Mubadalah.id – Pendiri Tadarus Subuh, Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, menyerukan agar masyarakat sipil tidak bergerak sendirian dalam menghadapi banjir bandang, longsor, dan kerusakan ekologi di Aceh dan Sumatera.
Ia menekankan perlunya dorongan kolektif dari lembaga-lembaga keagamaan yang memiliki otoritas seperti MPU, MUI, dan berbagai komunitas ulama. Yang selama ini memegang pengaruh besar dalam membentuk dan mengubah perilaku publik.
“Mungkin nanti KUPI ada Halaqah Kubro di Yogyakarta, di MPU, di MUI, untuk mengingatkan mereka yang punya kuasa agar tidak destruktif,” katanya.
Hal itu ia ungkapkan dalam Tadarus Subuh ke-173 bertema “Kerusakan Ekologi: Tanggung Jawab Negara, Agama, dan Komunitas” yang digelar pada Minggu, 7 Desember 2025.
Ia juga berharap ada politisi atau anggota DPR/MPR yang mau mengambil peran secara nyata. “Jangan cuma ramai di medsos. Ini soal kemanusiaan,” ujar Founder Mubadalah.id.
Bagi Kiai Faqih, kerusakan ekologi yang kini menimpa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan sekadar bencana lokal. “Duka Aceh, Sumatera, dan Sumbar adalah duka kita semua,” kata Ketua LP2M UIN Siber.
Jika bangsa ini tetap menolak untuk memperbaiki, ia memperingatkan, maka kehancuran ekologis Indonesia hanya tinggal menunggu waktu.
“Kalau kita tidak mengambil pelajaran, habislah bumi Indonesia,” tutup Dr. Faqih.
Peringatan itu menjadi sebuah alarm keras dari Dr. Faqih yang melihat kerusakan ekologis sebagai bagian dari dosa struktural bangsa. Maka dari itu ia mengajak untuk berhenti merusak bumi, sebelum bumi berhenti memberi kehidupan. []








































