Mubadalah.id – Sore ini, 29 maret 2024, cuaca Kairo sangat sejuk. Mirip-mirip cuaca di kota saya di Jawa Timur yaitu Bondowoso. Sambil manantikan waktu berbuka puasa, cuaca seperti ini sangat cocok jika kita habiskan dengan aktifitas ringan seperti membaca buku.
Sore ini saya sedang membaca buku yang berkaitan dengan sejarah Ahli Bait nabi di Mesir. Saya mencari tulisan tentang dua makam Sayyidah yang belum saya datangi untuk melaksanakan tarawih, yaitu Sayyidah Ruqayyah dan Sayyidah Sukaynah.
Dalam buku berjudul Alu Bayt al-Nabiy fi Mishr, tertulis bahwa Mesir menjadi salah satu tempat yang sering Ahlul Bait nabi Muhammad SAW kunjungi. Kecintaan dan penghormatan orang Mesir pada keturunan nabi Muhammad SAW sangatlah besar. Hal tersebut yang membuat beberapa keturunan Rasulullah SAW memilih Mesir sebagai tempat menetap hingga meninggal dunia.
Setelah membaca beberapa tulisan tentang dua perempuan mulia tadi, akhirnya saya memilih untuk pergi ke masjid Sayyidah Ruqayyah. Alasannya sangat sujektif, karena nama ini cukup easy listening di telinga saya.
Saat mulai membaca kisah dan penjelasan tentang Masyhad Sayyidah Ruqayyah saya sedikit bingung karena tidak kunjung mendapat informasi yang tepat tentang sosok Sayyidah Ruqayyah yang terkuburkan di Mesir. Banyak Riwayat yang bertentang tentang siapa sosok Sayyidah Ruqayyah yang dikuburkan di Masjid ini.
Putri Ali Ridha bin Musa al-Kazhim
Di dalam buku Maraqid Ahli Bait fi al-Qahirah, dituliskan bahwa Sayyidah Ruqayyah yang dikuburkan di jalan Asyraf ini merupakan putri dari Ali Ridha bin Musa al-Kazhim. Yakni salah satu Imam dalam keyakinan orang Syi’ah.
Dalam buku itu juga ada penjelasan bantahan soal anggapan kebanyakan orang, bahwa makam ini adalah Ruqayyah binti Ali ibn Abi Thalib. Namun dalam buku lain berjudul Alu Bayt al-Nabiy fi Mishr ada keterangan bahwa Sayyidah Ruqayyah yang dimakamkan di daerah jalan Asyraf ini adalah putri Sayyidina Ali ibn Abi Thalib.
Terlepas dari perbedaan riwayat tentang siapa sebetulnya yang dimakamkan di tempat ini. Para ahli sejarah sepakat bahwa yang dimakamkan di tempat ini adalah Ahlul Bait nabi Muhammad SAW, yang bersambung sanadnya hingga Fathimah al-Zahra’.
Point penting yang bisa saya refleksikan adalah, ekspresi cinta orang Mesir pada Ahlul Bait. Hingga setiap ada kabar tentang mereka, sudah hampir pasti akan terbangun makam hingga masjid di daerah tersebut.
Hal lain juga adalah, kekaguman saya pada sikap umat Islam Islam di era awal, yang sangat harmonis dan adil. Mereka tidak membedakan peran spiritualitas antara laki-laki dan perempuan yang paling penting adalah ketakwaannya pada Allah SWT.
Saya berangkat dari rumah menaiki tuk-tuk atau bajai pada pukul jam 19.15, dan sampai di depan gerbang masjid pukul 19.30. Saat memasuki kawasan masjid, tempat ini nampak berbeda dengan masjid Ahlul Bait pada umumnya. Di mana nampak tempat salat di masjid Sayyidah Ruqayyah ada di lantai dua.
Ada tangga panjang dan lebar yang harus saya lewati terlebih dahulu. Sisi luar masjid ada semacam halaman yang cukup luas, dan tertanami beberapa tumbuhan dengan dedaunan yang indah.
Nuzulul Qur’an di Masjid Sayyidah Ruqayyah
Saya bergabung dengan jamaah salat isya malam itu. Nampak jamaah perempuan cukup banyak di sisi belakang saf, begitu juga dengan jamaah laki-laki. Saat masjid lain membuat satir -batas- yang ketat antara tempat salat sayyidat -perempuan-. Di masjid ini tidak ada batas yang ketat antara jamaah laki-laki dan perempuan. Hanya ada kawasan khusus yang terbatasi dengan kursi bagi para perempuan.
Interior masjid ini masih mempertahankan arsitektur era Fathimiyyah, karena memang di era itulah masjid ini mulai berdiri. Mihrab yang cukup tinggi, serta ornamen dinding masjid yang detail dan indah. Saya berdiri di shaf ke dua malam itu, nampak imam salat telah berusia sekitar 60an, namun suaranya masih nyaman untuk saya dengar.
Tarawih selesai pada pukul 20.40, dan di isi kultum yang berisi tentang peringatan Nuzulul Qur’an. Masjid ini nampak sangat hening dan penuh dengan niali-nilai spiritualitas yang tinggi. Setelah salat pengurus masjid menyodorkan sebuah Halawiyyat -manisan khas mesir-, yang membuat saya semakin nyaman di masjid ini, seakan mereka sangat menyambut semua orang di situ termasuk saya.
Ziarah di Makam Sayyidah Ruqayyah
Setelah salat, saya sempatkan untuk ziarah di makam Sayyidah Ruqayyah. Nampak di dinding makam ini tertulis bahwa beliau adalah anak dari Sayyidna Ali ibn Abi Thalib. Dalam beberapa buku Sayyidah Ruqayyah dianggap hijrah ke Mesir bersama dengan Saudaranya Sayyidah Zaynab dan Ponakannya yaitu Sayyidah Fathimah serta Sayyidah Sukaynah.
Meski terjadi perbedaan pendapat di antara ahli sejarah tentang siapa yang dimakamkan di masjid ini, namun saya tetap merasa khusyu’ saat berziarah dan salat tarawih di masjid ini. Saya tetap merasakan nilai spiritualitas dari apa yang telah tertinggal oleh Perempuan yang di kubur di sini. Dengan begitu, saya merasa bahwa puncak spiritualitas dapat tercapai oleh semua manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Dan di jalan Asyraf inilah saya mendapat contoh kongkrit bahwa Perempuan dapat sampai pada puncak spiritualisnya. Ada tiga Sayyidah yang saat ini sangat dihormati di kawasan ini. Mengalahkan kuburan orang salih lain yang ada di sekitar. Rata-rata mereka adalah laki-laki. Hal itu yang membuat saya yakin bahwa Islam adalah agama yang adil dan setara bagi laki laki maupun Perempuan. []