Senin, 8 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Kerusakan Ekologi

    Ini Pola, Bukan Bencana: WALHI Ungkap Akar Kerusakan Ekologi Aceh dan Sumatera

    Energi Bersih

    Dakwah Energi Bersih Umi Hanisah: Perlawanan dari Dayah di Tengah Kerusakan Ekologis Aceh Barat

    Kerusakan Hutan Aceh

    Kesaksian Umi Hanisah atas Kerusakan Hutan Aceh dalam Tadarus Subuh

    Kekerasan Perempuan

    16 HAKTP di Majalengka: Membaca Ulang Akar Kekerasan terhadap Perempuan dari Ruang Domestik dan Publik

    Muliakan Perempuan

    Kampanye 16 HAKTP dengan Mengingat Pesan Nabi Saw: Muliakan Perempuan, Hentikan Kekerasan

    16 HAKTP di

    Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Perkuat Kampanye 16 HAKTP di Majalengka

    META Indonesia

    Pelatihan Digital Literasi bersama META Indonesia agar Aman Berekspresi di Media Sosial

    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Teodise

    Di Tengah Bencana, Di Mana Tuhan? Teodise dan Hikmah Kemanusiaan

    Ekoteologi Islam

    Ekoteologi Islam: Membangun Etika Lingkungan di Era Antroposen

    Suara Korban

    Ketika Suara Korban Terkubur oleh Kata ‘Asusila’

    Hukum Perkawinan Beda Agama

    Ketidakpastian Hukum Perkawinan Beda Agama di Indonesia

    Seyyed Hossein Nasr

    Jejak Islam Wasathiyah dan Kearifan Seyyed Hossein Nasr di Amerika

    Keadilan Tuhan bagi Disabilitas

    Keadilan Tuhan bagi Disabilitas

    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara

    16 HAKTP

    16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam

    Hutan Indonesia

    Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Kerusakan Ekologi

    Ini Pola, Bukan Bencana: WALHI Ungkap Akar Kerusakan Ekologi Aceh dan Sumatera

    Energi Bersih

    Dakwah Energi Bersih Umi Hanisah: Perlawanan dari Dayah di Tengah Kerusakan Ekologis Aceh Barat

    Kerusakan Hutan Aceh

    Kesaksian Umi Hanisah atas Kerusakan Hutan Aceh dalam Tadarus Subuh

    Kekerasan Perempuan

    16 HAKTP di Majalengka: Membaca Ulang Akar Kekerasan terhadap Perempuan dari Ruang Domestik dan Publik

    Muliakan Perempuan

    Kampanye 16 HAKTP dengan Mengingat Pesan Nabi Saw: Muliakan Perempuan, Hentikan Kekerasan

    16 HAKTP di

    Fitri Nurajizah di 16 HAKTP: Kekerasan terhadap Perempuan adalah Pelanggaran Martabat Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan

    Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Perkuat Kampanye 16 HAKTP di Majalengka

    META Indonesia

    Pelatihan Digital Literasi bersama META Indonesia agar Aman Berekspresi di Media Sosial

    Transisi Energi

    Gerakan 16 HAKTP: Jaringan Cirebon untuk Kemanusiaan Menguatkan Transisi Energi Berkeadilan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Teodise

    Di Tengah Bencana, Di Mana Tuhan? Teodise dan Hikmah Kemanusiaan

    Ekoteologi Islam

    Ekoteologi Islam: Membangun Etika Lingkungan di Era Antroposen

    Suara Korban

    Ketika Suara Korban Terkubur oleh Kata ‘Asusila’

    Hukum Perkawinan Beda Agama

    Ketidakpastian Hukum Perkawinan Beda Agama di Indonesia

    Seyyed Hossein Nasr

    Jejak Islam Wasathiyah dan Kearifan Seyyed Hossein Nasr di Amerika

    Keadilan Tuhan bagi Disabilitas

    Keadilan Tuhan bagi Disabilitas

    Krisis Iklim

    Krisis Iklim dan Beban yang Tak Setara

    16 HAKTP

    16 HAKTP di Tengah Bencana: Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda Kerusakan Alam

    Hutan Indonesia

    Ekosida: Jejak Kejahatan terhadap Hutan Indonesia

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Kiprah Hijroatul Maghfiroh Abdullah dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia dan Dunia

Refleksi Hari Santri Nasional, kini sudah saatnya para santri ikut berperan dan berkontribusi di kancah internasional dalam bidang keilmuan apapun. 

