• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Belajar Cara Memperlakukan Anak dari Film Ipar Adalah Maut

Orang tua harusnya bersikap adil, mereka tidak boleh memprioritaskan salah satu di antara anak-anaknya

Salsabila Septi Salsabila Septi
15/07/2024
in Film
0
Film Ipar adalah Maut

Film Ipar adalah Maut

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Pembahasan film ipar adalah maut dari segala penulis sudah banyak bertebaran di media sosial hingga website mubadalah.id. Penjelasan mengenai relasi dengan ipar baik perempuan maupun laki-laki yang seharusnya juga sudah banyak dibahas. Permasalahan seperti ini juga bukan hal baru, tetapi ketika ada keberanian dari salah satu pihak, maka keberanian lain semoga akan muncul.

Kisah Nyata Seorang Followers

Kisah dalam film merupakan cerita nyata yang awalnya berbentuk cerita berseri melalui Tiktok. Melalui akun @Elizasifaa yang pertama membagikan kisah ini dibagikan, kisah yang ia dapat dari salah satu followersnya. Ceritanya yang menarik perhatian kemudian diangkat menjadi film dengan Hanung Bramantyo sebagai sutradaranya.

Inti dari cerita dan jalannya film mungkin sudah banyak kalian ketahui. Pemahaman terkait bahayanya ipar dalam keluarga pasti juga membuat kalian overthinking sejenak setelah menonton film ini. Kisah serupa juga bisa saja dialami oleh orang lain. Saya sendiri berharap banyak yang sudah sadar dan berani mengambil sikap, walau kata memang tak semudah realita.

Tetapi, ada salah satu hal menarik yang saya dapatkan dari kisah ini. Eliza selaku pencerita pertama ketika wawancara melalui salah satu podcast mengatakan beberapa fakta yang membuat saya berpikir keras. Dalam ceritanya, Rani selaku adik kandung dari Nisa dalam kehidupan aslinya tidak merasa bersalah. Bahkan ketika keluarganya melakukan proses mediasi, Nisa tidak pernah mengucapkan kata maaf.

Kisah yang Berbeda dari Film

Rani yang saat itu sudah ketahuan pun tidak merasa bersalah akan apa yang telah ia lakukan. Rani malah kabur ketika mediasi sudah berlangsung, dan meninggalkan ibu dan kakaknya yang sudah ia kecewakan. Ketika ibunya sakit pun, dia datang dan mengurusnya setengah hati. Bahkan ketika ibunya meninggal dunia ia masih sempat untuk menggoda Aris, selaku suami Nisa saat itu.

Baca Juga:

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Bagi saya, yang juga punya saudara perempuan dan memang belum merasakan langsung dinamika kehidupan rumah tangga pasti menjadi sangat aneh dengan sikap Rani ini. Dan ternyata memang, Rani sendari kecil selalu dibandingkan dengan Nisa sang kakak. Ibunya juga sangat sayang kepada Rani, dan merasa gagal mendidik anaknya hingga ia meninggal dunia.

Kasih sayang orang tua pada anak pastinya hal yang lumrah. Semua orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Dalam segi pendidikan, kesehatan, kasih sayang dan lain sebagainya. Bahkan, setelah mendengar tangisan pertamanya orang tua langsung menyampaikannya semua doa-doa dan rasa syukurnya.

Kembali lagi pada permasalahan yang Nisa dan Rani alami. Rani merasa dari dulu kakaknya selalu memperoleh banyak sanjungan. Dia di banding-bandingkan dengan pencapaian kakaknya. Rasa sayang ibunya pada Rani pun begitu besar, perbedaan pengalaman anak pertama dan anak bungsu pasti berperan penting dalam hal ini.

Membedakan sikap pada anak mungkin tidak terlalu orang tua sadari. Kasih sayang yang ingin mereka berikan pastinya sama saja. Tetapi sedikit banyak ada perbedaan yang mungkin pengaruh dari faktor usia, pengalaman, hingga faktor lingkungan.

Selain itu, ketika lingkungan sekitar juga memberikan penilaian yang berbeda antar keduanya. Kenapa adikmu bisa ini kamu gak? Kenapa kakakmu lolos ujian ini kamu gak? Bisa jadi pertanyaan yang membuat anak merasa dibandingkan.

Lalu bagaimana seharusnya orang tua bersikap?

Orang tua harusnya bersikap adil untuk anak-anaknya. Mereka tidak boleh memprioritaskan salah satu anaknya dari segi perhatian. Sama halnya dengan ucapan Rasulullah bahwa “Bertakwalah kepada Allah. Bersikaplah adil terhadap anak-anakmu”.

Adil tersebut dapat saja bermakna ganda, pemahaman terkait keadilan adalah subjektif. Tetapi dengan usaha tidak membandingkan prestasi, kebanggaan tertentu, ataupun sifat anak dengan saudara lainnya dapat orang tua lakukan.

Kesadaran ini pastinya sudah banyak orang tua miliki, tetapi praktik yang ada pasti tak semudah itu. Dari film ipar adalah maut kita dapat belajar banyak hal bahwa pastinya tidak ada asap pekat tanpa adanya api yang membara. []

 

Tags: Film Ipar Adalah MautkeadilankeluargaparentingRelasi
Salsabila Septi

Salsabila Septi

Menulis untuk ketenangan, dan menjaga alam untuk kemaslahatan.

Terkait Posts

Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID