Mubadalah.id – Dalam kisah kehidupan Nabi Muhammad Saw banyak sekali teladan yang bisa ambil hikmahnya, salah satu teladan Nabi Muhammad Saw adalah beliau selalu melibatkan sang istri dalam memutuskan permasalahan.
Teladan Nabi Muhammad Saw melibatkan istri dalam memutuskan permasalah itu merujuk pada salah satu hadis dari Shahih Bukhari. Isi hadis tentang melibatkan istri tersebut sebagai berikut:
Miswar bin Makhramah Ra berkata (mengisahkan Perjanjian Hudaibiyah), “Ketika Rasulullah Saw selesai dari kontrak perjanjian itu (yang dianggap merugikan umat Islam), baginda berseru kepada sahabat-sahabatnya.”
“Bangunlah dan sembelihlah kurban-kurbanmu, lalu cukurlah rambutmu. Demi Allah, tidak ada satu pun dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw yang berdiri mengikuti perintah, sekalipun perintah itu mengulanginya sampai tiga kali.”
Setelah terlihat tidak ada satu pun yang menunaikan perintah, Nabi Muhammad Saw masuk ke kemah Ummu Salamah sambil menceritakan pembangkangan ini.
Kemudian, Ummu Salamah Ra berkata, “Wahai Nabi, apakah engkau ingin mereka melakukan hal itu? Engkau keluar saja dari kemah, tidak perlu berbicara sepatah kata apa pun kepada siapa pun. Engkau mulai saja menyembelih kurbanmu, dan undang tukar cukur untuk memangkas rambutmu.”
Ketika para sahabat melihat sendiri Nabi Muhammad Saw melakukan semua hal itu. Mereka pun berdiri, menyembelih kurban, dan mencukur rambut mereka satu sama lain. (Shahih al-Bukhari).
Kisah melibatkan istri seperti hadis di atas, menurut Faqihuddin Abdul Kodir, seperti di dalam buku 60 Hadis Shahih, mengisahkan mengenai kebiasaan istri Nabi Muhammad Saw yang berbicara memberi masukan kepada suami (laki-laki).
Pada teks ini, yang memberi masukan adalah Ummu Salamah Ra. Masukan itu Nabi Muhammad Saw terima dan dilaksanakan. Ternyata, itu efektif.
Kisah ini cukup dahsyat pada konteks sosial masyarakat ketika suami enggan melibatkan istri dalam memutuskan suatu perkara domestik maupun publik.
Nabi Muhammad Saw melawan semua itu dan mempraktikkan pelibatan perempuan bahkan untuk urusan-urusan publik. Bermusyawarah itu penting dalam Islam termasuk dengan menyertakan dan mendengar suara dan pendapat perempuan. []