Mubadalah.id – Hampir setiap hari umat Islam tak hentinya untuk terus memanjatkan selawat kepada baginda Nabi Muhammad saw. Shalawat sebagai lantunan do’a kepada pemimpin umat yang membawa risalah kedamaian dan penegak keadilan. Sebagaimana perannya yang sangat besar dalam mengadvokasi orang-orang termarjinal dan yang mengalami kedzaliman.
Harapan akan keberkahan dan syafa’at beliau ini lah yang menjadikan umat islam beramai-ramai melakukan peringatan maulidan. Sebagai utusan akhir zaman, tentu umat islam mengharapkan do’a dari Nabi yang selalu terpanjat untuk keselamatan kita sebagai umatnya.
Tidak hanya sekadar melakukan perayaan untuk mengingat kelahiran beliau. Kita yang mengaku sebagai umatnya, sudah seharusnya meneladani perilaku beliau. Banyak teladan yang sebenarnya nabi contohkan. salah satunya bagaimana nabi pernah berperan mengadvokasi seorang laki-laki dari Kabilah Zubaid.
Mengenal Advokat dan Advokasi pada Masa Nabi
Advokat dalam artian umum adalah seseorang yang memiliki hak untuk membela seorang, ataupun kelompok yang memerlukan pembelaan hukum secara sah di pengadilan. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, pengertian advokat ialah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Serta yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan.
Dalam konteks sejarah bangsa Arab, khususnya di Makkah sebelum Islam, sudah terdapat peradilan yang memutus permasalahan hukum. Bangsa Arab pra-Islam telah memiliki Qadhi (seorang hakim) yang menjadi orang bijaksana sebagai tempat mengadu dan menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi. Hanya saja belum terdapat bentuk ataupun sistem peradilan yang mapan.
Adat dan kebiasaan yang berlaku di masing-masing kabilah menjadi pedoman utama penyelesaian berbagai persoalan. Mengutip makalah sejarah pra-islam, hukum qisas atau balas dendam (al-akhdzu bi al-tsa’ri) menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan kasus pidana diantara suku Arab pra-Islam. Sehingga sudah ada bentuk advokasi. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw juga pernah melakukan advokasi kepada seorang laki-laki yang terdzalimi di masa itu.
Kisah Advokasi Nabi terhadap Kabilah Zubaid
Kisah tentang advokasi Nabi ini Penulis kutip dari buku “Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama” karangan Kiyai Faqihuddin Abdul Kodir. Pada masa sebelum Islam. Terdapat seorang laki-laki dari kabilah Zubaid bertandang ke Kota Makkah dengan membawa banyak barang dagangan. Setibanya di Makkah, barang dagangan tersebut dirampas oleh Ashi bin Wail dari suku Quraisy.
Tentu saja laki-laki dari kabilah Zubaid tersebut marah dan tidak terima. Ia meminta tolong kepada orang-orang dari suku Quraisy Makkah untuk membantunya. Namun, karena Ashi bin Wail adalah orang terkemuka dan termasuk yang disegani di suku Quraisy, maka tidak ada yang berani menolong laki-laki itu.
Melihat kejadian tersebut, membuat Zubair bin Abdul Muthalib yang sebenarnya juga berasal dari suku Quraisy tersentuh. Zubair tidak terima dengan perlakuan Ashi bin Wail kepada laki-laki dari kabilah Zubaid tersebut.
Karena tidak cukup kuat untuk melawan sendiri, Zubair akhirnya mengajak beberapa pemuka dan anak muda dari berbagai kabilah Quraisy. Mereka akhirnya berkumpul di rumah Abdullah bin Jud’an bin Amr.
Nabi Muhammad Saw yang saat itu masih berusia 22 tahun ikut menghadiri perkumpulan tersebut. Dari perkumpulan tersebut lahirlah traktat advokasi terhadap kaum termarjinalisasi secara sosial.
Advokasi dan Penegakan Hukum dalam Konteks Masa Kini
Dalam advokasi tersebut tercatat kesaksian Nabi yang mendukung traktat tersebut dan tercatat sebagai hadis dalam Sirah Ibnu Hisyam Juz l: 124, sebagai berikut:
“Aku (pada masa Jahiliyah) menyaksikan (sebuah pertemuan) di rumah Abdullah bin Jud’an (yang menghasilkan) sebuah kesepakatan. Aku lebih mencintai kesepakatan ini dibandingkan memiliki kekayaan binatang ternak. Jika saja aku diajak kembali kepada kesepakatan ini, pada masa Islam ini, aku pasti akan memenuhinya.”
Jika melihat konteks sekarang, Advokat memiliki makna profesi yang mulia (offifium nobile) di dalam maupun di luar pengadilan. Seorang advokat sendiri haruslah berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan mengikuti pendidikan profesi Advokat serta melakukan sumpah profesi.
Sementara mengutip dari detikbali, Advokasi merupakan kegiatan seseorang atau organisasi dalam melakukan pembelaan. Jadi tidak harus seorang advokat yang bertindak. Tindakan advokasi sendiri bisa berupa kampanye media, berbicara di depan umum, menugaskan dan menerbitkan penelitian termasuk melakukan pendekatan langsung kepada legislator dalam kaitannya dengan undang-undang.
Nabi memang tidak menjadi advokat dalam artian seperti UU yang berlaku di Indonesia. Namun beliau pernah berperan menjadi advokat, sebagai pembela hak-hak kaum yang termarjinalkan serta tertindas karena kezaliman melalui advokasi yang diberikan pada masanya. []