Mubadalah.id – Saya selalu membayangkan, betapa peliknya perempuan untuk berkarir – apa lagi punya jabatan tertentu di tempat kerja. Beberapa perempuan yang saya kenal, memilih resign dibandingkan harus dimutasi keluar kota untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Alasannya satu. Keluarga.
Tapi, situasinya jadi berbeda kalau laki-laki. Tanpa pikir panjang, ia akan menerima posisi itu dengan suka cita. Lantas, perempuan selalu dibuat memilih antara karir atau keluarga. Sedangkan laki-laki hampir tidak pernah ditanyakan hal serupa.
Bayangan saya terhadap dilema perempuan dalam berkarir itu muncul lagi, saat nonton drama Korea berjudul Queenmaker. Drama Korea Queenmaker yang rilis April 2023 ini memperlihatkan lika liku perempuan untuk duduk di posisi strategis. Pertarungan sengit untuk menjadi walikota adalah perkara pelik, yang erat kaitannya dengan gender, usia, politik, sosial, juga finansial.
Ketika perempuan maju bertarung dalam kontestasi politik, ada yang selalu ‘khas’ muncul dan menjadi perbincangan. Mulai dari cara berpakaian, perhiasan yang dia gunakan, gaya hidup, hingga urusan domestik. Seperti ‘seberapa jauh perempuan becus mendidik anaknya’. Bahkan dalam film Queenmaker, perempuan juga dihadapkan dengan slogan women supporting women yang mereka jadikan bumerang.
Mendukung Kepemimpinan Perempuan
Penggambaran yang juga menarik dari drama korea Queenmaker adalah kandidat perempuan dengan latar yang beragam. Oh Seung Sook yang memiliki latar belakang pengacara sekaligus aktivis HAM dan Seo Min Jeong dengan latar politisi yang juga adalah petahana. Dari drama ini kita bisa merenungi bahwa mendukung kepemimpinan perempuan tidak semata karena ‘perempuan’ saja, tetapi bagaimana kandidat perempuan itu juga memiliki keberpihakan pada kelompok lemah dan marginal.
Situasi perempuan untuk menjadi pemimpin memang sangat pelik yang juga berdampak pada representasinya di dunia politik. Di tahun 2023, hanya ada 17 negara yang memiliki kepala negara perempuan dan hanya 19 negara yang memiliki kepala pemerintahan perempuan. Sedangkan di Indonesia, perempuan yang menjadi anggota DPR RI di tahun 2021 hanya 118 orang dari total 575 kursi (20,52%).
Kenapa masih rendah representasinya? Ada faktor kultural dan struktural yang masih jadi penghambat bagi perempuan untuk terlibat di dunia politik. Hambatan-hambatan itu juga bisa tampak di drama Queenmaker. Seperti lemahnya sokongan modal politik dan finansial serta pandangan bias gender yang melemahkan posisi perempuan.
Relate dengan Kehidupan Kita
Drama dengan jumlah 11 episode ini sukses membuat saya tertegun. Tragedi, skandal, riuhnya media sosial, juga problema lainnya yang drama ini angkat sangat relate dengan keseharian. Pun saya jadi flashback dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2017 yang sangat panas, menghebohkan, sekaligus melelahkan.
Saya jadi membayangkan situasi seperti apa yang terjadi saat itu di tiap kubu kandidat dengan orang-orang intinya. Karena di balik kemenangan kandidat, pasti ada sosok inti yang lihai membaca peta persoalan sekaligus strategi politik yang jitu. Drama yang dibintangi oleh Kim Hee-ae ini wajib untuk ditonton dengan keseruan juga ketegangannya! []
*)Artikel yang sama telah terbit di perempuanpeduli.com dengan judul “Queenmaker: Dramanya Perempuan Masuk Politik”