Senin, 25 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kesenjangan Gaji

    Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

    Angka Pernikahan

    Derajat, Falsifikasi, dan Angka Pernikahan

    Laskar Pelangi

    Kesalingan dalam Laskar Pelangi; Pendidikan Bukan Beban, Tapi Investasi Peradaban

    Royalti Musik

    Pro-Kontra Royalti Musik, Dehumanisasi Industri Kreatif

    Ramah Disabilitas

    Jika Sekolah Masih Tak Ramah Disabilitas, Apa Pendidikan Kita Sudah Merdeka?

    Kesalingan Spiritual

    Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

    Sekolah inklusif

    Relokasi Demi Sekolah Rakyat: Kenapa Bukan Sekolah Inklusi?

    Lomba Agustusan

    Lomba Agustusan Fahmina dan Refleksi Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan Jiwa

    Dari Lembah Nestapa Menuju Puncak Kemerdekaan Jiwa

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

    KB yang

    Keluarga Berencana (KB) sebagai Ikhtiar Mewujudkan Anak yang Sehat dan Berkualitas

    Keluarga Berencana (KB)

    Merencanakan Keluarga dengan Program Keluarga Berencana (KB)

    Pola Hidup Sehat

    Menjaga Pola Hidup Sehat Bagi Ibu Hamil

    Kesehatan yang

    Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Ibu Hamil

    Masa Kehamilan Istri

    Dukungan Suami dan Keluarga dalam Masa Kehamilan Istri

    Keturunan

    Kerjasama Suami Istri dalam Mempersiapkan Keturunan

    Fire in The Rain

    Merayakan Talenta Individu melalui MV “Fire in The Rain”

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi Indonesia Masih Jauh dari Harapan: Mari Belajar dari Finlandia hingga Jepang

    Pendidikan Inklusi

    Pendidikan Inklusi: Jalan Panjang Menuju Sekolah Ramah Disabilitas

    Tunas Gusdurian 2025

    TUNAS GUSDURian 2025 Hadirkan Ruang Belajar Pencegahan Kekerasan Seksual di Pesantren hingga Digital Security Training

    Konferensi Pemikiran Gus Dur

    Merawat Warisan Gus Dur: Konferensi Pemikiran Pertama Digelar Bersama TUNAS GUSDURian

    Kenaikan Pajak

    Demokrasi di Titik Nadir: GUSDURian Ingatkan Pemerintah Soal Kenaikan Pajak dan Kebijakan Serampangan

    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kesenjangan Gaji

    Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

    Angka Pernikahan

    Derajat, Falsifikasi, dan Angka Pernikahan

    Laskar Pelangi

    Kesalingan dalam Laskar Pelangi; Pendidikan Bukan Beban, Tapi Investasi Peradaban

    Royalti Musik

    Pro-Kontra Royalti Musik, Dehumanisasi Industri Kreatif

    Ramah Disabilitas

    Jika Sekolah Masih Tak Ramah Disabilitas, Apa Pendidikan Kita Sudah Merdeka?

    Kesalingan Spiritual

    Tirakat; Kesalingan Spiritual yang Menghidupkan Keluarga

    Sekolah inklusif

    Relokasi Demi Sekolah Rakyat: Kenapa Bukan Sekolah Inklusi?

    Lomba Agustusan

    Lomba Agustusan Fahmina dan Refleksi Indonesia Merdeka

    Kemerdekaan Jiwa

    Dari Lembah Nestapa Menuju Puncak Kemerdekaan Jiwa

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Menjaga Jarak Kehamilan

    Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an

    Bendera Bajak Laut

    Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas

    KB yang

    Keluarga Berencana (KB) sebagai Ikhtiar Mewujudkan Anak yang Sehat dan Berkualitas

    Keluarga Berencana (KB)

    Merencanakan Keluarga dengan Program Keluarga Berencana (KB)

    Pola Hidup Sehat

    Menjaga Pola Hidup Sehat Bagi Ibu Hamil

    Kesehatan yang

    Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Ibu Hamil

    Masa Kehamilan Istri

    Dukungan Suami dan Keluarga dalam Masa Kehamilan Istri

    Keturunan

    Kerjasama Suami Istri dalam Mempersiapkan Keturunan

    Fire in The Rain

    Merayakan Talenta Individu melalui MV “Fire in The Rain”

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Emansipasi Wanita dalam Drama Korea: When Life Gives You Tangerines

Drama ini menyampaikan pesan mendalam tentang keluarga, impian, dan ketabahan menghadapi rintangan hidup.

Halimatus Sa'dyah Halimatus Sa'dyah
1 April 2025
in Film
0
When Life Gives You Tangerines

When Life Gives You Tangerines

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Drama yang barusan tamat dan memiliki rating tinggi saat ini adalah When Life Gives You Tangerines. Drama Korea yang memunculkan karakter perempuan kuat. Bagi pecinta drakor, judul ini tidak boleh terlewatkan, selain karena dibintangi para artis papan atas Korea, alurnya yang dianggap relate dengan keseharian membuat orang sangat menantikan seriesnya.

