• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Emang Bener Terserang Mental Illness Adalah Pertanda Imannya Lemah?

Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan mental yang terjadi pada masyarakat kita juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
09/12/2023
in Personal, Rekomendasi
0
Mental Illness

Mental Illness

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Isu tentang kesehatan mental belakangan ini menjadi salah satu yang sering diperbincangkan oleh masyarakat kita. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia. selain kasus bunuh diri, banyak penelitian yang menyebutkan juga bahwa generasi muda hari ini memiliki kesadaran yang cukup baik akan kondisi psikologi dirinya.

Peningkatan atas pengetahuan atau sikap aware atas aspek psikologis ini yang selanjutnya perbincangan tentang kesehatan mental semakin populer.

Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan mental yang terjadi pada masyarakat kita juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Kemudahan dan kebebasan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai informasi tentang kesehatan mental atau ilmu psikologi secara umum.

Tulisan ini terinspirasi dari apa yang Ning Ita Fajria sampaikan yang memperbincangkan panjang lebar tentang kesehatan mental dan beberapa hal yang lain dalam podcats Rundingan Bersama Ning Syauqi. Ning Ita adalah seorang dokter sekaligus Nyai dari Madura. Beliau banyak membina masyarakat dan santri di Madura. Beliau juga banyak membicarakan tentang isu kesehatan mental.

Bunuh Diri dan Kadar Keimanan

Dalam podcast tersebut, Ning Syauqi menanyakan pada Ning Ita: Apakah seseorang yang bunuh diri juga ada kaitannya dengan imannya yang lemah Ning? Soalnya masyarakat kita seringkali memberikan label bahwa mereka yang bunuh diri adalah mereka yang imannya lemah.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Ning Ita menjawab; bahwa seseorang yang bunuh diri, ia biasanya memiliki faktor psikologis seperti depresi yang tersembunyi. Depresi ini bisa menyerang seorang individu dengan secara perlahan dan sangat smooth, hingga kita tidak menyadari bahwa kita mengalami depresi. Hal tersebut penyebabnya karena banyaknya tekanan atau masalah yang menimpa.

Nah dari sini, kita juga tahu bahwa setiap manusia memiliki banyak dimensi; spiritual, fisik dan mental. Jika pada seseorang yang bunuh diri kita temukan adanya riwayat depresi, panic attack, silent depression, atau masalah psikologis lainnya sebagai faktor yang memasuki dimensi mental harus kita bedakan dengan dimensi yang lain.

Hal yang saya sebutkan bukan tentang dimensi spiritual. Artinya, bahwa spiritualitas yang kuat belum tentu memberikan kekuatan secara mental.  Kita harus lebih jeli dengan melihat faktor yang mempengaruhi seseorang terserang mental illness, bukan langsung memberikan judgment.

Mental Illness

Mengalami mental illness atau mengalami masalah kesehatan mental adalah sesuatu yang manusiawi. Setiap individu memiliki masa-masa sulit, masa memiliki tekanan dan masa berat dalam hidup. Semua itu adalah keniscayaan.

Namun, semua itu bisa kita hadapi dan bisa kita tangani dengan beberapa cara yang bisa kita lakukan. Kesedihan yang panjang dan kehidupan yang terasa sangat berat dengan berbagai tekanan adalah suatu proses dalam kehidupan.

Untuk menutup tulisan ini, saya ingin merekomendasikan sebuah buku yang sepertinya cocok untuk kita nikmati saat kondisi mental sedang tidak baik-baik saja. Buku yang berjudul “catatan untuk diriku” karya Haidar Bagir. Sebuah karya yang lahir dari perenungan Haidar Bagir seseorang yang menggeluti tasawuf dan filsafat.

Perenungan-perenungan yang kita lakukan tidak berat untuk kita pahami. Sebab seperti yang saya sampaikan dalam pengantar bahwa buku ini juga lahir dari masa-masa berat sang penulis.

Buku ini akan mengajak pembaca juga melakukan perenungan untuk menemukan makna dalam kehidupan. Pemaknaan ini yang selanjutnya akan membatu pembaca menemukan satu makna berupa harapan dan menuju bahagia atau ketenangan. Lebih lanjut, buku ini bagi saya sangat cocok untuk kita nikmati sebagai pemandu  menemukan makna-makna yang ada dalam setiap fase kehidupan. Sekian. []

Tags: Bunuh DiriJati DirikeimananKesehatan MentalMental Illnessperempuanpsikologi
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID