Mubadalah.id – Ketua Pelita Perdamaian, Haryono mengajak anak muda untuk menghargai perbedaan, baik itu perbedaan suku, ras, dan agama sekalipun. Pasalnya, perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia.
“Kuncinya adalah kita harus sering-sering komunikasi atau ngobrol satu sama lain dan Pelita menyediakan hal itu melalui pertemuan bulanan,” kata Haryono saat menyampaikan materi pada Pelatihan Kepemimpinan Anak Muda yang digelar Fahmina Institute di Kuningan.
Ia menjelaskan, dalam pertemuan bulanan, Pelita mencoba mempertemukan orang-orang dari berbagai latar belakang agama untuk saling komunikasi. Jadi Pelita memiliki ruang informal untuk sering bertatap muda dan berdiskusi satu sama lain.
“Nah untuk menghapus rasa curiga satu sama lain. Makanya kami adakan pertemuan bulanan ini,” imbuhnya.
Dalam pertemuan itu juga, lanjut dia, Pelita tidak mendiskusikan masalah teologis agama atau keyakinan. Namun Pelita mencoba mengajak anak muda untuk saling mengenal satu sama lain.
“Kalau mereka sudah saling mengenal, maka tidak ada lagi saling curiga,” tegasnya.
Termotivasi dari kiai
Alasan ia terlibat di Pelita, Haryono mengaku ia termotivasi dari seorang kiai di pesantren ketika mondok dulu. Sebab, ia melihat kiai itu memiliki teman seorang pendeta.
“Oh ternyata penting juga memahami perbedaan, dan masing-masing karakter agama. Jadi motivasinya itu dari pesantren, bahkan kiai saya mempraktikkannya,” ucapnya.
Modal
Sementara itu, Perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Cirebon, Tamim mengapresiasi kepada Fahmina Institute yang telah membuat pelatihan kepemimpinan gotong royong bagi anak muda. Sebab, pelatihan kepemimpinan anak muda ini merupakan modal untuk berkiprah di masyarakat.
“Kalau sudah belajar kepemimpinan, maka pengetahuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah di desa masing-masing. Berangkat dari masalah itu adik-adik bisa melakukan inovasi-inovasi untuk memecahkan masalah,” harapnya. (WIN)