tidak akan mengulasnya hanya akan menampilkan video pendek dari dua narasumber kuliah kami ini.
Kuliah berahir pukul 16.30 dan kami langsung mengunjungi Allamah Ayatullah Najmudin Tabarsi di kediaman beliau dan melangsungkan shalat berjamaah Maghrib dengannya. Kami semua mendapatkan ceramah yang sangat menyentuh jiwa khususnya bagi saya. Beberapa kisah hikmah disampaikan olehnya. Tanpa terasa air mata saya menetes dan begitu terharu hingga ahir pembicaraan.
Saat pulang kami diberikan buku tentang Salaf dan Salafiyon yang hari ini bermetamorfosa menjadi kaum Takfiri. Saat saya memandang orang yang membagikan buku tersebut saya langsung beristighfar karena ketampanannya hehehe.. Hadeuuh ternyata laki-laki pun bisa jadi fitnah buat perempuan. Astaghfirullah semoga Allah mengampuni saya.
Pukul 19.00 kami menuju Mesjid Jamkaran. Mesjid ini dibangun pada tahun 4 H. Setelah kematian Jendral Soleimani 3 Januari 2020 silam, bendera merah dipasang untuk pertama kali di kubah mesjid ini. Ini sebagai simbol perlawanan masyarakat Iran yang ingin menuntut balas.
Imam kedua belas yaitu Imam Zaman as dihubungkan dengan mesjid Jamkaran. Imam memerintahkan seseorang yang bernama Abul Hasan salah seorang ulama Qom untuk membangun mesjid ini. Kelak disinilah Imam Mahdi konon akan kembali hadir.
Saya melakukan shalat Tahiyatul Masjid dengan amalan-amalan yang diberikan oleh Hujjatul Islam wa Muslimin Barati yang sudah seharian ini melayani dan mendampingi kami. Di sinilah saya membeli beberapa cinderamata untuk dibawa pulang ke tanah air. Saat hendak memasuki mobil untuk kembali ke Al-Hikmah MIU seorang anak laki-laki atas perintah ibunya memberikan sebuah jeruk kepada saya.
Sampai di Al-Hikmah MIU saya langsung diajak hang out untuk mencari oleh-oleh dan mencicipi es krim Iran yang sejak dari awal memang membuat saya penasaran. Es krim di Iran rasanya seperti gelato yang saat ini sedang nge-hit di kota-kota besar di Indonesia. Hanya saja rasa susunya lebih terasa. Bila dikurskan rupiah, harganya setengah harga gelato yang saya beli di Indonesia.
Pusat-pusat perbelanjaan masih ramai pada malam jumat ini karena memang besoknya libur. Saya menyaksikan keluarga-keluarga kecil menghabiskan malam di cafe tempat saya nongkrong. Saya ditemani oleh kak Umi beserta putranya yang berusia 19 tahun. Saya berbincang dengannya untuk mengetahui bagaimana pergaulan remaja di Iran.
Ternyata dari berbagai pertanyaan yang saya ajukan terutama terkait K-POP dan demam Korea yang melanda banyak remaja Indonesia, tidak diketahui oleh remaja Iran. Di antara group musik yang dikenal ternyata hanya Eminem, grup rapper dari Amerika yang sudah lawas.
Ini menunjukan bahwa remaja Iran hususnya yang saya ajak ngobrol ini steril dari hal-hal yang memang kurang berguna. Padahal menurut ibunya, anaknya yang kedua ini termasuk remaja yang cukup gaul. Kebayangkan yang enggaknya kayak gimana?.
Saya juga bertanya tentang bioskop di Iran. Film yang ditayangkan lebih banyak film yang bisa dinikmati oleh seluruh anggota keluarga, karena pemerintah begitu mengontrol pembuatan dan penayangan film di sini.
Oke itulah catatan harian untuk hari ini. Semoga berbagai informasi dan pengetahuan yang saya dapatkan bisa terikat kuat dalam ingatan. Catatan ini adalah upaya melawan lupa dan semoga bisa bermanfaat juga bagi yang mau membacanya. Terimakasih sudah menyimak. Pukul 12 malam saya baru sampai asrama. Besok pagi jam 6.00 saya akan menuju kota Isfahan…kota yang sangat indah. (bersambung)