Mubadalah.id – Rektor Universitas Islam KH. Ruhiat (UNIK) Cipasung, Drs. KH. Abdul Chobir, MT, resmi membuka kegiatan Stadium Generale bertajuk “Memperkuat Peran Ulama Perempuan untuk Pemenuhan Hak-hak Disabilitas di Indonesia”, pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Dalam sambutannya, Rektor Abdul Chobir mengajak seluruh civitas akademika untuk menumbuhkan keberanian berpikir kritis, terbuka, dan berinovasi dalam memperjuangkan isu-isu kemanusiaan. Termasuk hak-hak penyandang disabilitas.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya forum akademik. Tetapi juga bagian dari gerakan intelektual yang bertujuan membangun kesadaran sosial dan keadilan di tengah masyarakat.
“Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah karena hari ini kita bisa hadir bersama-sama dalam kegiatan yang diselenggarakan untuk memperkuat peran ulama perempuan dalam pemenuhan hak-hak disabilitas. Ini adalah bentuk ikhtiar nyata dalam memperjuangkan hak-hak disabilitas melalui penulisan artikel populer dan konten kreatif,” ujarnya membuka kegiatan.
Kolaborasi untuk Inklusi
Rektor Abdul Chobir menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam terselenggaranya kegiatan tersebut, termasuk para narasumber, tokoh perempuan, dan tim penyelenggara dari Mubadalah.id serta jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Ia menilai kolaborasi semacam ini penting untuk memperluas wawasan civitas akademika, agar kampus tidak hanya menjadi menara gading yang terpisah dari realitas sosial. Tetapi hadir sebagai ruang dialog dan transformasi sosial.
“Kami sangat berterima kasih atas kerja sama ini. Mudah-mudahan dengan adanya kolaborasi ini, kita semua mendapatkan manfaat positif, baik bagi lembaga maupun masyarakat luas,” ucapnya.
Rektor menambahkan, bagi kalangan akademisi, kegiatan seperti Stadium Generale menjadi momentum untuk memandang persoalan masyarakat dengan perspektif baru.
Ia menegaskan, dunia pendidikan Islam harus mampu menghadirkan gagasan yang progresif, kritis, dan relevan dengan tantangan zaman.
Meneladani Gus Dur dan Keberanian Berpikir Kritis
Rektor Abdul Chobir menyinggung teladan dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh yang dikenal karena keberanian berpikirnya yang melampaui batas-batas konvensional.
Ia mengingatkan pentingnya keberanian untuk melihat persoalan dengan cara pandang baru agar lahir kreativitas dan solusi yang segar.
“Kalau kita melihat sosok Gus Dur, beliau sering memberikan teladan untuk berani keluar dari hal-hal yang sudah mapan. Dari keberanian melihat sesuatu dengan cara pandang berbeda, akan muncul gagasan dan kreativitas baru yang sangat dibutuhkan ketika berhadapan dengan berbagai persoalan masyarakat yang kompleks,” tuturnya.
Abdul Chobir juga menekankan, keberanian berpikir dan bersikap terbuka adalah fondasi penting bagi kampus Islam yang ingin melahirkan generasi ulama dan intelektual yang adaptif terhadap perubahan zaman.
“Sebagai bagian dari komunitas kampus, kita harus terus beradaptasi dan tanggap terhadap perkembangan zaman. Tantangan ke depan semakin berat, sehingga dibutuhkan keberanian untuk berpikir baru dan terbuka dalam menghadapi persoalan masyarakat yang terus berubah,” katanya.
Membangun Tradisi Intelektual yang Kritis
Lebih lanjut, Rektor UNIK Cipasung itu mengisahkan kembali masa-masa ketika tradisi intelektual di kampus dan pesantren tumbuh dari semangat diskusi yang hidup.
Ia menilai, semangat itu perlu dihidupkan kembali agar kampus tetap menjadi ruang yang subur bagi gagasan kritis dan kebebasan berpikir.
“Saya teringat dulu setiap hari Jumat selalu ada diskusi yang membahas tentang bangsa dan negara. Banyak mahasiswa yang semangat berdiskusi, bahkan ada yang diusir karena dianggap terlalu kritis. Gus Dur pun menghadapi hal serupa. Tapi dari situ justru lahir keberanian berpikir terbuka,” kenangnya.
Bagi Abdul Chobir, keberanian untuk berpikir berbeda bukanlah sikap melawan, tetapi bagian dari proses kematangan intelektual.
Ia menegaskan, bangsa akan maju hanya jika generasi mudanya berani mengajukan gagasan-gagasan baru yang mungkin dianggap tidak populer.
“Kalau kita ingin memajukan bangsa, kita harus berani memunculkan gagasan yang mungkin tampak kontroversial. Dari hal-hal yang berbeda itulah muncul kesadaran dan kreativitas baru,” ujarnya.
Kampus sebagai Ruang Perubahan Sosial
Rektor Abdul Chobir mengajak seluruh peserta untuk menjadikan kegiatan ini sebagai langkah awal membangun keberlanjutan kolaborasi antara dunia akademik dan gerakan sosial.
Ia berharap, UNIK Cipasung terus menjadi ruang bagi lahirnya pemikiran baru, keberanian moral, dan semangat keadilan sosial.
“Mudah-mudahan kegiatan ini membawa keberkahan dan keberlanjutan dalam perjuangan,” tutupnya. []








