Saya pribadi sangat pilih-pilih dalam menonton drama. Hal ini karena efisiensi waktu dan emotional bandwidth yang terbatas. Saya menghindari adegan drama yang memiliki alur menye-menye, menguras emosi, atau adegan yang tidak masuk akal.

Menonton drama korea untuk menikmati akhir pekan adalah langkah refreshing yang cukup ekonomis. Hanya bermodalkan kuota, kita bisa mendapatkan hiburan yang memiliki value. Karena drama korea cukup banyak menyuguhkan tontonan berkualitas.

Salah satunya Drama Korea When Life Gives You Tangerines, drama ini menyampaikan pesan mendalam tentang keluarga, impian, dan ketabahan menghadapi rintangan hidup. Penggambaran latarnya yang sangat detail dan memikat, dialog yang tersajikan terasa natural dan menyentuh, Chemistry kuat antara IU dan Park Bo-gum, cerita yang dekat dengan kehidupan nyata.

Pesan dalam drama ini antara lain adalah, “Dalam hidup akan ada momen yang terasa sangat menyakitkan dan menyedihkan”. Penting untuk tetap berdiri tegar demi orang-orang yang masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita, yaitu keluarga. Ujian hidup bisa kita jadikan sesuatu yang positif . Apapun keputusan hidup yang kita ambil, kita harus bertanggung jawab dengan segala resikonya.

Sinopsis When Life Gives You Tangerines

Drama yang menceritakan kisah cinta Ae Sun (IU) dan Gwan Sik (Park Bo Gum) yang berlatar di Pulau Jeju, Korea Selatan, pada 1950-an. Ae Sun adalah karakter perempuan yang suka baca buku dan jurusan Sastra Inggris pula. Memiliki Intellectual vibes-nya. Darama ini juga memunculkan karakter tokoh perempuan lainnya punya beberapa nilai plus yang bikin stand out di antara tokoh utama perempuan.

Ae Sun adalah sosok perempuan yang mandiri dan berani. Dia tampil sebagai sosok mandiri, bukan tipikal perempuan yang hidupnya hanya berputar di sekitar laki-laki. Dia punya drive sendiri, tidak takut menyuarakan pikirannya, dan tahu apa yang dia inginkan dalam hidup.

Sering kali, karakter perempuan dalam drama terjebak dalam drama melankolis yang berlebih. Ae Sun tidak begitu, dia tidak mudah dihanyutkan emosi, dan dia punya cara sendiri dalam menghadapi masalah tanpa harus bergantung pada orang lain.

Ae Sun melahirkan putri yang juga cerdas seperti dirinya, yaitu Myeong gyeom. Sebagai mahasiswa Sastra Inggris, tergambarkan sebagai seseorang yang banyak membaca, punya pemikiran yang tajam.

Menampilkan Perempuan yang Intellectually Engaging

Perempuan dalam drama ini mulai dari Ae Sun, Myeong Gyeom memiliki pesona yang membuat dirinya menarik, bukan sekadar pretty face tanpa isi, melainkan cerdas dan punya kedalaman berpikir. Di setiap ujian kehidupannya, alih-alih meratapi nasib, dia lebih fokus pada bagaimana bertahan dan mencari solusi. Mentalitas seperti ini yang bikin saya lebih menghargai karakter drama, yaitu punya ketahanan mental yang kuat .

Drama ini menampilkan alur dengan karakter perempuan kuat. Mulai dari sosok ibu pencari nafkah tunggal yang memiliki suami pengangguran, yaitu ibunya Ae Sun. Sosok Ae Sun yang menjadi korban patriarki, dia harus memendam impiannya untuk sekolah tinggi dan berkarir. Dia memutuskan untuk menikah dengan laki-laki pujaannya karena himpitan ekonomi.

Beruntung suaminya sangat support, sehingga masa lalunya yang kelam bisa ia buka dengan lembaran baru usia menikah, bisa memiliki rumah sendiri, menjadi ketua kelompok nelayan perempuan pertama  di wilayah tersebut, dia terpilih karena kecerdasannya. Dia juga menabrak tradisi, dengan memperjuangkan anak sulungnya perempuan untuk diperbolehkan menaiki sepeda. “Jika dia dilarang belajar naik sepeda, kelak putri kita juga tidak akan bisa mewujudkan impiannya, dia akan berakhir sepertiku, berada di dapur.”

Ae Sun mampu membesarkan anak dengan baik, sehingga impiannya yang tidak terwujud di usia mudanya, bisa dia salurkan lewat putrinya. Putrinya bisa sekolah tinggi, berkarir dan menikah dengan pasangan yang tepat.

Inspirasi Positif

Sosok perempuan dalam drama ini, adalah para perempuan yang tidak sekadar eksis sebagai pelengkap cerita, tapi punya depth. Menampilkan para perempuan yang memperjuangkan pilihan hidup yang masuk akal. Karena karakter yang menarik itu bukan yang bikin kita ikut menangis mengikuti alurnya, namun yang mengajak kita ingin berpikir, bergerak, atau bahkan fight for something.

