• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Cara Mengatasi Takut Menikah Menurut Islam

Ida Ad’hiah Ida Ad’hiah
23/10/2021
in Kolom
0
Tugas Rumah Tangga dalam Islam

Tugas Rumah Tangga dalam Islam

241
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Suatu ketika aku bertemu dengan teman lamaku sewaktu kuliah, kami sudah lama tak bertemu. Lalu tiba-tiba saja dia melontarkan tanya kepadaku, “Apakah kamu bahagia dengan pernikahanmu?” Dari ekspresi dan nada pertanyaannya, aku melihat ada ketakutan dalam dirinya untuk berumah tangga. Bagaimana cara mengatasi takut menikah menurut Islam?

Entah apa yang ditakutkan, tetapi dia kemudian menceritakan alasan ketidaksiapannya untuk menjalankan rumah tangga. Dia bahkan bercerita mengenai pasangannya yang terpaksa putus karena dia belum siap berumah tangga. Hal itu wajar terjadi. Banyak dari teman-teman termasuk juga aku pernah mengalami ketakutan dalam menjalin rumah tangga.

Apa saja ketakutan itu?

  1. Tidak bisa bersilaturahmi dengan teman lagi.

Tidak sedikit orang yang menunda pernikahan karena belum siap meninggalkan dunianya bersama teman-teman. Atau juga berhenti berorganisasi atau berkarir ketika sudah menikah.

  1. Terjadi kekerasan di dalam rumah tangga.

Kasus-kasus kriminal yang sering diberitakan di televisi atau di lingkungan sekitar membuat sebagian orang berpikir ulang untuk cepat menikah meski usianya sudah matang.

Baca Juga:

Mencermati Kualitas Rumah Tangga

  1. Kehilangan kebebasan akibat harus mengabdikan diri kepada pasangan.

Pengabdian diri dalam rumah tangga selalu diidentikan hanya kepada perempuan. Mengurusi semua kebutuhan suami dan rumah tangga hingga seharian memang membuat sebagian perempuan memilih menghabiskan masa lajangnya lebih lama.

Pertanyaanya, apakah betul perempuan yang sudah menikah harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada suami? Apakah setelah berumah tangga perempuan akan kehilangan hak-hak sebelumnya yang dia dapat?

Mengenai pertanyaan temanku tadi, aku menjawab “Tidak ada alasan untukku tak bahagia bersama pendamping hidupku, terlebih ia adalah mitra untukku. Bagaimana mungkin aku tak bahagia ketika mendapatkan seorang teman yang selalu ada untukku?”

Ya, pernikahan bukanlah sebuah pengekangan terhadap salah satu pihak, baik istri ataupun suami. Bukan berarti setelah menikah kita akan kehilangan kebebasan, teman, karir dan hak lainnya akibat harus mengurusi pasangan kita sepenuhnya.

Yang benar adalah bukan hanya seorang istri yang harus mendedikasikan hidupnya untuk sang suami. Tetapi suami pun ketika sudah menikah juga harus mampu mendedikasikan hidupnya untuk sang istri.

Dalam berumah tangga haram hukumnya menyakiti salah satu pasangan, apalagi saling menyakiti. Pernikahan bukanlah ajang pembuktian siapa yang berkuasa dan dikuasai melainkan untuk mencari kebahagiaan dan ketentraman hidup.

Sejalan dengan bunyi Surah Al-Rum, 30:21 sebagai berikut :

“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya: Dia menciptakan pasangan-pasangan (bagi kalian) dari jenis kalian sendiri, agar kalian memperoleh ketentraman, dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta kasih. Sesungguhnya pada hal demikian benar-benar terdapat tanda-tanda (pelajaran) bagi orang-orang yang berpikir”.

Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam pernikahan haruslah menghasilkan ketentraman, menanamkan cinta kasih diantara keduanya. Mereka harus saling bekerjasama dalam berumah tangga dan selalu bermusyawarah menentukan kesepakatan agar di antara mereka mempuanyai kenyamanan.

Jika pernikahan  dipandang  sebagai pengekangan terhadap pasangan, tentu akan banyak orang yang takut untuk menikah. Pernikahan (sunah Rasul) bukanlah sesuatu yang akan membawa penderitaan bagi manusia.

Dalam rumah tangga relasi kesalingan di antara suami dan istri itu diperlukan, agar tidak ada perasaan paling menderita, merasa paling banyak berkorban, ataupun merasa paling berjasa di dalam rumah tangga dari salah satunya.

Untuk mencapai rumah tangga yang penuh kebahagiaan, maka kita harus menjadikan pasangan kita sebagai mitra dalam berelasi.

Ayo ciptakan rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah dimulai dari diri sendiri.[]

Tags: membangun ruma tangga menurut islamMembangun rumah tanggamemutuskan menikahSuami-Isteri
Ida Ad’hiah

Ida Ad’hiah

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version