Layyin Lala Layyin Lala
23 Oktober 2025
in Figur, Rekomendasi
0
Hijroatul Maghfiroh Abdullah

Hijroatul Maghfiroh Abdullah

2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap 22 Oktober kita peringati sebagai Hari Santri Nasional. Hari Santri ditetapkan berdasarkan Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari, sebagai wujud penghormatan atas semangat perjuangan para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan. 

Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, peran ulama’ dan santri turut mewarnai pergerakan sejarah perjalanan kemerdekaan. Banyak tokoh-tokoh nasional kemerdekaan yang juga merupakan santri, diantaranya KH. Wahid Hasyim (anggota BPUPKI dan PPKI), KH. Agus Salim (perumus Piagam Jakarta), KH. Ahmad Sanusi (anggota BPUPKI). 

Tidak hanya santri laki-laki, pergerakan kemerdekaan Indonesia juga terwarnai oleh spirit perjuangan santri perempuan. Para tokoh santri perempuan tersebut, ialah Cut Nyak Meutia (Pahlawan nasional perempuan dari Aceh). Nyai Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Tokoh pendidikan Islam perempuan), dan Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) (Pendiri organisasi perempuan Islam ‘Aisyiyah).

Partisipasi Santri di Era Kemerdekaan – Reformasi

Pergerakan partisipasi santri tidak terhenti hanya sampai Indonesia merdeka. Hingga saat ini, para santri dan santriwati juga mulai merambah berperan di kancah Internasional dan global. Prof. Nadirsyah Hosen dalam tulisannya di akun X (20/20/25) sangat menggugah pemikiran saya.

“Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah memprediksi bahwa sekitar 2010 akan muncul gelombang profesor dari kalangan santri NU. Ia membaca tren bahwa santri tradisional muncul sejak 1990-an dalam menempuh pendidikan tinggi. Tapi jeda itu kini berubah menjadi lompatan sejarah. Fenomena yang dulu dibayangkan Cak Nur kini nyata. Santri-santri mulai menembus ruang akademik modern. Mereka tak lagi hanya belajar fiqh, tapi juga sains, ekonomi, teknik, dan kebudayaan.  Kini wajah-wajah santri hadir di kampus umum dan dunia internasional. Salahudin Kafrawi mengajar filsafat di Amerika; Etin Anwar menulis tentang feminisme; Ismail Fajri Alatas mengajar di New York; Eva Nisa mengajar antropologi di Australia. Di bidang sains dan teknologi, Muhammad Azis menjadi profesor Energy and Process Integration Engineering di Jepang; Hendro Wicaksono seorang Prof bidang Data-Driven Industrial Systems di Jerman; Bakhtiar Hasan menekuni Biostatistika di Belgia.….”

Berangkat dari titik inilah refleksi Hari Santri 2025 ini saya tuliskan. Setelah berbagai pemberitaan yang sempat menyudutkan citra santri beberapa waktu terakhir, saya ingin menghadirkan kembali wajah lain dari dunia pesantren (sebuah gambaran wajah yang progresif dan menginspirasi).

Santri hari ini tidak lagi terkenal sebagai penjaga tradisi ilmu keagamaan saja. Namun juga sebagai agen perubahan (changemaker) yang berkiprah di berbagai bidang seperti lingkungan, sains, pendidikan, teknologi, hingga diplomasi global. 

Hijroatul Maghfiroh Abdullah

Hijroatul Maghfiroh Abdullah atau yang akrab kita panggil Kak Firoh merupakan santri perempuan alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Setelah menamatkan pendidikan menengah di MAN 1 Yogyakarta, beliau melanjutkan studi sarjana di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dengan konsentrasi Hukum Islam. Kecintaannya pada ilmu dan semangatnya untuk terus belajar membawanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

Beliau memperoleh gelar Master of Arts di bidang Humanities dari Leiden University, Belanda, dengan fokus kajian Islam dan ekofeminisme. Melalui riset akademiknya, Kak Firoh menelaah hubungan antara perempuan, agama, dan lingkungan, serta menggali nilai-nilai Islam yang berpihak pada keberlanjutan hidup dan keadilan ekologis. Saat ini, beliau tengah melanjutkan studi Master of Science di bidang Sustainability Studies di Macquarie University, Australia.

Melihat perjalanan pendidikan beliau, saya sangat yakin bahwa berasal dari kalangan pesantren tradisional bukan menjadi hal yang menyulitkan untuk dapat menempuh pendidikan di level internasional. Justru, nilai-nilai spiritual yang didpatkan semasa pesantren membawa nilai besar untuk berkiprah di kancah global selaras dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.

Penggagas Pesantren Hijau, Interreligious Learning on Environment, dan Eko-Feminisme

Kak Firoh pernah menjabat sebagai Programme Manager for Environment and Climate Change di Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI-NU). Dalam peran tersebut, belia berfokus pada pengembangan program dan kebijakan yang menghubungkan nilai-nilai keislaman dengan isu keberlanjutan lingkungan serta adaptasi terhadap perubahan iklim. Beliau juga menggagas program Pesantren Hijau (Green Pesantren Project) untuk pesantren dan santri.

Inisiatif Pesantren Hijau memperkuat peran pesantren dan para santri dalam membangun budaya ramah lingkungan. Terutama melalui edukasi ekologis, pengelolaan sampah berkelanjutan, serta penerapan efisiensi energi di lingkungan pesantren. Program tersebut mendapatkan dukungan dari Australia Awards Indonesia melalui Alumni Grant Scheme (AGS) karena inovatif dan relevan dalam  pembangunan berkelanjutan berbasis nilai-nilai keagamaan. 

Kiprah Kak Firoh di tingkat internasional kemudian semakin mengukuhkan komitmennya terhadap kerja lintas budaya dan keilmuan. beliau berkesempatan menjadi Fellow di The King Abdullah bin Abdulaziz International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) di Lisbon, Portugal (2021–2022), Australia Global Alumni (2019–2020), serta Konrad Adenauer School for Young Politicians (KASYP Fellowship) di Berlin, Jerman (2016). Tahun 2021, melalui dukungan dari KAICIID beliau menggagas Eco-Peace Interreligious Learning on Environment bersama Mubadalah.id dan LPBINU.

Dakwah Ekologi: Buku Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan

Kak Firoh bersama Nyai Thoah Jafar, Ibu Listia, dan Ustadz Asrof pada tahun 2022 berkontribusi dengan menyusun Dakwah Ekologi: Buku Panduan Penceramah Agama tentang Akhlak pada Lingkungan. Buku tersebut diterbitkan oleh Mubadalah.id sebagai bagian dari gerakan dakwah berperspektif ekologis di Indonesia. 

Buku Dakwah Ekologi hadir untuk memperkuat kesadaran keagamaan terhadap pentingnya menjaga kelestarian alam. Dalam proses penyusunannya, para penulis tidak hanya menulis dari balik meja, tetapi juga melakukan pendalaman lapangan dengan menemui para daiyah dan komunitas yang menjadi sasaran dakwah.

Dalam merancang kerangka teologis dan ekologis buku Dakwah Ekologi, Kak Firoh menyelaraskan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin yang relevan dengan isu-isu kontemporer seperti krisis iklim. Beliau membangun perspektif eko-feminisme dan interreligious learning yang selama ini beliau gagas melalui berbagai program lintas iman. Buku Dakwah Ekologi diharapkan menjadi panduan praktis bagi para dai dan daiyah, untuk mengajarkan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan yang selaras dengan nilai ekologis.

Refleksi

Pertemuan kami pertama kali berawal dari workshop daring yang diselenggarakan oleh Mubadalah.id tahun 2021. “Eco-Peace Interreligious Learning on Environment” yang bekerjasama dengan LPBINU dan didukung oleh KAICIID. Saat itu, saya mengenal Kak Firoh sebagai mentor sedangkan saya menjadi seorang mentee workshop. Perjalanan setelah workshop, kami membangun hubungan yang sangat baik. Bagi saya, Kak Firoh adalah guru, kakak, Ibu ideologis, dan mentor selama hampir 4 tahun terakhir ini.

Saat itu, Kak Firoh yang meminta saya untuk menyalurkan bakat menulis di Mubadalah.id. Bahkan, beliau mengirimi saya puluhan buku-buku mengenai fikih lingkungan, fikih kebencanaan, dan buku-buku yang berkaitan ekoteologi dari LPBINU. Berkat dukungan beliau setiap harinya, saat ini saya tetap menulis tentang dakwah dan lingkungan.

Sebagai sesama santri, tentu saja saya menempatkan kak Firoh sebagai seorang role model. Saya mengagumi seluruh pemikiran beliau yang progresif terutama dalam pemberdayaan perempuan dan lingkungan. Sewaktu mengikuti Kongres Ulama Perempuan Ke-2 di Jepara tahun 2022, Kak Firoh mengisi Halaqah Paralel tentang Dakwah Kekinian Jaringan Muda KUPI. Beliau dengan semangat mengajak para anak muda (tentunya para ulama-ulama perempuan muda) untuk melanjutkan estafet dakwah yang ramah dan berperspektif keadilan gender.

Di Hari Santri ini, tentu saya merayakan dengan berefleksi betapa bersyukurnya saya bisa mengenal dan belajar langsung dari Kak Firoh. Sudah saatnya santri hari ini ikut berperan di kancah internasional dalam bidang keilmuan apapun. 

Dear Kak Firoh, terima kasih banyak sudah menjadi Ibu Ideologis, Kakak, Mentor, dan tempat dengan cinta tak terbatas. Semoga Allah selalu melimpahkan kebahagiaan tak terkira, menjaga dan melindungi Kakak dimanapun Kakak berada. Terima kasih sudah menjadi teladan untuk para perempuan muda saat ini. Semoga semakin menebar manfaat bagi banyak ummat di manapun kakak berpijak.  []

 

 

 

Tags: Dakwah EkologiHari Santri Nasional 2025Hijroatul Maghfiroh AbdullahSantriulama perempuan
Layyin Lala

Layyin Lala

A Student, Santri, and Servant.

Terkait Posts

P2GP
Aktual

P2GP Harus Diakhiri: KUPI Minta Negara Serius Libatkan Ulama Perempuan dalam Setiap Kebijakan

21 November 2025
Fatwa KUPI P2GP
Aktual

Fatwa KUPI Jadi Motor Advokasi: UNFPA Puji Tiga Tahun Kerja Ulama Perempuan Menghapus P2GP

20 November 2025
Ulama Perempuan Rahima
Publik

Dari Rahima, Alimat, hingga Fahmina: Fondasi Kuat Gerakan Ulama Perempuan Indonesia

19 November 2025
para Ulama Perempuan
Publik

KUPI dan Jejak Awal Perjuangan Ulama Perempuan Indonesia

19 November 2025
Feminisme Sufistik
Publik

Feminisme Sufistik: Menemukan Ruang Tengah antara Emansipasi dan Spiritualitas

2 November 2025
Perspektif Trilogi KUPI
Publik

Perspektif Trilogi KUPI dalam Pemenuhan Hak-hak Disabilitas

30 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kerusakan Ekologi

    Ini Pola, Bukan Bencana: WALHI Ungkap Akar Kerusakan Ekologi Aceh dan Sumatera

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Suara Korban Terkubur oleh Kata ‘Asusila’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dakwah Energi Bersih Umi Hanisah: Perlawanan dari Dayah di Tengah Kerusakan Ekologis Aceh Barat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ekoteologi Islam: Membangun Etika Lingkungan di Era Antroposen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesaksian Umi Hanisah atas Kerusakan Hutan Aceh dalam Tadarus Subuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Di Tengah Bencana, Di Mana Tuhan? Teodise dan Hikmah Kemanusiaan
  • Ekoteologi Islam: Membangun Etika Lingkungan di Era Antroposen
  • Ini Pola, Bukan Bencana: WALHI Ungkap Akar Kerusakan Ekologi Aceh dan Sumatera
  • Ketika Suara Korban Terkubur oleh Kata ‘Asusila’
  • Dakwah Energi Bersih Umi Hanisah: Perlawanan dari Dayah di Tengah Kerusakan Ekologis Aceh Barat

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID