Mubadalah.id – Akhir-akhir ini saya banyak melihat video yang beredar di media sosial tentang seorang remaja yang mengamuk ketika meminta dibelikan barang tertentu. Remaja itu berteriak dan memaki orang tuanya dengan sebutan yang tidak pantas.
Banyak kemudian komentar dari netizen yang menyebut remaja tersebut sebagai anak durhaka. Hal tersebut kemudian membuat saya penasaran, kita sering mendengar istilah anak durhaka, tetapi bagaimana jika ternyata justru kita adalah orang tua yang durhaka?
Masa Storm and Stress
Dalam perspektif psikologi, masa remaja adalah masa yang penuh badai dan stres. Pada fase ini, emosi remaja sedang gencar-gencarnya untuk mencari jati diri, informasi, dan pengalaman yang belum pernah dia dapatkan sebelumnya.
Sayangnya, terkadang remaja enggan untuk terbuka kepada orang tua dan akhirnya mencari jawaban di tempat yang tidak seharusnya. Mereka tidak tahu jika tempat itu berbahaya dan tanpa sadar ternyata mereka akan terjebak dalam lingkungan yang kurang baik.
Sungkan untuk Curhat
Sisi emosionalnya remaja sering tergambarkan seperti sedang mengalami roller coaster. Bagi mereka yang memiliki regulasi emosi rendah, perilaku sembrono dan mudah mengamuk akan mudah ditunjukkan.
Emosinya naik turun dengan drastis dan bahkan sering terlampiaskan secara besar-besaran kepada hal-hal yang kurang pantas, seperti tawuran, balap liar, dan lain sebagainya. Hal ini seakan menunjukkan kalau mereka lebih senang berpetualang dengan emosinya di lingkungan luar, bukan di keluarga.
Bukan tanpa alasan mereka akhirnya sungkan untuk terbuka di rumah. Akhirnya mereka memilih berkelana di antah berantah. Sangat mungkin jika mereka tidak betah di rumah, sungkan, dan belum menemukan kenyamanan untuk bercerita pengalaman yang dianggapnya sangat luar biasa itu.
Hal ini sering penyebabnya karena orang tua gagal untuk membangun kelekatan dan keterbukaan diri pada remaja. Ini adalah salah satu bentuk kesalahan orang tua yang harus segera kita perbaiki.
Jangan jadi Orang Tua Durhaka
Bagi para orang tua, jangan menjadi orang tua durhaka yang gagal membangun hubungan dengan anak kita. Mungkin kita tidak sadar kenapa anak kita yang sudah remaja akhirnya menjadi tertutup, pendiam, dan tidak pernah bercerita. Remaja itu sering merasakan emosi-emosi yang bergejolak dan menggebu-gebu. Mereka akan sangat senang jika ada orang lain yang memvalidasi emosi yang mereka rasakan.
Maka orang tua perlu untuk memenuhi tugas kita sebagai orang tua untuk mendengarkan cerita mereka, sesepele apapun itu. Bangun kelekatan yang baik sehingga remaja merasa aman ketika bercerita.
Jangan langsung menghakimi dan berlatihlah untuk mendengarkan cerita mereka sampai selesai karena terkadang mereka hanya butuh untuk kita dengarkan. Jika tidak, dikhawatirkan justru remaja akan mencari tempat di luar yang menurut mereka aman dan nyaman untuk dijadikan tempat cerita.
Menghadapi Remaja Nakal
Jika mereka bercerita tentang kelakuan mereka yang menyimpang, kita harus tetap sabar menunggu cerita mereka selesai dan jangan potong di tengah. Ketika emosi sudah stabil, mulailah berdiskusi dengan remaja untuk meluruskannya. Jangan terburu-buru langsung menghakimi mereka sebagai anak durhaka.
Sebab kita tidak tahu apakah mereka berperilaku tidak baik juga karena kita sebagai orang tua ternyata gagal dan durhaka kepada mereka. Bangunlah iklim diskusi yang terbuka dan penuh kasih sayang, baru setelah itu tuntun remaja untuk kembali ke jalan yang benar.
Menjadi orang tua yang baik bukan berarti menjadi robot yang membenarkan segala perbuatan anak kita.
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….”.
Dalam Q.S At Tahrim ayat 6 tersebut menjelaskan tentang perintah untuk menjaga keluarga dari api neraka yang salah satunya dilakukan melalui pendidikan Islam di rumah.
Intinya, ketika mendapati bahwa anak kita sudah beranjak remaja, tetap didik anak kita sesuai dengan ajaran Islam. Sekali lagi jangan menjadi orang tua durhaka dengan membiarkan anak kita berkeliaran dengan akhlak yang buruk dan tetap bangun hubungan yang nyaman bagi anak sehingga anak akan senang untuk kembali ke rumah. []