• Login
  • Register
Rabu, 7 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Anak; Buah Cinta Bapak dan Ibu

Ulfatun Hasanah Ulfatun Hasanah
07/11/2022
in Kolom
0
Anak Buah Cinta Bapak dan Ibu

Anak; Buah Cinta Bapak dan Ibu

28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Anak yang hebat ditanya siapa bapaknya, anak yang nakal ditanya siapa ibunya! Begitulah realitas yang terjadi di masyarakat. Padahal anak adalah buah cinta dari bapak dan ibu. Tidak ada bapak, tak akan ada anak. Begitupun sebaliknya, tidak ada ibu mustahil seorang anak terlahir ke dunia.

Maka, mengurus anak dan tetek bengek dalam urusan rumah tangga lainnya seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Tidak hanya perempuan yang diberi tanggung jawab sedemikian berat seorang diri.

Saat anak sakit, ibu yang “dirasani”. Anak tidak lancar bicara dan membaca, ibu yang disalahkan. Bahkan saat anak teriak mau cewok (cebok) pun ibu yang sedang memasak di dapur dipanggil. Padahal bapaknya sedang santai membaca koran.

Tetapi giliran anak menjadi bintang kelas, bapak yang dipanggil. Bapak dipersilakan naik ke atas panggung untuk mendampingi anaknya menerima penghargaan. Bapak-lah yang dipersilakan.

Baca juga: Ayah Jangan Gengsi Memandikan Anak

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Baca Juga:

Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Hal ini sudah menjadi pemandangan biasa dan dianggap wajar-wajar saja. Tidak ada yang mengeluh, pun menuntut. Sebab perempuan yang “seperti itu” dianggap perempuan idaman dan salihah yang menjadi cerminan penghuni surga.

Persoalannya, siapa yang mengatakan itu? Tentunya laki-laki yang menginterpretsikan teks sesuai kemauan dan kebutuhannya. Interpretasi teks yang dipaksa masuk ke dalam ranah ibadah, walaupun hal itu sebenarnya adalah muamalah.

Hal yang paling miris adalah saat istri hanya dianggap budak suaminya. Sebagaimana diceritakan dalam kitab ’Uqudu al-Jain, yaitu:

“Hendaknya suami memberi pengertian kepada isterinya bahwa, sesungguhnya keberadaan isterinya tidak lebih bagaikan hamba sahaya (budak) di mata tuannya. Atau bagaikan tawanan yang tidak berdaya karena itu isteri tidak berhak mempergunakan harta-harta suaminya kecuali memperoleh izinnya.”

Baca juga: Mengkritisi Qurrah al-Uyûn dengan Nalar Mubadalah

Pembacaan teks seperti ini banyak digunakan laki-laki untuk melegitimasi bahwa istri hanyalah the second human yang menemani dirinya, hanya sebagai pelengkap. Jadi sah-sah saja saat urusan rumah tangga seperti menjaga anak menjadi tanggung jawab istri sepenuhnya. Sebab, ia hanya hamba sahaya, tugasnya hanya melayani suaminya.

Padahal tujuan menikah dalam Islam bukanlah penghambaan seorang perempuan kepada laki-laki. Melainkan proses untuk mengikatkan diri pada perjanjian kemitraan demi mencapai keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah (Samara).

Tidak boleh ada yang menghambakan atau menjadi hamba pada yang lain, tetapi yang harus dibangun adalah kesalingan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan bersama dalam bingkai Samara.

Harapan kebahagiaan (sakinah) akan terwujud ketika masing-masing merasa senang dengan mencintai dan melayani (rahmah). Pada saat yang sama juga senang karena dicintai dan dilayani (mawaddah).

Baca juga: Rumah Tangga yang Samara

Sama halnya dalam persoalan mengurus anak, yang dibangun semestinya adalah kesalingan di antara seorang bapak dan ibunya. Keduanya bersama-sama mengasuh, mendidik, dan memberikan yang terbaik kepada anaknya.

Jika bapak juga bisa menemani anak bermain, mengapa harus menunggu ibu. Jika Bapak bisa memandikan dan menyuapi anak maka tak perlu menyuruh ibunya.

Bapak dan ibunya bisa menjadi partner yang solid untuk “ngemong” anaknya.

Dengan kesolidan ini seorang anak dapat merasakan cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya tanpa ketimpangan salah satunya. Hal itu juga menjadi pembelajaran terhadap mental anak tentang pentingnya kerjasama antara laki-laki dan perempuan dalam menciptakan keluarga yang bahagia.

Dengan demikian, dari suasana keluarga yang seperti itu diharapkan lahir pribadi-pribadi tangguh yang penuh cinta, generasi yang baik budi pekertinya. Pasangan yang salih dan salihah, keluarga yang harmonis, dan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Demikian penjelasan sejatinya anak; buah cinta bapak dan ibu. Semoaga bermanfaat. []

Tags: anakayahbahagiaGenderIbuistrikeluargalaki-lakimawadahperempuanrahmahRelasirumah tanggasakinahSAMARAsuami
Ulfatun Hasanah

Ulfatun Hasanah

Terkait Posts

Hadis Pengasuhan Anak

Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

6 Juni 2023
Ketimpangan Relasi Suami Istri

Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

6 Juni 2023
Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

6 Juni 2023
Agama dan Negara

Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein

5 Juni 2023
Childfree

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

5 Juni 2023
Politisi Perempuan

Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

5 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ketimpangan Relasi Suami Istri

    Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Hari Raya Idul Adha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Alasan Patriarkhi Tetap Bertahta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sa’i: Simbol Perjuangan untuk Meraih Kehidupan
  • Pemaknaan Hadis Pengasuhan Anak Yang Ibunya Menikah Lagi
  • Rahasia Tawaf
  • Pandangan Jamal al-Banna terhadap Ketimpangan Relasi Suami Istri
  • Fahmina Berikan Pendampingan Pengelolaan Sampah di 4 Pesantren

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist