• Login
  • Register
Rabu, 23 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

Kegiatan pertambangan nikel membahayakan keberlangsungan kehidupan ekologi di Raja Ampat.

Nabila Hanun Nabila Hanun
07/06/2025
in Publik
0
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Media sosial Indonesia saat ini ramai tagar #SaveRajaAmpat. Kondisi ini bermula karena kegiatan pertambangan nikel yang membahayakan keberlangsungan kehidupan ekologi di Raja Ampat.

Warganet berlomba-lomba untuk menyerukan berhentinya kegiatan pertambangan tersebut.

Selain karena merusak alam, tambang nikel ini juga mengancam keberadaan masyarakat adat sekitar di Raja Ampat.

Mengenal Masyarakat Adat

Masyarakat adat atau indigenous people merupakan kelompok masyarakat yang secara turun temurun menghuni wilayah adat. Mereka memiliki sejarah yang panjang dan hubungan yang magis dengan alam sekitarnya.

Melansir dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), masyarakat adat berhak atas kedaulatan tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang terikat oleh hukum adat, serta lembaga adat untuk keberlanjutan kehidupan sebagai komunitas adat.

Baca Juga:

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

Secara internasional, mereka terakui oleh Konvensi Masyarakat Adat 1989 yang ditetapkan oleh negara-negara anggota ILO. Tujuan utama konvensi ini ialah perlindungan atas kebudayaan, gaya hidup, tradisi, dan kebiasaan.

Peran Penting Masyarakat Adat

Masyarakat ini mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan alam sekitarnya. Mereka menganggap alam adalah “Tuhan” mereka –yang harus terjaga. Seluruh hidup mereka bergantung kepada alam.

Oleh sebab itu, mereka memainkan peranan penting dalam menjaga ketahanan alam melalui pengetahuan tradisional, kearifan lokal, dan sistem hukum adat yang terwariskan turun temurun.

Sebagai contoh, masyarakat adat di negara Ekuador terbukti mampu mencegah deforestasi secara efektif. Melihat potensi ini, pemerintah Ekuador menciptakan serangkaian kebijakan untuk mendukung masyarakat tersebut.

Dalam konteks ketahanan ekologi, mereka dengan kearifan lokalnya telah memainkan peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan ekosistem secara keseluruhan.

Mereka telah lama berbekal pengetahuan lokal yang mendalam mengenai pengelolaan sumber daya alam –yang dapat berkontribusi pada berbagai praktik pengelolaan sumber daya alam seperti wanatani.

Polemik Dengan Pemangku Kebijakan

Pemerintah dan pemangku kebijakan melihat alam dan manusia sebagai hal yang bersekat–sehingga mereka mengeksploitasi dan menjualnya.

Sedangkan masyarakat adat menganggap manusia tidak bersekat dengan alam. Pada alam lah mereka memupuk keimanan dan mencurahkan segalanya.

Yang menjadi polemik ialah kegiatan industrialisasi alam ini kerap kali mengabaikan keberlangsungan hidup ekosistem dan masyarakat. Seperti yang terjadi di Raja Ampat –di mana pertambangan nikel di sana mengancam pariwisata dan kesehatan masyarakat setempat.

Padahal Raja Ampat terkenal sebagai kawasan terumbu karang terbesar dan terlengkap di dunia, serta menjadi tempat konservasi hiu.

Beragamnya kondisi ekologis di Raja Ampat tidak terlepas dari peran warga lokal di sana. Mereka memiliki tradisi turun temurun yang bernama Sasi Laut. Filosofi dari tradisi ini ialah untuk menghargai dan meminta izin kepada Sang Pencipta untuk mengambil ciptaanNya.

Tradisi ini berhasil memberikan manfaat yang signifikan terhadap kelestarian biota laut di Raja Ampat. Hal ini karena tradisi Sasi Laut biasanya terjadi di daerah yang menjadi habitat hewan laut bernilai ekonomi tinggi, seperti lobster.

Penangkapan lobster pun tidak boleh sembarangan dan hanya ukuran tertentu saja yang bisa kita ambil. Hasil penjualan dari Sasi ini kemudian dimanfaatkan masyarakat setempat untuk kegiatan komunal.

Penutup

Masyarakat adat di Indonesia sebetulnya telah memiliki payung hukum yang seharusnya mampu melindungi mereka.

Aturan ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18B ayat 2 –di mana negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI.

Ayat konstitusi tersebut seharusnya membuat takut para pemangku kepentingan karena telah mengusik rumah dan keberadaa mereka. Sebagai bagian dari  warga negara Indonesia, kita wajib memberikan dukunga. Mari bersama-sama kita lindungi Raja Ampat! []

Tags: Isu LingkunganKerusakan Alammasyarakat adatRaja AmpatTambang Nikel
Nabila Hanun

Nabila Hanun

Terkait Posts

Perlindungan Anak

Mengapa Perlindungan Anak Harus Dimulai dari Kesadaran Gender?

23 Juli 2025
Pesantren Inklusif

Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik

22 Juli 2025
Perselingkuhan

Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

22 Juli 2025
Mazmur

Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

21 Juli 2025
Erika Carlina

Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi

21 Juli 2025
Tren S-Line

Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

21 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Keadilan

    Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Zina dilarang Agama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional
  • Mengapa Zina dilarang Agama?
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura
  • Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan
  • Menghargai Hak-hak Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID