• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Apa yang Salah dengan Tubuh Perempuan?

Kecerdasan dan prestasi perempuan menjadi ancaman. Hingga lagi-lagi yang dibicarakan adalah tubuh perempuan. Bukan pemikiran, karya, dan prestasinya. Ia hilang di balik kata cantik dan seksi

Zahra Amin Zahra Amin
01/09/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Tubuh Perempuan

Tubuh Perempuan

440
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini rasanya pemberitaan di media begitu sangat sesak menarasikan tentang tubuh perempuan. Mulai dari pernyataan-pernyataan kontroversial para pejabat negeri ini, yang menjadikan nikah sebagai solusi setiap masalah. Tak cukup satu. Bahkan hingga mendua, mentiga bahkan empat. Tak harus sebaya katanya. Lebih muda dan tak berpendidikan akan dianggap lebih baik.

Begitulah tubuh perempuan terkontrol sedemikian rupa. Tak ada pikirannya yang mampu menjangkau luas hingga ke negeri jauh untuk menggapai mimpi. Ia harus patuh dan tunduk pada sistem yang telah merenggutnya. Karena tubuh perempuan masih tersandera oleh banyak kepentingan di sekitarnya. Seakan orang lain terganggu dengan kehadiran perempuan. Entah ia lajang, janda atau lansia.

Kecerdasan dan prestasi perempuan menjadi ancaman. Hingga lagi-lagi yang dibicarakan adalah tubuh perempuan. Bukan pemikiran, karya, dan prestasinya. Ia hilang di balik kata cantik dan seksi. Pernah suatu kali, karena kondisi ini saya malu menjadi perempuan. Karena ke mana-mana harus pandai membawa diri, jika tak ingin menjadi sasaran pandangan tak menyenangkan dari lawan jenis.

Cara Pandang yang Keliru

Ya cara pandang yang salah itu telah membelenggu tubuh perempuan dari bertahun-tahun yang lalu. Bahkan peradaban kuno hingga modern di dunia ini, meninggalkan sejarah pahit. Bagaimana perempuan menjadi budak seks, dikoleksi dalam harem-harem tersembunyi. Menjadi barisan selir di balik dinding kerajaan dan keraton.

Sampai pada kesimpulan saya sendiri, jangan-jangan ketika ada pejabat publik yang berkata tentang poligami, sejatinya ia ingin meniru para kaisar, raja dan sultan di masa lalu. Alangkah bodohnya, jika kehidupan hari ini kita masih saja berkutat ke soal kawin mawin, sementara bangsa lain peradabannya sudah menjelajahi luar angkasa. Dan alangkah bodohnya kita, jika masih memilih para pejabat ini di Pemilu 2024 mendatang.

Baca Juga:

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Cara pandang yang keliru tentang perempuan ini, harus terus kita suarakan. Tak hanya sekedar tubuh yang bernafas, dan sekian hal yang menyertainya. Perempuan adalah sama-sama manusia yang dianugerahi akal dan jiwa, di mana dari rahimnya lahir anak-anak yang akan mewarisi peradaban negeri ini. Jika telah kau rusak perempuan, jangan harap akan lahir generasi gemilang. Jika kau dustai perempuan, jangan harap rasa percaya itu akan datang.

Hentikan Normalisasi Kekerasan

Kekerasan dalam bentuk apapun, dan atas nama siapapun harus kita hentikan. Maka jangan anggap wajar setiap kekerasan yang muncul dalam kehidupan kita. Karena bisa jadi kekerasan yang dianggap sepele itu akan berakumulasi, kian membesar bagai bola salju yang terus menggelinding semakin membesar hingga akhirnya tak bisa kita hentikan.

Pun demikian halnya dengan kekerasan yang dialami orang lain. Baik anak kecil maupun orang dewasa. Baik pelakunya publik figur maupun orang biasa. Maka penting untuk menyampaikan pada yang lain tentang jenis-jenis kekerasan serta apa dampak yang mungkin tinggal. Bahkan bisa jadi akan meninggalkan trauma yang berkepanjangan.

Sudah banyak cerita, atau film yang berbasis pengalaman nyata. Bagaimana masa lalu seseorang yang kerap menjadi korban kekerasan, kelak di masa depan ia akan menjadi pelaku kekerasan. Maka untuk menghentikan rantai kekerasan itu, kita harus memutusnya dengan tak lagi menormalisasi kekerasan. Sementara pernyataan para pejabat publik itu, tanpa ia sadari justru telah menormalisasi kekerasan terhadap perempuan.

Politisi Busuk

Teman, masih ingat kan dengan istilah politisi busuk? Politisi busuk adalah sebutan yang pernah ramai tertuju pada politisi yang memiliki moral dan perilaku yang tak sepatutnya. Baik sebagai wakil rakyat maupun pejabat politik. Banyak mengecewakan publik dalam sikap diri dan langkah politiknya termasuk praktik kotor korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Nah ketika ramai-ramai pemberitaan di media terkait kebijakan “ngasal” para politisi, seperti Raperda tentang janda di Banyuwangi, atau pernyataan tentang poligami sebagai solusi atas naiknya angka kasus HIV/AIDS di suatu daerah. Langsung saja saya berpikir, para politisi pelaku KBGS (kekerasan berbasis gender dan seksual) yang sering menjadikan tubuh perempuan sebagai objek pemikiran mereka, kita sematkan saja sebagai politisi busuk.

Saya pikir negara ini akan baik-baik saja tanpa politisi busuk, yang kerap menjadikan tubuh perempuan sebagai candaan seksis. Kelak di jelang Pemilu nanti, kriteria untuk para calon wakil rakyat atau pejabat publik lainnya harus kita tambahkan ia harus bersih dari perilaku kekerasan terhadap perempuan dan kelompok rentan.

Jadi pilihlah calon pemimpin yang baik, dan amanah. Baik laki-laki maupun perempuan adalah mulia jika saling memperlakukan satu sama lain dengan penuh kemuliaan. Sebagaimana hadis di bawah ini;

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلى ما أكرم النساء إلا كريم ولا أهانهن إلا لئيم

“Paling baiknya kalian ialah paling baiknya kalian kepada keluarganya. Dan aku paling baiknya kalian pada keluargaku. Tidak memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia. Tidak menghinakan perempuan kecuali laki-laki hina.” (HR. Imam Hakim). []

Tags: KBGSperempuanpoligamiPolitisi Busuktubuh
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID