Masyarakat Muslim di seluruh dunia diam dan tercengang menyaksikan aksi kemanusiaan “orang-orang asing” berkulit putih dengan berbagai macam identitas kultural, politik, agama, dan lain-lain.
Mubadalah.id – Nangroe Aceh Darussalam dikenal sebagai pusat masuknya Islam di Indonesia. Di sana, banyak ulama besar bertaraf internasional. Aceh juga populer dengan sebutan Negeri Serambi Makkah. Kini, Aceh tengah aktif menggarap proyek penerapan syariah Islam.
Pada 2004, tsunami Aceh dahsyat memporak-porandakan negeri ini dan menelan ratusan ribu korban manusia dalam segala tingkat usia, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang shalih maupun yang tidak.
Masyarakat dunia dari segala penjuru benua melihat kenyataan ini dengan keprihatinan yang penuh. Mereka segera datang dengan segala macam bantuan yang diperlukan.
Masyarakat Muslim di seluruh dunia diam dan tercengang menyaksikan aksi kemanusiaan “orang-orang asing” berkulit putih dengan berbagai macam identitas kultural, politik, agama, dan lain-lain.
Diinformasikan bahwa bantuan Amerika saja untuk menanggulangi bencana Aceh ini adalah 15 juta dolar, 13.000 personel, 57 helikopter, 2 kapal induk, dan 80 pesawat.
Kemudian, suatu hari, kita melihat masyarakat Aceh menyambut dengan gembira bantuan-bantuan yang turun dari helikopter Amerika. Mantan Presiden Amerika, Bill Clinton, menginjakkan kakinya di bumi Serambi Makkah itu dan mereka sambut dengan suka cita.
Bantuan dan Sumbangan
Lalu, apa kata masyarakat di sana? Mereka mengatakan bahwa bantuan, sumbangan, atau apa pun namanya dari orang-orang non-Muslim, seperti Amerika, Eropa, Tiongkok, Jepang, dan lain-lain adalah sah dan halal sepanjang dalam kerangka menyelamatkan nyawa, meringankan penderitaan manusia, dan meningkatkan pendidikan mereka.
Akan tetapi, hukumnya adalah haram menerima bantuan orang asing atau non-Muslim jika telah jelas-jelas membawa pesan yang harus dilaksanakan untuk sebuah proyek penzhaliman, pembodohan, dan penghancuran kemanusiaan.
Jadi, bantuan yang harus kita tolak ternyata bukan karena agama seseorang, melainkan karena motif menyerang, merusak, dan menghancurkan kemanusiaan. Bantuan semacam ini bisa datang dari siapa saja.
Sudah beberapa tahun bencana dahsyat itu berlalu. Seluruh masyarakat Indonesia berterima kasih kepada para donor asing atas bantuannya, dan bangsa-bangsa di dunia bersyukur. Kini masyarakat Aceh telah kembali pulih dan menjalani hari-harinya dengan lebih baik. Semoga tsunami tidak terjadi lagi, baik di sana maupun di mana pun. []