Mubadalah.id – Saat ini, ruang publik maupun domestik masih menjadi ruang yang belum aman bagi perempuan dan laki-laki. Masih banyak perempuan dan laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual.
Merujuk data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA), dalam periode 1 Januari-27 September 2023 ada 19.593 kasus kekerasan yang tercatat di seluruh Indonesia.
Dari 19.593 kasus kekerasan tersebut terdiri dari 17.347 korban berjenis kelamin perempuan, dan 3.987 korban berjenis kelamin laki-laki.
Dari data tersebut, artinya masih banyak ruang yang belum aman. Bahkan korbannya tidak hanya perempuan. Tetapi, banyak juga laki-laki yang menjadi korban. Artinya baik laki-laki maupun perempuan, keduanya masih sangat rentan terhadap tindak kekerasan seksual.
Saya tidak bisa membayangkan apabila tindak kekerasan seksual itu menimpa saya sendiri. Saya tentu akan banyak mengalami dampak dari kekerasan yang berlipat-lipat. Karena dampak tersebut tidak hanya secara fisik, namun secara psikologis maupun mental juga. Belum lagi, jika korban tersebut mengalami trauma.
Tiga Dampak Buruk
Bahkan, merujuk dari website Komnas Perempuan menyebutkan bahwa setidaknya ada tiga dampak buruk bagi para korban kekerasan seksual. Tiga dampak buruk tersebut sebagai berikut:
Pertama, upaya bunuh diri. Perempuan atau laki-laki yang menjadi korban kekerasan seksual kerap sekali dikucilkan dalam kehidupan sosial.
Karena itu korban merasa rendah diri, meragukan dirinya sendiri, dan pada akhirnya berpikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Kedua, tertular HIV/AIDS. Dampak penyakit ini sangat rentan dan sangat mudah menular ketika seorang pelaku dengan latar belakang terkena HIV/AIDS.
Ketiga, kematian. Korban kekerasan seksual juga dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi seksual korban, seperti disfungsi seksual, ketidakmampuan untuk menikmati hubungan intim, dan rasa takut terhadap seks.
Dari ketiga dampak tersebut, tidak bisa dibayangkan betapa banyaknya resiko buruk yang akan korban kekerasan rasakan dan alami.
Hal inilah yang melatarbelakangi bahwa Islam hadir untuk menghapus segala tindak kekerasan kepada laki-laki dan perempuan.
Bahkan sejalan dengan Islam, dalam fatwa Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) I menegaskan juga bahwa semua tindak kekerasan adalah tindakan yang sangat melanggar prinsip hifzh an-nasl atau perlindungan keluarga.
Sehingga, bagi KUPI, kekerasan seksual baik di luar atau di dalam ikatan pernikahan adalah haram karena mengancam nilai-nilai ideal berkeluarga yang telah digariskan al-Qur’an.
Seperti prinsip saling berbuat baik (mu’asyarah bi al-ma’ruf, QS. an-Nisa’ (4): 19), dan saling melindungi (hunna libasun lakum wa antum libisun lahunn, QS. al-Baqarah (2): 187).
Dari fatwa tersebut, dapat kita jadikan rujukan dalam menjalani kehidupan kita. Yaitu bagaimana agar kita dapat terhindar dari segala bentuk kekerasan. Sehingga, kehidupan kita dapat saling menghargai, menghormati, melindungi, menjaga dan mecegah dari segala tindak keburukan.
Mari kita saling jaga dan saling lindungi, untuk Indonesia yang bersih dari tindak kekerasan. []