• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Bagaimana Menciptakan Ruang Aman Perempuan di Pesantren?

Kekerasan seksual yang terjadi di pondok pesantren memberikan dampak pada psikis para santri, kemungkinan terdapat rasa kekhawatiran dan ketakutan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan ruang aman perempuan bagi santri di pondok pesantren

Isfaroh Isfaroh
04/08/2022
in Pernak-pernik
0
Ruang Aman Perempuan

Ruang Aman Perempuan

487
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kekerasan seksual dapat terjadi di mana saja, baik di ruang umum atau ruang  privat. Sehingga ruang aman perempuan, menjadi kian penting kita perjuangkan. Tentu pembaca masih ingat dengan kasus di pondok pesantren Majma’ah Bahroin Hubbul Wathonn minal Iman Shiddiqiyah, Ploso, Jombang, Jawa Timur.

Di mana telah terjadi kekerasan seksual yang dilakukan oleh Mas Bechi putra pengasuh pondok pesantren tersebut. Kronologinya yaitu ia mengundang para santri perempuan untuk mengikuti seleksi tenaga kesehatan di kliniknya. Namun dalam proses seleksi medis malah terjadi kekerasan seksual.

Kasus ini sebenarnya sudah terjadi pada tahun 2017, tetapi pelaku belum berhasil tertangkap, baru pada bulan Juli 2022 ia menyerahkan diri ke polisi. Selama menjadi DPO atau daftar pencarian orang, ia mendapat perlindungan dari ayahnya selaku pengasuh pondok dan santrinya. Mengapa pelaku mendapatkan perlindungan dari santri?

Ada Relasi Kuasa Pengetahuan

Jika melihat dari teori The Power of Knowledge Michael Foucoult berarti adanya relasi kuasa pengetahuan, yakni pengasuh pondok memberikan pengetahuan kepada santrinya agar mengikuti apa yang ia tuturkan. Dengan demikian pengetahuan tersebut tidak lagi berkaitan dengan benar apa salah, melainkan bagaimana efek pengetahuan terhadap tindakan para santrinya.  Dengan kata lain, kepatuhan mutlak santri pada pengasuh.

Oleh karena itu, pengetahuan yang dilontarkan oleh pengasuh pondok menjadi alat untuk mengontrol sikap dan tindakan santri. Kemudian dinormalisasikan. Jika ada santri yang bertindak tidak sesuai dengan yang ketetapan, maka tindakan santri tersebut anggapannya tidak normal. Sehingga ketika pengasuh pondok memerintahkan untuk melindungi dan menutupi kasus putranya, para santri tunduk atas perintahnya.

Baca Juga:

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Kekerasan seksual yang terjadi di pondok pesantren memberikan dampak pada psikis para santri, kemungkinan terdapat rasa kekhawatiran dan ketakutan. Untuk mengatasi hal ini kita memerlukan ruang aman perempuan bagi santri di pondok pesantren. Karena itu merupakan tugas wajib yang harus kita realisasikan. Menciptakan ruang aman dapat kita lakukan dengan menggunakan teori relasi kuasa pengetahuan berbasis gender.

Ruang Aman Santri

Pertama, pengasuh pondok menjadi agen kesetaraan gender, yaitu memberikan pengetahuan terkait gender bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada kelas superior dan inferior. Sehingga tidak ada lagi yang menjadi sasaran diskriminasi dan kekerasan seksual. Pemicu kekerasan seksual itu karena budaya patriarki, yakni pelabelan negatif kepada perempuan, bahwa perempuan adalah manusia kelas kedua yang lemah dan rentan.

Kedua, sosialisasi pengetahuan. Pengetahuan tentang kesetaraan gender mereka sosialisasikan melalui pengasuh pondok kepada keluarga, guru dan santrinya. Agenda sosialisasi ini dapat menanamkan pengetahuan baru tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan. Bahwa keduanya adalah manusia ciptaan Tuhan yang harus kita hormati dan lindungi. Dengan pengetahuan ini secara perlahan akan menghentikan terjadinya kekerasan seksual.

Ketiga, normalisasi pengetahuan. Setelah sosialisasi, lalu menormalkan pengetahuan tentang kesetaraan gender melalui praktek yang akan mereka lakukan secara berulang-ulang oleh seluruh keluarga besar pondok pesantren. Sehingga langkah ini menjadi habitus atau kebiasaan. Semua orang yang menjadi bagian di pesantren bersikap dan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang telah pengasuh pondok tuturkan. Yaitu memperlakukan semua santri berbasis keseteraan gender, khususnya ketika memperlakukan perempuan.

Pentingnya Pengetahuan Kesetaraan Gender

Ketika ketiga tahapan ini kita praktikkan dalam pondok pesantren, maka akan tercipta ruang aman bagi perempuan. Orang tua yang ingin anaknya menimba ilmu pengetahuan di  pesantren tidak lagi khawatir anaknya menjadi sasaran korban kekerasan seksual selanjutnya. Begitu juga dengan santri perempuan dapat belajar dengan nyaman dan aman.

Dengan demikian, hal utama yang harus pesantren persiapkan untuk menciptakan ruang aman perempuan, adalah pengasuh pesantren perlu mempunyai pengetahuan tentang kesetaraan gender. Karena ia merupakan seorang agen. Ruang aman bagi santri perempuan dalam pesantren ditentukan oleh pengasuhnya dalam memberikan pengetahuan kepada seluruh orang yang berada di dalam naungan, dan kebijakan pondok pesantren. []

Tags: GenderkeadilanKekerasan seksualKesetaraanPerlindungan KorbanRuang Aman PerempuanUU TPKS
Isfaroh

Isfaroh

Komunitas Ruang Gender

Terkait Posts

amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Sakinah

Tafsir Sakinah

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Taman Eden

    Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID