Mubadalah.id – Praktik pemotongan dan perlukaan genitalia perempuan (P2GP) masih menjadi kenyataan yang banyak perempuan di Indonesia hadapi. Meski sudah terbukti membahayakan fisik dan psikis, praktik ini masih banyak orang anggap sebagai tradisi, bahkan melegitimasi dengan tafsir keagamaan tertentu.
Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) mengambil sikap tegas. Dalam Kongres Kedua tahun 2022, KUPI menetapkan fatwa haram terhadap tindakan P2GP yang membahayakan tanpa alasan medis, sejalan dengan nilai ajaran agama yang menolak segala bentuk kemudharatan dan diskriminasi terhadap perempuan.
Untuk membumikan fatwa ini, Alimat bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dan UNFPA melaksanakan sosialisasi di lima daerah: Serang, Brebes, Jember, Garut, dan Lombok Timur, melibatkan jaringan pesantren, perguruan tinggi, dan komunitas perempuan.
Sebagai tindak lanjut, pada Minggu, 19 Oktober 2025, Alimat menggelar kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Sosialisasi Fatwa KUPI tentang P2GP, sebuah ruang refleksi dan pembelajaran bersama untuk melihat sejauh mana perubahan mulai berakar di masyarakat.
Kegiatan Alimat ini menjadi ruang refleksi dan pembelajaran untuk mendokumentasikan pengalaman perubahan di masyarakat, khususnya dalam sosialisasi dan pencegahan praktik P2GP tanpa alasan medis.
Alimat memfasilitasi peserta yang terdiri dari kademisi di Garut untuk memperkuat keterampilan menulis, agar pengalaman advokasi penghapusan P2GP dapat menjadi pengetahuan yang hidup dan berkelanjutan.
Seperti disampaikan Dr. Iklilah selalu ketua Alimat, pengalaman perempuan penting untuk kita bagikan karena dapat menjadi rujukan pengetahuan. Alimat berharap penulisan pengalaman lapangan ini melahirkan dokumentasi perjalanan perempuan dalam memperjuangkan penghapusan P2GP, yang akan berkembangkan menjadi buku kompilasi tulisan lintas wilayah.
“Perempuan adalah Pelobi yang Andal” – Nyai Masruchah
Nyai Masruchah, selaku Sekretaris Majelis Musyawarah KUPI, membuka sesi dengan kalimat yang menggetarkan: “Perempuan adalah pelobi yang andal.” Ia mengatakan bahwa perempuan memiliki tradisi berbagi pengetahuan, bahkan lewat percakapan sederhana di meja makan.
Menurutnya, perempuan memiliki strategi komunikasi yang khas, tidak konfrontatif, tapi dialogis. “Laki-laki tidak suka digurui,” ujarnya, “maka cara berdialog yang efektif adalah melalui tradisi bertanya.”
Nyai Masruchah mencontohkan bagaimana seorang ulama perempuan menyadari bahwa komunikasi dengan suami lebih efektif ketika tersampaikan lewat pertanyaan, bukan pernyataan.
Dari sana muncul kesadaran baru bahwa advokasi P2GP bisa kita mulai dari ruang domestik, bahkan ruang tidur, tempat nilai-nilai dan cara pandang hidup tersampaikan dengan cara paling personal.
Baginya, menulis juga bagian dari advokasi. Lewat tulisan, pengalaman perempuan tentang P2GP bisa kita suarakan dengan cara yang menggugah hati dan membuka nalar, baik melalui perspektif keagamaan maupun pengetahuan medis yang jelas menunjukkan bahwa praktik ini tak membawa manfaat apa pun.
“Tulisanmu adalah Amal Jariahmu” – Prof. Alimatul Qibtiyah
Di sesi berikutnya, Prof. Alimatul Qibtiyah mengajak peserta memandang menulis sebagai bagian dari spiritualitas. “Tulisanmu adalah amal jariahmu,” ujarnya, “karena tulisan yang membawa manfaat akan terus hidup, bahkan ketika penulisnya tiada.”
Ia menjelaskan bahwa menulis bukan hanya cara mengarsipkan pengetahuan, tapi juga bentuk keberlanjutan amal dan dakwah untuk menghapuskan praktik P2GP. Setiap kalimat yang membawa kebaikan bisa menjadi jalan menuju surga.
Prof. Alim juga membedah tentang kekhasan tulisan perempuan. Dalam perspektif feminis, kata Prof Alim, ada ungkapan “the personal is political.” Artinya, pengalaman pribadi perempuan bukan sekadar urusan domestik, melainkan ruang politik yang memperjuangkan nilai-nilai keadilan.
Tulisan berperspektif perempuan menampilkan cara pandang khas. Mengangkat hal-hal yang sering budaya patriarkis anggap remeh: kerja perawatan, rasa, relasi, dan keseharian. Justru di sanalah letak kekuatan perubahan yang lembut, tapi mengakar.
“Pengalaman Perempuan Adalah Sumber Pengetahuan” – Dr. Iklilah Muzayyanah
Dr. Iklilah Muzayyanah menutup sesi dengan sebuah kegelisahan: pengalaman perempuan sering kali hanya berhenti di ruang lisan.
“Kita punya kemampuan besar dalam berbicara dan menggerakkan, tetapi pengalaman itu jarang tertulis. Padahal pengalaman perempuan seharusnya menjadi sumber rujukan utama dalam pengetahuan, apalagi yang banyak mengalami P2GP ini adalah anak perempuan” jelasnya.
Pengalaman perempuan dalam kerja-kerja sosial, keagamaan, dan advokasi adalah sumber pengetahuan yang sangat kaya. Menurutnya, penting bagi para ulama perempuan, akademisi, dan aktivis untuk menulis refleksi. Baik tentang diri sendiri atau tentang tokoh perempuan lain, agar narasi perempuan tidak hilang dari sejarah.
Dr. Iklilah juga mengingatkan kembali tentang Trilogi KUPI (Makruf, Mubadalah, dan Keadilan Hakiki). Ketiganya bukan hanya prinsip gerakan, tetapi juga bisa menjadi alat analisis dalam menulis. Sebab, di dalam Trilogi KUPI, pengalaman hidup perempuan merupakan sebagai sumber pengetahuan utama, dari sanalah refleksi dan perubahan bisa kita mulai.
Menulis sebagai Gerakan Perubahan
Dari ruang Zoom itu, semangat yang sama bergema: menulis bukan sekadar mencatat, tapi mengubah. Mengubah cara pandang, menumbuhkan empati, dan meneguhkan perjuangan agar tubuh perempuan tak lagi menjadi arena melakukan praktik P2GP.
Sebagai tindak lanjut, Alimat akan menerbitkan buku kompilasi refleksi peserta monev terkait isu P2GP, yang rencananya terbit pada November 2025 mendatang. Buku ini akan menjadi dokumentasi kolektif pengalaman, suara, dan perenungan dari mereka yang terlibat langsung dalam sosialisasi pencegahan P2GP.
Dari ruang-ruang kecil di pesantren, kampus, dan komunitas, perempuan harus terus menulis demi kebaikan bersama untuk menghapus P2GP. seperti kata Prof. Alim, “tulisan yang bisa membawa manfaat adalah amal jariah, dan setiap hurufnya bisa menjadi jalan menuju perubahan, bahkan menuju surga.” []










































