Mubadalah.id – Sebuah hubungan yang baik antara Pasangan Suami dan Istri akan terjalin dengan baik, jika keduanya saling memahami adab yang kebersalingan. Kita harus mengetahui ada Istri terhadap suami maupun adab suami terhadap istri. Pada kesempatan kali ini kita akan mengurai bagaimana adab suami terhadap istrinya.
Suami dan istri adalah dua insan yang saling mengikatkan diri. Ada hak dan kewajiban bagi mereka termasuk yang berkaitan dengan adab. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442) menjelaskan tentang adab seorang suami terhadap istri sebagai berikut:
آداب الرجل مع زوجته: حسن العشرة، ولطافة الكلمة، وإظهار المودة والبسط في الخلوة، والتغافل عن الزلة وإقالة العثرة، وصيانة عرضها، وقلة مجادلتها، وبذل المؤونة بلا بخل لها، وإكرام أهلها، ودوام الوعد الجميل وشدة الغيرة عليها
Dari kutipan di atas, kita dapat menguraikan kedua belas adab suami terhadap istri sebagai berikut:
Adab Pertama sampai Keenam
Pertama, seorang suami harus bisa bergaul dengan baik terhadap istrinya. Dengan kata lain, suami harus memahami dengan baik bagaimana watak istrinya sehingga bisa bergaul dengan baik dan menyinggung perasaannya yang sensitif.
Kedua, Suami juga bertutur kata yang lembut kepada istrinya. Perempuan adalah seseorang yang lemah lembut sehingga suami pun harus bertutur kata lemah lembut terhadapnya. Kata yang lembut kepada istri adalah salah satu menunjukkan cinta kasih kita kepada istri kita.
Ketiga, Suami menunjukkan cinta kasih kepada istri. hal yang konkrit diantaranya; memberikan hadiah kepadanya, mengecup pipi dan dahinya ketika ingin berangkat mencari nafkah, dan lain-lainnya.
Keempat, Suami bersikap lapang ketika sendiri. Kadang kita harus berpisah dengan istri kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki sifat lapang ketika itu terjadi menjadi sendiri.
Kelima, suami tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri. Setiap manusia tidak luput dari kesalahan karena itu sudah jadi fitrah kita sebagai manusia. Maka dari itu, Istri pun bisa berbuat kesalahan. Kita sebagai seorang suami harus memaklumi itu dan juga seorang istri kurang suka jika kesalahan selalu dipersoalkan. Sehingga sikap suami yang tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri menjadi penting dalam membina rumah tangga.
Keenam, suami memaafkan jika istri berbuat salah. Sikap tidak terlalu mempersoalkan kesalahan istri menjadi penting. Setelah memiliki itu, suami harus menjadi seorang yang luas pintu maafnya terhadap istri. Itulah adab suami terhadap istri yang keenam
Adab Ketujuh sampai Kedua Belas
Ketujuh, suami menjaga harta istri. Ternyata bukan hanya istri yang harus menjaga harta yang dimiliki suaminya. Namun, hal sebaliknya pun harus dilakukan oleh suami yaitu menjaga harta istri menurut Imam Ghazali.
Kedelapan, suami tidak banyak mendebat. Suami memang harus menjadi pendengar yang baik untuk istrinya. hal ini karena jika suami banyak mendebat istri malah akan terjadi perselisihan dalam rumah tangga.
Kesembilan, suami mengeluarkan biaya untuk mencukupi kebutuhan istri secara tidak bakhil. Dalam mencukupi kebutuhan istri adalah salah satu kewajiban suami terhadap istri. Bersikap tidak bakhil dalam hal ini menjadi adab suami terhadap istri.
Kesepuluh, suami memuliakan keluarga istri. kita sebagai suami selain memuliakan istri kita. kita juga harus memuliakan keluarga istri kita. Mereka juga termasuk menjadi keluarga besar setelah ijab kabul.
Kesebelas, suami senantiasa memberi janji yang baik. Istri kita selalu mengingat apa yang kita janjikan kepadanya. Makanya, kita sebagai suami, kita harus senantiasa memberikan janji yang baik dan berusaha mungkin menepatinya. Sehingga kita tidak terbebani suatu nanti.
Kedua belas, suami selalu bersemangat terhadap istri. Suami harus memupuk selalu rasa cinta kasih dengan istrinya sehingga kita akan selalu bersemangat terhadap istri kita.
Demikianlah kedua belas adab suami terhadap istri sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali. Nasihat ini sekaligus menepis anggapan bahwa seorang suami boleh berbuat sesuka hati kepada istrinya. Tentu saja hal ini tidak benar sama sekali karena Islam sangat menekankan sikap adil. Jangankan kepada istri yang kita cintai, kepada pihak lain yang mungkin kita tidak suka, kita harus bersikap adil. []