Mubadalah.id – Dalam upaya membumikan gagasan keulamaan perempuan yang berpihak pada kelompok marjinal dan dilemahkan termasuk penyandang disabilitas, Mubadalah.id bersama Jaringan Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) terus berkomitmen untuk menghidupkan nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan melalui berbagai ruang, termasuk media digital.
Hal ini disampaikan oleh Zahra Amin, Pimpinan Redaksi Mubadalah.id, dalam Stadium Generale bertema “Memperkuat Peran Ulama Perempuan untuk Pemenuhan Hak-hak Disabilitas di Indonesia” di Universitas Islam KH. Ruhiat (UNIK) Cipasung, Tasikmalaya, pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Dalam forum ini hadir jaringan ulama perempuan dan sivitas akademika UNIK, Zahra menegaskan bahwa keterlibatan Mubadalah.id dalam agenda ini bukan hanya bentuk dukungan terhadap misi KUPI, tetapi juga bagian dari gerakan dakwah pengetahuan untuk menjadikan isu disabilitas tidak lagi bersifat eksklusif.
“Kami berharap isu disabilitas tidak hanya diminati oleh para aktivis atau teman-teman difabel sendiri. Ini harus menjadi pengetahuan bersama yang dipelajari semua pihak, termasuk generasi muda yang aktif di media sosial,” ujarnya.
Menguatkan Gerakan Pengetahuan dan Dakwah Inklusif
KUPI, sejak konferensi pertamanya, telah menghasilkan tiga fatwa penting yang berpijak pada pengalaman perempuan dan semangat keadilan.
Sementara KUPI kedua menambah lima fatwa baru yang memperluas cakupan isu-isu keulamaan perempuan. Menjelang KUPI ke-3, isu disabilitas akan menjadi langkah strategis yang menunjukkan komitmen KUPI dalam memperjuangkan keadilan bagi semua manusia tanpa terkecuali.
Zahra menjelaskan, keterlibatan Mubadalah.id dalam gerakan ini berfokus pada diseminasi gagasan-gagasan KUPI ke ruang publik digital.
“Kami ingin mempopulerkan gagasan KUPI melalui media populer dan platform digital, mulai dari artikel populer, infografis, video pendek, hingga konten kreatif di TikTok. Harapannya, gagasan keulamaan perempuan ini tidak hanya terkenal di kalangan akademisi dan pesantren, tetapi juga membumi di tengah masyarakat luas,” jelasnya.
Menurutnya, ruang digital merupakan ruang hikmah baru bagi dakwah ulama perempuan di era modern. Di sana, nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kemaslahatan dapat kita sampaikan secara lebih luas, cepat, dan kontekstual.
“Media digital adalah ruang yang sangat potensial untuk memperluas pemahaman Islam yang ramah, adil, dan inklusif. Terutama bagi kelompok yang selama ini termarjinalkan seperti penyandang disabilitas,” tambahnya.
Dari Tulungagung, Cirebon, hingga Tasikmalaya
Kegiatan di Tasikmalaya ini merupakan rangkaian ketiga dari program Menulis dan Membumikan Isu Disabilitas melalui Media Populer dan Platform Digital yang digagas oleh Mubadalah.id bersama KUPI. Sebelumnya, kegiatan serupa telah diselenggarakan di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dan UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
“Setiap daerah memiliki keunikan lokalnya masing-masing. Pengalaman, komunitas, dan tantangan lokal di Tulungagung, Cirebon, dan Tasikmalaya berbeda-beda. Semua itu penting untuk diangkat menjadi materi dan konten dakwah digital yang relevan dan kontekstual,” ujar Zahra.
Ia berharap, melalui pelatihan dua hari di UNIK Cipasung ini, akan lahir banyak penulis dan kreator muda yang mampu mengartikulasikan nilai-nilai Islam yang adil dan inklusif dalam bentuk karya populer.
“Hari pertama difokuskan pada penguatan perspektif dan pelatihan menulis artikel populer yang SEO friendly. Sedangkan hari kedua akan ada pendampingan penulisan hingga artikel selesai dan siap tayang. Kami juga membuka peluang kolaborasi dengan media kampus, IPPNU, IPNU, dan organisasi mahasiswa lain agar karya-karya ini bisa mereka publikasikan secara luas,” jelasnya.
Zahra menyebut, kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya Mubadalah.id untuk menyiapkan generasi penulis dan komunikator muda yang berperspektif keadilan gender dan disabilitas.
“Kami tidak hanya ingin peserta berhenti menulis selama pelatihan ini, tapi terus produktif mengirimkan karya ke media Islam progresif. Dengan begitu, gagasan KUPI tidak hanya hidup di ruang akademik, tetapi benar-benar berdenyut di ruang publik,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara Mubadalah.id dengan para peserta dan kampus mitra setelah pelatihan berakhir.
“Kami sangat terbuka menerima kiriman artikel, video, maupun konten kreatif dari berbagai daerah. Karena setiap wilayah memiliki cerita dan tantangan sendiri dalam memperjuangkan inklusivitas dan keadilan sosial,” katanya.
Menjelang KUPI III: Membawa Isu Disabilitas ke Panggung Keulamaan
Zahra berharap kegiatan ini dapat menjadi fondasi kuat menuju KUPI III yang akan digelar tahun mendatang.
“Kami ingin memastikan bahwa isu disabilitas mendapat ruang yang layak dalam gerakan keulamaan perempuan. Bahwa penyandang disabilitas tidak hanya dipandang sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai subjek keilmuan, dakwah, dan kebijakan,” ujarnya.
Menurutnya, inilah semangat utama dari Trilogi KUPI: Keadilan Hakiki, Ma’ruf, dan Mubadalah.
“Dengan keadilan hakiki, kita mendengarkan langsung pengalaman teman-teman disabilitas. Dengan ma’ruf, kita menghadirkan nilai-nilai kebaikan universal yang menenangkan semua pihak. Dan dengan mubadalah, kita menegaskan kesetaraan setiap insan di hadapan Tuhan dan dalam kehidupan sosial,” pungkasnya. []










































