Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Abu Yusuf, murid utama Imam Abu Hanifah tentang batasan aurat perempuan, maka ia mentolerir batasan aurat perempuan sampai separoh dari betis kaki. Dalam arti bahwa separoh dari kaki perempuan bagian bawah ini boleh terbuka.
Bahkan, lengan tangan perempuan dan rambut yang terurai, menurutnya juga tidak termasuk aurat yang wajib perempuan tutup.
Pandangan yang sama dengan mazhab Hanafi juga seperti Ibrahim al Nakha’i dan Imam Sufyan al-Tsauri kemukakan. Keduanya ahli fiqh besar dengan reputasi yang sama dengan para Imam Mazhab empat. Meskipun dalam sejarah sosialnya kemudian pandangan-pandangan fiqh mereka tidak lagi populer.
Sementara itu, dalam madzhab Maliki juga ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa batasan aurat perempuan adalah muka dan telapak tangan perempuan merdeka bukanlah aurat. Pendapat yang kedua, masih sejalan dengan yang pertama, tetapi mereka menambahkan bahwa kedua telapak kaki tidak termasuk aurat.
Meskipun demikian, Imam Muhammad bin Abd al-Lah al-Maghribi memberikan catatan bahwa jika perempuan merasa khawatir terhadap fitnah, yakni menarik perhatian atau mengganggu hasrat seksual laki-laki, maka perempuan tersebut harus menutup muka dan kedua telapak tangannya.
Pendapat Madzhab Hanbali
Dalam madzhab Hanbali aurat perempuan merdeka adalah seluruh anggota tubuh tanpa kecuali. Meski demikian, mazhab ini memberikan sedikit kelonggaran.
Yakni bahwa wajah dan telapak tangan boleh dibuka ketika dalam shalat dan untuk keperluan yang tak dapat dihindari.
Sebaliknya sebagian ulama dari mazhab ini justru memberlakukan secara lebih ketat dengan mewajibkan menutup seluruh anggota tubuh tak terkecuali ketika dalam shalat.
Abu Bakr al-Harits, salah ulama dari kelompok ini mengatakan bahwa seluruh anggota tubuh perempuan merdeka adalah aurat yang wajib ia tutup, termasuk kukunya.
Akhirnya, Imam Al-Syawkani dalam bukunya yang terkenal, Nayl al-Awthar menyampaikan kesimpulan atas isu batas aurat perempuan merdeka ini:
“Mengenai batas aurat perempuan merdeka para ulama berbeda pendapat: sebagian berpendapat bahwa seluruh tubuhnya adalah aurat. Kecuali muka dan kedua telapak tangan. Ini dikemukakan oleh Imam al-Hadi, al-Qasim dalam satu dari dua pendapatnya, Imam al-Syafi’i dalam salah satu dari beberapa pendapatnya, Abi Hanifah dalam satu dari dua riwayat darinya dan Malik. Pendapat lain mengatakan: “auratnya adalah seluruh tubuhnya kecuali muka, kedua telapak tangan, kedua telapak kaki dan tempat gelang kaki”. []
Sumber : Buku Jilbab dan Aurat Karya KH. Husein Muhammad