Judul buku: Suamiku Inspirasiku
Penulis: Masriyah Amva
Jumlah Halaman: 274 Halaman
Penerbit: Salima Network dan Pondok Pesantren Kebon Jambu
Cetakan I: Februari 2013
Cetakan II: Juli 2013
ISBN: 978-602-18183-74
Mubadalah.id – Salah satu buku yang telah saya baca dan sangat menarik adalah buku “Suamiku Inspirasiku” karya Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva, pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy.
Nyai Masriyah Amva sendiri, merupakan salah satu ulama perempuan yang banyak menginspirasi orang-orang melalui berbagai karyanya yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku.
Salah satu buku karya Nyai Masriyah yang menarik untuk dibaca adalah buku “Suamiku Inspirasiku”. Dalam buku ini, Nyai Masriyah menuliskan perjalanan hidupnya dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama mendiang suaminya almarhum KH. Muhammad atau kerap disapa Akang.
Muhammad merupakan seorang tokoh atau ulama yang mendirikan Pondok Pesantren Kebon Melati pada tahun 1975 yang kemudian pada tahun 1993 berkembang menjadi Pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Akang dikenal sebagai sosok kiai yang kharismatik dan bijaksana di mata para santri maupun keluarga. Kisah tentang sang kiai dapat kita baca lewat buku karya Nyai Masriyah Amva yang dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Bersikap Lemah Lembut
Dalam buku ini, salah satu hal yang menarik adalah cerita tentang bagaimana Akang bersikap sangat menghargai istri. Di antaranya adalah sikap Akang yang tidak pernah membentak atau berkata kasar kepada istri.
“KH. Muhammad, suamiku, tidak pernah membentak atau berkata kasar kepadaku,” tulis Nyai Masriyah dalam bukunya.
Hal yang dilakukan oleh Akang ini, merupakan suatu contoh yang perlu dipraktikan oleh semua orang. Karena dengan bersikap lemah lembut akan dapat membuat hubungan menjadi harmonis dan dapat meminimalisir terjadinya kekrasan atau ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
Bersikap seperti apa yang dilakukan oleh Akang terhadap istrinya patut kita tiru dalam segala aspek kehidupan. Terutama tak hanya dalam urusan rumah tangga saja. Karena berkata lemah lembut dan tidak membentak terhadap sesama juga merupakan adab dan menjadi cerminan kepribadian kita.
Tidak Membicarakan Kekurangan Pasangan
Hal berikutnya yang menarik dari kisah perjalanan Nyai Masriyah dengan Akang adalah cara Akang memandang kekurangan pasangan. Mungkin kita sudah tak asing dengan ungkapan “tidak ada manusia yang sempurna” di mana sudah pasti setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda.
Namun sebagian besar dari kita masih banyak yang menjadikan kekurangan tersebut sebagai alasan untuk melakukan memperlakukan pasangan secara tidak adil karena ia memiliki kekurangan.
Dalam buku ini, Akang memberikan sebuah ajaran tentang bagaimana seharusnya kita dapat menghargai pasangan. Yaitu dengan cara tidak pernah membicarakan kekurangan yang dimiliki pasangan.
“Menurutnya, seorang suami atau istri harus mau menerima segala kekurangan pasanganya sebagaimana ia menerima segala kelebihanya,” tulis Nyai Masriyah.
Tidak Membebani Istri
Ajaran Akang tentang relasi rumah tangga berikutnya adalah tidak membebani istri dengan pekerjaan remeh sekalipun. Dalam buku ini, Nyai Masriyah menceritakan suatu ketika saat Akang sedang dalam keadaan sakit. Lalu Nyai Masriyah terbangun dari tidurnya lantaran mendengar suara pintu terbuka. Kemudian Nyai Masriyah terkejut karena melihat Akang yang berjalan ngesot sambil membawa air putih.
Karena kondisi Akang yang sedang sakit, Nyai Masriyah lantas bertanya “Ya Allah… kenapa bapak tidak membangunkan aku untuk ambil air minum?. Jangan seperti ini…! bapak sedang sakit, bapak bisa suruh aku untuk mengambilnya di dapur!,” ucap Nyai Masriyah kepada akang dengan tatapan penuh iba dan rasa bersalah.
Kemudian Akang menjawab “Selama itu bisa aku lakukan sendiri, aku akan lakukan sendiri. Aku tak mau mengganggu tidurmu, walau dengan ngesot aku masih bisa melakukanya” .
Dari cerita yang Nyai Masriyah tuliskan, Akang sebagai seorang suami yang tentu saja berhak membangunkan istri ketika butuh minum. Apalagi kondisi akang yang sedang sakit. Namun jawaban dari Akang justru sangat memuliakan istrinya Nyai Masriyah.
Apa yang Akang praktikan tentu saja menjadi salah satu hal yang membuat rumah tangga menjadi harmonis. Tidak ada keegoisan dalam pribadi Akang yang sangat mungkin ditiru khususnya oleh laki-laki. Bahwa kita harus menghormati dan menghargai istri, seperti yang dilakukan oleh Akang yaitu menghargai Nyai Masriyah. []