“Saya sedang menangani kasus keluarga. Seorang istri telah mengadu ke saya tentang suaminya. Mereka baru menikah sebulan lalu. Kasusnya adalah penis suaminya hanya 2 cm, sulit ereksi dan tubuhnya lebih mirip perempuan. Apa yang harus dilakukan istri kalau suami begini?”
Mubadalah.id – Pertama-tama harus kita sepakati dulu apa itu makna pernikahan dan rumah tangga. Terutama makna pernikahan dan rumah tangga yang tuntunannya selaras dengan Islam. Pernikahan dan rumah tangga sebagai perjanjian dan perjalanan hidup yang berat. Di mana keduanya, antara istri dan suami ditagih untuk memenuhi janji setianya dalam suka maupun duka.
Pernikahan dan rumah tangga, merupakan dua dari sekian banyak misteri dalam kehidupan manusia. Kita sebut misteri karena hampir tidak ada seorang pun manusia yang tahu secara pasti. Mengenai dengan siapa kita akan menikah dan berumah tangga, kapan waktunya, sampai kapan, berikut berbagai kemungkinan kasus yang akan kita alami.
Termasuk penemuan kasus seperti yang saya kemukakan di atas. Salah satu kasus yang mungkin langka terjadi. Kasus ini menjadi pelajaran bagi siapa pun, terutama bagi yang belum menikah untuk senantiasa berhati-hati, agar ke depannya tidak kecewa dan menyesal, apalagi lari dari masalah.
Mau bagaimana lagi, meskipun baru sebulan, pernikahan sudah terjadi. Sebagai manusia biasa, mungkin istrinya kaget manakala mendapati fakta bahwa suaminya tidak seperti para suami pada umumnya. Terutama berkaitan dengan penis yang sangat pendek, sulit ereksi dan tubuhnya mirip perempuan. Apa yang harus dilakukan istri jika sudah demikian terjadi.
Mengedepankan Musyawarah
Dalam menghadapi masalah apa pun, meskipun tidak mudah menghadapinya, istri dan suami tetap harus mengedepankan musyawarah, bicara dari hati ke hati. Apakah suami yang mendahului pembicaraan, dengan bicara secara jujur sambil menyampaikan permohonan maaf secara tulus.
Atau bisa juga istri membujuk terlebih dahulu agar suaminya bicara secara terbuka, sampai tidak ada yang tertutup-tutupi. Ini bagian dari cara istri dan suami menjadi pasangan yang “satu jiwa”, bagaimana istri bisa berempati dengan masalah suami, demikian juga sebaliknya.
Setelah masalah terang benderang, keduanya, mesti fokus pada solusi demi solusi. Sebagai muslim yang baik, setelah proses musyawarah selesai, istri dan suami segera menggelar sajadah, meminta petunjuk kepada Allah agar masalahnya mendapatkan jalan keluar.
Bahkan sebagai muslim yang taat dan butuh kepada Allah, kita mengenal istilah “riyadhah.” Yakni serangkaian ibadah dan amal shaleh yang dilaksanakan secara istiqamah dengan waktu yang lama, serangkaian ibadah dan amal saleh ini dilakukan tidak lain agar Allah berkenan memberikan keajaiban.
Berikutnya, istri dan suami bisa menempuh jalur medis, dengan pergi ke dokter ahli, untuk menanyakan lebih lanjut, apa yang sebetulnya terjadi pada suaminya. Kalau bisa kita tempuh secara medis, sampai kemudian dokter meyakinkan bahwa masalahnya bisa teratasi, maka istri dan suami harus sabar menjalaninya.
Pengobatan Alternatif
Selain medis, di kalangan sekitar kita, biasanya juga bisa menempuh sejumlah pengobatan alternatif, tentu saja dengan catatan pengobatan alternatif yang aman. Pada prinsipnya segala ikhtiar dan do’a terus kita tempuh. Dalam banyak kasus, misal kasus istri yang belum dikaruniai momongan selama belasan tahun. Tetapi setelah menjalani ikhtiar dengan sabar, Allah akhirnya memberinya momongan dengan sangat ajaib.
Jadi saya ingin menyarankan agar dalam menghadapi setiap masalah, jangan sampai cepat-cepat mengambil keputusan untuk bercerai. Bercerai, meskipun bisa kita tempuh, ia tetap kita jadikan solusi paling akhir. Yakni dengan syarat perceraian pun kita tempuh dengan cara yang baik.
Untuk sekadar memperkuat ikhtiar istri dan suami tersebut, riyadhah itu bisa berupa salat tobat, fardu tepat waktu dan berjamaah, bersedekah, meminta maaf kepada yang perlu kita mintai maaf, berpuasa sunah, berziarah, meminta do’a kepada orang tua, kepada Kiai/guru, dan juga bernazar.
Saya yakin dan tentu ikut mendo’akan, bahwa suatu waktu apa yang menjadi masalah akan ada solusinya. Hanya saja kalau misalkan sudah mentok, telah sekian lama berikhtiar tidak menemukan hasil, lalu hendak memilih bercerai, itu tadi, bercerailah dengan cara yang baik. Tujuannya agar ke depannya tidak menyisakan dendam.
Insya Allah akan ada banyak hikmah atas kasus ini, untuk yang bersangkutan dan kita sekalian. Semoga Allah memberikan keajaiban kepada pasangan yang bersangkutan. Wallahu a’lam. []