Mubadalah.id- Baik buruknya seorang manusia tidak bergantung kepada manusia lainnya. Begitupun, baik buruk suami istri tak bergantung pada pasangannya. Sebab, masing-masing mempunyai amalannya tersendiri dan itu menjadi tanggungjawabnya sendiri. Di tengah masyarakat, kita masih sering mendengar sebuah pandangan yang bias bahwa baik atau buruknya seorang perempuan atau istri tergantung suaminya. (Baca: Membincang 60 Hadits Shahih Tentang Hak-Hak Perempuan dalam Islam)
Ujungnya, pandangan ini dijadikan landasan seorang laki-laki untuk mengatur hidup istrinya, sekehendak hati. Seperti yang pernah saya dengar dari seorang teman bahwa perempuan cantik apabila suami memberikan hak berhias; akhlak baik bila suami mengajarkan budi pekerti; pintar bila suami mengajarkan ilmu yang baik; dan sholehah bila suami membimbing ke agama yang baik.
laki-laki dan perempuan merupakan mitra yang sejajar dan haruslah mempunyai rasa kesalingan.
Lalu, kalau tanpa suami, apakah istri tidak akan bernilai apa-apa? Ya, pandangan di atas seakan menunjukan bahwa perempuan itu makhluk rendah yang tergantung kepada laki-laki. Maka, mari kita telisik lebih jauh empat kalimat yang bias ketidakadilan pada perempuan di atas:
- Berhias adalah hak perempuan. Merawat diri dan tubuh merupakan hal yang hampir setiap perempuan sukai. Hal demikian merupakan hak perempuan itu sendiri. Jadi hak tersebut bukan pemberian dari orang lain.
- Akhlak yang baik tidak hanya melekat pada salah satu jenis kelamin saja, sehingga jika sepasang suami isteri melakukan kekeliruan maka mereka sepatutnya saling mengingatkan dan saling mengajarkan tentang budi pekerti baik itu isteri kepada suami atau sebaliknya.
- Banyak laki-laki yang pintar tapi tak sedikit perempuan yang pintar. Berbagi dalam hal kebaikan apalagi saling sharing ilmu yang didapatkan adalah hal yang dianjurkan. Laki-laki atau perempuan keduanya tidak ada yang lebih sempurna, keduanya sudah pasti mempunyai kekurangan termasuk dalam hal keilmuan. Oleh karenanya kesalingan dalam berbagi pengetahuan sangat diperlukan tanpa ada aturan yang harus mengajarkan hanyalah suami terhadap isterinya.
- Isteri sholehah atau suami soleh merupakan dambaan setiap orang. Dalam kehidupan berumah tangga, kata membimbing bukan hanya ditujukan kepada suami yang diwajibkan untuk membimbing isterinya. Akan tetapi istripun harus membimbing suami. Di antara keduanya itu merupakan kesalingan yang harus ada dalam rumah tangga demi menciptakan kebahagiaan di dalamnya.
Empat penjelasan tersebut sejalan dengan sebuah hadist dari Aisyah ra.. Beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya, perempuan itu saudara kandung (mitra sejajar) laki-laki” (Sunan Abu Dawud no. 236, Sunan at-Turmuzi no. 163, dan Musnad Ahmad no. 26836).
Atau juga di dalam Al Qur’an surat At Taubah , 9:71 yang artinya:
“Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, adalah saling menolong, satu kepada yang lain; dalam menyuruh kebaikan, melarang kejahatan, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan mentaati Allah dan rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Bijaksana” (QS. at-Taubah, 9: 71).
Hadits dan Al Qur’an tersebut keduanya mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan merupakan mitra yang sejajar dan haruslah mempunyai rasa kesalingan. Tidak ada yang lebih berkuasa di antara keduanya. Tidak ada yang lebih baik akhlaknya satu dibanding yang lain. Keduanya harus saling membimbing, mengingatkan, menasihati dan bahu membahu untuk kehidupan rumah tangga yang bahagia.[]