• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Belajar Kesehatan Seksual dan Reproduksi itu Asik!

Kondisi bullying saat darah menstruasi tembus di rok itu, menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak

Khoiriyasih Khoiriyasih
21/07/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Kesehatan Seksual dan Reproduksi

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagaimana ketika kita mendengar anak sekolah merasakan ketidaknyamanan? Bagi saya yang pernah mendengar kisah anak perempuan Sekolah Dasar menjadi korban bullying saat darah menstruasi tembus di rok, sedih sekaligus menyakitkan.

Kondisi bullying saat darah menstruasi tembus di rok itu, menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak. Jangan sampai sekolah yang seharusnya membahagiakan, jauh dari ruang aman karena sekolah membiarkan guyonan seksis terus berjalan. 

Berangkat dari lingkungan sekolah, saya sempat memikirkan bahwa setiap guru di sekolah bisa memberikan pelajaran mengenai kesehatan seksual dan reproduksi. Sejauh ini, seringnya orang tua memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi ketika anak terlanjur menginjak usia remaja, bukan sebelumnya.

Melihat perkembangan isu kekerasan seksual terus menjadi perbincangan hangat dan mengancam masa pertumbuhan anak, mendorong agar guru menggerakkan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi sejak usia anak-anak, mulai  di sekolah.

Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan ditujukan agar siswa dapat mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan.

Baca Juga:

Mengapa Kartini Meninggal setelah Melahirkan?

Huang Zitao; Ex Idol K-pop Produksi Pembalut Demi Istri

16 HAKTP: 12 Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual sebagai Upaya Melindungi Perempuan dari Kekerasan

Melahirkan Caesar atau Normal, Perempuan Tetap Menjadi Ibu Sejati

Jadi, pendidikan tidak hanya berkaitan dengan aspek intelektual saja, melainkan juga pengetahuan agar kesehatan siswa berjalan sehat. Swara Rahima melalui wawancara bersama Ibu Musdah Mulia, menyampaikan, “harusnya anak mendapatkan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi sejak dini, membahas tentang tubuh cara merawatnya, membasuhnya, dan mencucinya.”

Guru bisa menyediakan waktu agar anak-anak mendapatkan materi kesehatan seksual dan reproduksi meski kurikulum pendidikan belum mencanangkan, saat ini. Guru menyesuaikan materi yang sesuai dengan pemahaman anak-anak agar tidak terjebak pada pemahaman seks tidak sehat.

Saya membayangkan ketika anak mendapatkan materi menjaga kesehatan tubuhnya sendiri, berarti ada modal awal untuk mereka membangun atmosfer pertemanan sehat di sekolah.

Bagaimana Anak Memahami Kesehatan seksual dan Reproduksi?

Usia anak adalah usia dengan kemampuan mudah menangkap sesuatu dari kebiasaan melihat dan mendengar. Kalau dipikir-pikir, kita bisa merancang strategi pembelajaran kesehatan seksual dan reproduksi secara asik.

Pertama, memaksimalkan mata pelajaran dengan menyelipkan pengalaman pribadi

Yakni dengan Tidak menggunakan kalimat judge, “wah, kalian perempuan ini nanti akan menstruasi. Hati-hati, lho,” tapi merubah kalimat yang nyaman di hati anak-anak. Misalnya, “Anak-anak, ustadzah mau cerita, dulu ustadzah saat mengalami menstruasi itu sakitnya luar biasa,” Membuka diskusi dengan memantik anak-anak untuk bertanya, “kenapa sakit, ustadzah?” kemudian kita melanjutkan dengan pemahaman dasar soal perempuan nantinya akan mengalami menstruasi yang keluar dari organ reproduksi. 

Kedua, mengenalkan organ reproduksi manusia melalui gambar anatomi tubuh

Di lingkungan kita, masih ada yang menganggap “saru” ketika materi anatomi tubuh dijadikan bahan diskusi. Tugas kita sebagai guru menyampaikan dengan beragam media kalau belajar anatomi tubuh adalah hal asik dan baik.

Perlu diketahui, saat menyampaikan materi agar tidak menyebut nama organ reproduksi dengan kalimat konotasi, misalnya, “kalau laki-laki mempunyai burung,” Sampaikan saja kalau laki-laki memiliki penis. Kalimat yang sesuai dengan disiplin pengetahuan memudahkan anak-anak paham tentang organ reproduksinya sendiri tanpa menutupi dengan konotasi tidak tepat. 

Ketiga, mengajarkan anak menjaga kebersihan organ reproduksi

Setelah anak mengetahui nama organ reproduksinya, kita bisa mengenalkan agar anak-anak paham tanggung jawab menjaga kebersihan tubuhnya sendiri. Cara menyampaikan bisa berupa teknik membersihkan organ reproduksi yang aman.

Ketika selesai buang air besar berarti harus cebok sampai bersih, sebab kalau tidak bersih ada kuman yang bisa menyebabkan organ reproduksi anak-anak sakit. Bisa juga dengan menyampaikan kalau ada orang lain yang memegang organ reproduksi anak-anak, berarti harus teriak lari ke orang terdekat mereka. 

Keempat, keasikan yang sejalan dengan kebiasaan guru mendengarkan pengalaman peserta didik

Guru tidak harus menyampaikan materi dalam satu waktu. Proses menyampaikan materi secara bertahap justru memudahkan anak-anak mengingat. Sesekali guru perlu menanyakan pengalaman dan kondisi anak-anak yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi.

Bisa mengajak anak diskusi ketika menahan kencing itu bagaimana rasanya? Atau, jika sudah ada yang menstruasi bisa memberi afirmasi rasanya ketika menstruasi? Kita memberikan afirmasi positif agar anak-anak paham bagaimana cara merespons seseorang yang menceritakan pengalamannya. 

Meskipun kurikulum pendidikan belum memberikan akses materi kesehatan seksual dan reproduksi, peserta didik berhak mendapatkan ilmu bagaimana menjaga tubuhnya sendiri. Tanggung jawab seorang guru yaitu menyampaikan dan memfasilitasi agar ilmu kesehatan seksual dan reproduksi sampai ke anak-anak.

Ketika anak belajar membangun mindset dan kehidupan secara sehat, maka perilaku bullying sekaligus kemungkinan menjadi pelaku kekerasan seksual semakin berkurang. Bukankah itu keasyikan belajar yang harus lestari? []

 

Tags: Anak SehatBerpendidikanHak Kesehatan Reproduksi PerempuanPendidikan Seks Usia Dini
Khoiriyasih

Khoiriyasih

Alumni Akademi Mubadalah Muda tahun 2023. Suka membaca dan menulis.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version