Mubadalah.id – Ada Hadis sahih yang sangat populer di kalangan ulama, cendekiawan, dan juga orang awam, yaitu tentang laknat malaikat terhadap istri yang menolak ajakan suaminya untuk berhubungan seksual.
Sayangnya, oleh banyak pihak, teks Hadis ini diulang-ulang hanya untuk menekankan kewajiban istri melayani seks suami, tanpa ada penekanan yang sama kepada para suami untuk memenuhi kebutuhan istri.
Narasi tafsir seperti inilah yang membuat agama terkesan bias, timpang, dan hanya memihak laki-laki.
Padahal, teks Hadis ini bisa saja dijelaskan dalam perspektif mubadalah, suami dan istri dituntut untuk selalu membangun hubungan dan perilaku positif.
Pada saat yang sama, keduanya dituntut untuk menjauhkan diri dari segala perilaku buruk yang bisa menghancurkan hubungan.
Interpretasi Mubadalah
Teks Hadis istri bersujud kepada suami tidak Imam Bukhari maupun Imam Muslim riwayatkan. Tetapi teks Hadis tentang laknat malaikat terhadap istri yang menolak ajakan suami ini Imam Bukhari dan Imam Muslim riwayatkan. Bahkan dua tokoh ulama ini paling kredibel dalam hal kesahihan Hadis.
Juga beberapa ulama Hadis lain ikut meriwayatkan, seperti Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud. Karena itu, kita menerimanya sebagai Hadis sahih.
Tetapi kita perlu memaknainya agar selaras dengan visi Islam yang rahmah li al-‘alamin dan misi akhlak mulia, yang memberi kemaslahatan secara setara kepada laki-laki dan perempuan.
Di sini kerja metode mubadalah dalam memaknai teks menjadi relevan. Metode ini berawal dari keyakinan bahwa suatu teks Hadis, seperti teks Hadis laknat malaikat ini, tidaklah berdiri sendiri.
Ia adalah bagian dari bangunan besar ajaran Islam, yang visinya rahmah li al-‘alamin dan misinya akhlak mulia. Pemaknaannya harus mengandung visi dan misi ini.
Jika makna yang ia keluarkan dari suatu teks bertentangan dengan visi dan misi ajaran Islam. Ia tidak bisa kita terima, dan harus kita gali kembali sampai menemukan makna yang konstruktif dan kohesif dengannya.
Untuk menemukan makna kohesif dalam Hadis laknat malaikat terhadap istri tersebut. Kita perlu kembali kepada teks-teks dan ajaran-ajaran prinsip dalam Islam.
Di antaranya adalah mengenai pentingnya berbuat baik kepada orang lain, saling menghormati, saling menolong dan kerja sama. Juga teks dan ajaran yang melarang untuk berbuat buruk, menzalimi, dan tidak adil. []