Mubadalah.id – Clash of Champion Ruang Guru merupakan tanyangan edukasi dan hiburan yang berisikan tentang game dan kompetisi kecerdasan dan kepintaran. Di mana hari ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat. Media sosial yang tadinya terisi dengan konten yang anggapannya kurang edukatif mendadak terpenuhi oleh konten-konten terkait Clash of Champion.
Tren ini memberikan gambaran dan pandangan baru bagi masyarakat indonesia terkait pendidikan. Masyarakat yang tadinya tidak terlalu tertarik dengan tontonan yang berbau edukatif menjadi penasaran dengan kelanjutan episode Clash of Champion. Bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang tertarik dengan kehidupan dan latar belakang para cast nya.
Peserta Clash of Champion terdiri dari mahasiwa mahasiswa pilihan dan terbaik Dari berbagai macam universitas di Indonesia dan juga Luar Negeri. Total keseluruhan peserta adalah lima puluh orang. Di mana 19 orang di antaranya adalah perempuan.
Mahasiswi yang berpartisipasi dalam acara Clash of Champion ini mempunyai background dan prestasi yang sangat menakjubkan. Mulai dari meraih kejuaraan dari berbagai macam perlombaan, mendapatkan banyak penghargaan dan ada pula yang berhasil mempublikasi 13 jurnal penelitian sebelum menyelesaikan pendidikan S1.
Hal ini menunjukan bahwa perempuan juga bisa menggunakan logika dan unggul dalam bidang pendidikan formal. Di mana seringkali bertolak belakang dengan stigma masyarakat yang sering kali mengatakan bahwa perempuan hanya menggunakan perasaaan dan tidak rasional.
Keterbatasan Akses Pendidikan bagi Perempuan
Meskipun di era sekarang ini sudah banyak perempuan yang dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Namun beberapa masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya dan pemikiran patriarki yang berasumsi bahwa perempuan tidak usah terlalu pintar. Selain itu perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan terlalu tinggi karena akhirnya hanya di dapur.
Bahkan tidak sedikit doktrin yang beredar bahwa perempuan yang terlalu pintar akan susah dapat jodoh karena ditakuti oleh laki-laki. Paham-paham tersebut yang seringkali membuat perempuan terbatasi aksesnya untuk melanjutkan pendidikan. Tak jarang pula perempuan yang kita larang untuk melanjutkan pendidikan karena hanya membuang-buang waktu dan tidak berguna, sehingga lebih baik untuk menikah.
Clash of Champion, Harapan Baru Terbukanya Akses Pendidikan bagi Perempuan
Dari konten Clash of Champion dapat kita lihat bahwa jika perempuan kita beri akses dan support untuk pendidikan maka akan menghasilkan output yang baik juga. Perempuan bisa berkarya dan juga berperan dalam bidang yang mereka minati. Para peserta dapat menggali potensi yang mereka miliki sehingga dapat menjadi mahir pada bidangnya, begitupun perempuan-perempuan lain di luar sana.
Perempuan bisa berprestasi dan juga memberikan motivasi bagi orang-orang yang melihatnya. Selain itu perempuan juga dapat memberikan manfaat bagi keluarganya dan juga bagi lingkungan sosial. Penulis meyakini bahwa perempuan jika kita beri akses dan support untuk mengenyam pendidikan maka akan memberikan impact dan dampak positif bagi diri mereka sendiri, keluarga dan juga lingkungan.
Dari konten Clash of Champion, penulis meyakini bahwa konsep kesetaraan harus kita tanamkan dalam pendidikan yang tidak mendiskriminasi salah satu gender. Tidak memandang negatif dan tidak berguna bagi salah satu gender untuk melanjutkan pendidikannya.
Dengan viralnya konten Clash of Champion di media sosial dan internet penulis berharap agar dapat mengurangi kesenjangan pendidikan untuk salah satu gender. Paham patriarki yang menilai negatif perempuan-perempuan yang pintar dan berpendidikan tinggi pun dapat perlahan kita hilangkan. Sehingga kedepannya perempuan bisa memilih jalannya sendiri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuannya agar bisa berdaya baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. []