• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Apa yang Kita Dapatkan dari Pemilu?

Pada akhirnya, momen pemilu ini menjadikan peluang-peluang belajar politik semakin terbuka lebar

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
26/02/2024
in Publik
0
Pemilu

Pemilu

657
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 telah usai. Meskipun quick count, telah menunjukkan hasil pemenang sementara, Komisi Penyelenggara Pemilu (KPU) masih terus berproses melakukan penghitungan suara.

Jika merujuk pada hasil quick count, sepertinya Pemilu tahun ini hanya berlangsung satu putaran saja. Tentu ini menjadi kabar yang kurang baik. Saya sendiri bukan pendukung salah satu paslon. Melainkan hanya pemilih yang berusaha menyalurkan hak suara saya daripada disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sebagai kaki tangan Bawaslu di level paling bawah, tentu kabar pemilu satu putaran ini kurang menguntungkan. Begitu pula bagi sebagian kawan KPPS lainnya. Momen Pemilu memang telah membuka lowongan pekerjaan hingga masyarakat akar rumput. Perekonomian masyarakat sedikit banyak telah terbantu dengan adanya perhelatan Pemilu ini.

Namun, bagi para elit politik dengan hasil quick count yang cukup lumayan, satu putaran tentu lebih menguntungkan. Mereka tidak perlu bagi-bagi “kue” lagi untuk menggaet simpati masyarakat. Kampanye yang cukup menguras tenaga dan kantong pun dapat diminimalisir.

Tapi, menurut saya ada hal lain yang lebih menarik dari itu semua. Pemilu bukan hanya soal kontestasi antar paslon dan para pendukungnya. Pemilu juga bukan hanya soal siapa yang menang dan siapa yang kalah. Meskipun hal tersebut juga cukup penting bagi masa depan Indonesia.

Baca Juga:

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Meningkatkan Kesadaran Berpolitik

Berbicara soal politik bagi saya merupakan perbincangan yang cukup berat. Dan saya yakin bahwa ribuan orang di luar sana juga berpikir demikian. Sehingga hal tersebut membuat sebagian orang menjaga jarak dengannya.

Mungkin mereka merasa muak dengan permainan politik para elit yang memegang kekuasaan. Entahlah, saya hanya menduga-duga. Tapi realitas politik pada level bawah (sebut saja desa) di daerah saya menunjukkan demikian.

Entah sejak kapan, ihwal politik identik dengan stigma negatif, picik, haus materi dan lain-lain. Pasalnya, memang dengan kekuasaan, setiap orang memiliki otoritas yang seolah-olah mampu melakukan segalanya, termasuk korupsi sekalipun. Tidak mengherankan jika dunia politik menawarkan banyak iming-iming yang saling diperebutkan oleh para elitis.

Akan tetapi saya sendiri mulai sadar bahwa politik tidak sepenuhnya “kotor” (jika orang-orang di dalamnya memegang erat falsafah Pancasila, sih). Saya juga mempertanyakan sampai kapan kita mau menutup diri dan apatis terhadap dunia politik.

Mengetahui seluk-beluk politik bukan berarti kita harus terjun di dalamnya. Sekedar tahu saja, menurut saya telah menggunggurkan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggungjawab terhadap negaranya.

Bagaimanapun juga segala kebijakan baik di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, maupun kesehatan tidak terlepas dari percaturan politik pada masing-masing negara. Politik dengan beragam iklimnya turut mempengaruhi kebijakan pada setiap lini. Dalam hal ini tentu setiap warga negara bertanggung jawab terhadap negaranya sendiri. Lantas, bagaimana caranya belajar politik? Mulai dari mana?

Sebagai orang awam yang berusaha menjaga kewarasan di tahun politik, mungkin pertanyaan seperti itu yang muncul di benak saya. Tentu belajar politik bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang ingin menerjuni dunia perpolitikan. Pun seperti halnya belajar politik juga tidak harus masuk ke dalam partai, bukan?

Edukasi Politik di Media Sosial

Di era percepatan informasi dan komunikasi ini, media sosial memang menjadi sarana yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Bahkan sekarang ini media sosial telah menjadi rujukan informasi, meskipun belum jelas akan letak kebenarannya.

Namun, kabar baiknya banyak pihak, entah dari komunitas, lembaga, atau perorangan di masa perhelatan pemilu ini yang berbagi pengetahuan soal politik. Materi politik yang sebenarnya berat dapat disajikan dengan ringan dan kreatif sesuai preferensi dari masyarakat, khususnya anak muda.

Baik dalam bentuk video, film, humor, grafis, maupun tulisan, materi politik dikemas menjadi lebih menarik. Dalam hal ini, edukasi politik melalui media sosial menjadi alternatif bagi generasi sekarang supaya tertarik belajar dunia perpolitikan.

Tentu bukan tanpa tantangan. Keberingasan netizen serta maraknya buzzer membuat kita perlu menggunakan nalar kritis ketika belajar politik dari media sosial. Memperbanyak mengikuti akun yang memberikan edukasi politik menjadi upaya untuk menjaga objektivitas dan keberimbangan informasi.

Saring sebelum sharing, memperbanyak bacaan, dan selalu melakukan cek ulang untuk validasi informasi juga menjadi langkah utama untuk meningkatkan literasi politik di media sosial.

Pada akhirnya, momen pemilu ini menjadikan peluang-peluang belajar politik semakin terbuka lebar. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.

Meskipun pemilu telah usai, harapannya kesadaran politik masyarakat semakin meningkat. Sebagai negara demokrasi, peran masyarakat sangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemilu hanyalah bagian kecil dari perjalanan demokrasi dalam sistem perpolitikan Indonesia. Oleh karena itu, dalam hal ini pemahaman masyarakat soal politik menjadi bekal utama untuk mengawal keberlanjutan demokrasi ke depannya. []

 

 

 

 

 

Tags: bawaslucitizenshipedukasi politikIndonesiaKPUPartai PolitikPemilu 2024
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID