Mubadalah.id – Sejak awal kehidupan seorang anak, kedua orang tuanya terutama sang ibu telah lebih dulu menunaikan kewajiban penuh cinta. Bahkan, sejak masih dalam kandungan, ibu memikul beban kehamilan dengan segala kesusahannya, lalu melahirkan dengan taruhan nyawa, menyusui, merawat, mendidik, hingga menafkahi anak sampai ia dewasa.
Semua itu merupakan wujud kasih sayang tanpa pamrih yang diberikan orang tua kepada anak.
Dalam kerangka timbal balik, sungguh tak ada pilihan bagi anak kecuali berkewajiban menghormati dan memuliakan kedua orang tuanya. Namun, apa sebenarnya bentuk penghormatan itu? Bagaimana mendefinisikan ketaatan kepada orang tua?
Jawabannya jelas sekali. Menghormati orang tua bukan sekadar kata-kata manis, tetapi terwujud dalam perilaku nyata yaitu berbuat baik kepada mereka, mendoakan, memenuhi kebutuhan dan permintaan mereka selama tidak melanggar syariat atau akal sehat, serta menaati perintah-perintah mereka. Semua ini adalah atas pengorbanan besar yang telah orang tua berikan.
Durhaka
Tak heran, Islam memandang durhaka kepada orang tua sebagai dosa yang sangat besar. Dalam Pertautan Teks dan Konteks dalam Muamalah, Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menegaskan betapa relasi timbal balik ini tak bisa ditawar.
Bahkan Rasulullah SAW saat ditanya tentang dosa-dosa besar menyebutkan, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa, dan memberikan kesaksian palsu.” (HR. al-Tirmidzi).
Dalam hadis lain, Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa durhaka kepada orang tua diharamkan, bahkan bisa menjadi sebab seseorang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk).
Namun demikian, kewajiban menaati orang tua bukanlah ketaatan yang mutlak tanpa batas. Ketaatan ini wajib selama perintah orang tua tidak memaksa anak untuk melakukan kemaksiatan, kezaliman, atau hal-hal yang melanggar hukum Allah.
Sebab ketaatan hanya berlaku untuk hal-hal yang ma’ruf (baik dan benar). Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada ketaatan dalam hal maksiat kepada Allah. Ketaatan hanya berlaku dalam hal-hal yang baik.” (HR. Abu Dawud, dari Abi Abdurrahman as-Sulami dan Ali RA).
Dengan demikian, relasi orang tua dan anak semestinya kita bangun di atas kasih sayang dan penuh penghormatan. Orang tua lebih dulu menanamkan cinta lewat pengorbanan yang tak terhitung, maka anak pun selayaknya menumbuhkan sikap hormat, taat, serta bakti selama itu dalam batas-batas yang Allah ridhai. []