Mubadalah – Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil’alamiin (P5RA) yang terintegrasi sebagai mata pelajaran pada Kurikulum Merdeka membuat sekolah menjadi lebih kreatif.
Melalui mata pelajaran ini, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan yang selaras dengan visi misi lembaga pendidikannya. Misalnya tentang rasa kepedulian terhadap lingkungan.
Saat ini, isu lingkungan memang cukup krusial. Mengutip dari prcfindonesia.org, setidaknya ada tujuh permasalahan lingkungan yang sekarang menjadi sorotan. Mulai dari pencemaran mikroplastik, deforestasi, pemanasan global, krisis air, pencemaran udara, perubahan iklim, hingga hilangnya keanekaragaman hayati.
Membincang soal isu lingkungan, sebenarnya kita tidak perlu jauh-jauh. Belakangan ini, problem yang paling dekat dengan kehidupan kita dan cukup meresahkan adalah soal sampah. Indonesia darurat sampah menjadi tagline di beberapa media mengingat betapa banyaknya volume tumpukan sampah, khususnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Adanya eskalasi sampah, khususnya sampah plastik, sebenarnya kita juga tidak bisa lantas menyalahkan masyarakat secara serta merta. Meskipun, di satu sisi adanya peningkatan ini terjadi karena melonjaknya budaya konsumerisme masyarakat yang serba cepat dan instan. Pemerintah sendiri serta pelaku industri juga perlu memiliki regulasi dalam meminimalisir penggunaan plastik.
Selain itu, perlu ada sistem yang kuat dan terorganisir untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap sampah plastik. Sistem ini bisa dimulai dari satuan tatanan sosial terkecil seperti keluarga hingga jenjang pemerintahan lainnya maupun melalui lembaga atau institusi.
Kurikulum Merdeka dan Aksi Kepedulian Lingkungan
Dalam lingkup pendidikan, kurikulum terbaru yang Nadiem Makarim terapkan menawarkan kebebasan sekolah untuk mengelola pembelajaran berdasarkan visi-misi yang sekolah emban.
Melalui mata pelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil ‘alamiin (P5RA) Kurikulum Merdeka, setidaknya ada lima tema yang dapat sekolah terapkan dan mendapat penekanan yang lebih intens.
Kelima tema tersebut antara lain: Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa Raganya, serta Rekayasa dan Teknologi. Tentu dari kelima tema ini, pihak sekolah dapat menyesuaikan dengan visi-misi serta kultur daerah setempat.
Tema P5RA tentang gaya hidup berkelanjutan menjadi tema yang cukup penting. Melalui tema ini peserta didik akan mendapat edukasi tentang bagaimana aktivitas manusia dan dampaknya terhadap keberlangsungan lingkungan.
Kesadaran akan pentingnya sikap ramah lingkungan menjadi fondasi penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu peserta didik juga perlu tahu bagaimana mitigasi yang tepat jika suatu saat terjadi krisis atau bencana.
Kesadaran terhadap lingkungan sudah selayaknya menjadi salah satu edukasi yang menjadi pembelajaran sejak dini kepada peserta didik. Tidak hanya sebatas teori, melalui P5RA peserta didik dapat terlibat langsung dalam aksi peduli lingkungan melalui projek-projek yang sekolah kembangkan.
Potret P5RA di MI Daarul Ulum Sinar Melati Yogyakarta
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Daarul Ulum Sinar Melati cukup intens dalam membentuk karakter peserta didik yang berwawasan lingkungan. Dengan mengambil tagline madrasah adiwiyata, sekolah ini memiliki program-program menarik berbasis lingkungan hidup.
Madrasah yang cukup mewah alias mepet sawah ini terbilang memiliki sistem yang cukup ketat dan kuat. Di bawah kendali Ibu Suswandari Listiyaningsing, S.Pd, AUD, MI Daarul Ulum menjelma sebagai madrasah adiwiyata dengan suasana yang sejuk nan asri.
Dalam meminimalisir penggunaan sampah plastik di lingkungan sekolah, MI Daarul Ulum mensyaratkan setiap peserta didik membawa bekal dari rumah dengan tempat nasi dan botol bukan sekali pakai. Mereka juga tidak diperbolehkan membawa sedotan plastik.
Selain itu peserta didik juga harus membawa makanan ringan yang sehat dari rumah dan membawa pulang sampahnya. Di sekolah ini pun tidak ada penjual sehingga orang tua dapat mengontrol kesehatan makanan yang mereka konsumsi selama di sekolah.
Sekolah ini juga memiliki sistem pemilahan sampah yang cukup baik. Mulai dari sampah organik, non-organik, maupun sampah kertas. Program 5R ( reduce, reuse, recycle, repurpose, refuse ) dalam penanganan sampah plastik menjadi konsep yang tidak sekadar teori, tetapi juga terus diedukasikan kepada peserta didik.
Misalnya melalui mata pelajaran P5RA kemarin. Peserta didik dilibatkan dalam projek nyata dengan tema “Sampahmu Kreatifitasku”. Selama kurang lebih satu setengah bulan, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok guna membuat kreativitas dari barang bekas.
Dengan pendampingan dari guru-guru dan dukungan dari orang tua, peserta didik dapat menyuguhkan hasil karya yang unik dan menarik. Dengan bermodal limbah plastik, kertas, maupun kardus, para peserta didik dapat membuat kreativitas berupa fashion, kerajinan, maupun mainan dari limbah.
Harapan dari program ini, peserta didik tidak hanya mampu memilah atau meminimalisir sampah. Tetapi juga mampu mendayagunakan dan menyulapnya menjadi suatu hal yang lebih bermanfaat, lebih-lebih dapat bernilai ekonomis.
P5RA Kurikulum Merdeka dan Pendidikan Karakter di Sekolah
Sebagai miniatur kehidupan, sekolah tidak hanya menjadi lembaga transmisi ilmu pengetahuan semata. Namun lebih dari itu, sekolah adalah kawah cadradimuka untuk menggodok peserta didik menjadi lebih berkarakter dan berintegritas. Terutama dalam membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan
P5RA Kurikulum Merdeka menjadi tools yang cukup menarik untuk mencetak karakter sesuai dengan visi-misi lembaga sekolah terkait. Melalui kurikulum ini sekolah dapat lebih kreatif dan inovatif dalam menjalankan projek-projeknya.
Tentu pembiasaan-pembiasaan yang telah sekolah laksanakan bertujuan supaya peserta didik dapat lebih disiplin dan menjadi percontohan ketika berada di rumah. Namun, yang perlu kita ingat bahwa tugas kependidikan bukan hanya dibebankan kepada guru di sekolah. Orang tua pun perlu terlibat di dalamnya. []