Tontonan apa pun itu, carilah tontonan yang membuat kita mendapatkan inspirasi positif, motivasi tinggi untuk menjadi manusia yang lebih baik. Jangan mengkonsumsi tontonan tentang zina atau perselingkuhan, yang membuat otak kita menjadi tidak berpikir kritis.

Dalam drama “When Life Gives You Tangerine” pasti paham, Yeoum Bum adalah duplikasi versi mudanya Gwan Sik. Akan tetapi, yang satu berhasil nikah, satunya gagal nikah. Kenapa Gwan Sik berhasil, Sementara Yeom Bum gagal.

Di dunia ini, ada dua tipe orang: mereka yang tumbuh karena tantangan, dan mereka yang melemah karena terlalu nyaman. Gwan Sik ada di kategori pertama. Keras sejak kecil, terbiasa cari jalan keluar sendiri, dan mengerti bahwa hidup tidak selalu lunak. Sementara Yeom Bum, dia ada di kategori kedua. Hidup dalam dukungan penuh keluarga, dibiayai, terlindungi, sampai akhirnya gagal membangun daya tahan mentalnya sendiri.

Akibat Laki-laki tidak Provider Mindset

Gwan Sik memahami bahwa hidup adalah realitas, Yeom Bum berbeda, dia memahami bahwa hidup sebatas narasi. Gwan Sik dari kecil sudah terbiasa berjualan, membantu orang tua, mengambil keputusan sendiri berani berpendapat, memperjuangkan perempuan yang ia cintai, melindungi keluarga kecilnya dari perilaku toxic orang tuanya dan tradisi di era tersebut.

Hal tersebut memengaruhi pola pikir dan nalarnya bahwa hidup ini bukan tentang apa yang kita mau, tapi tentang apa yang bisa kita hadapi. Dia terbentuk dari pengalaman sejak dirinya kecil dan berani menghadapi segala risiko dari keputusan yang dia ambil, bukan sekadar cerita orang. Sementara Yeom Bum, hidupnya lebih banyak didikte oleh ibu.

Islam mengajarkan konsep mujahadah, perjuangan yang melatih diri. Manusia yang tidak mau untuk berjuang, dia tidak akan siap menghadapi hidup. Dan di sini letak masalahnya: Yeo Bum ingin menjadi pasangan yang baik, namun tidak punya otoritas atas diri sendiri.

Kemandirian Bukan soal Duit, Tapi Soal Mindset. Gwan Sik dari kecil sudah terbiasa berjuang, jadi dia tahu uang itu bukan cuma angka, tapi hasil kerja keras. Itulah alasan dia tidak mudah goyah. Sementara Yeom Bum? Dia tidak pernah memegang kendali atas hidupnya, jadi wajar kalau keputusan-keputusan penting pun tidak mampu dia ambil.

Menilik Kembali Konsep Qiwamah

Dalam Islamic Worldview, konsep qawwamah itu bukan sekadar “laki-laki harus memimpin,” melainkan laki-laki yang memiliki provider mindset. Laki-laki yang memiliki otoritas atas dirinya, harus bisa berdiri sendiri sebelum bisa menopang orang lain. Kalau diri sendiri saja belum kokoh, bagaimana mau jadi sandaran. Haruskah bersandar ke tembok?

Yeom Bum bingung mau menyenangkan siapa, Gwan Sik tahu prioritasnya. Sebagai pasangan, Yeom Bum ada di persimpangan: memilih perempuan yang ia cintai, atau tunduk pada keluarga. Dia tidak mampu bersikap tegas karena dari awal dia tidak pernah belajar jadi pemimpin. Dan ini bukan soal siapa yang lebih baik, istri atau orang tua, tapi soal keberanian mengambil sikap. Gwan Sik beda. Dia tahu apa yang dia mau, dan siap nanggung konsekuensinya.

Dalam Islam, keberanian mengambil keputusan itu bagian dari izzah atau kemuliaan seorang laki-laki. Bukan berarti keras kepala, tapi tahu kapan harus berdiri tegak dan kapan harus berkompromi.

Pesan dari drama ini yaitu, mentalitas wajib terbangun, bukan diberikan. Alasan Gwan Sik berhasil,  karena dia tertempa sejak kecil. Penyebab Yeom Bum gagal, karena dia terlalu lama terlindungi. Hidup didikte, selalu menuruti apa kata Ibunya, akhirnya tidak bahagia, tidak merasakan manusia secara utuh dalam dirinya.

Islam mengajarkan kita untuk jadi insan kamil. Manusia yang utuh, bukan manusia yang terbiasa diatur tanpa bisa berdiri sendiri. Apalagi laki-laki. Karena dalam Islam, qawwam atau imam itu bukan gelar gratisan, tapi tanggung jawab yang harus dibuktikan dengan kapasitas. []

Tags: Drama KeluargaDrama Koreaemansipasi wanitaKebahagian WanitaWanita KarierWhen Life Gives You Tangerines
Halimatus Sa'dyah

Halimatus Sa'dyah

Penulis adalah  konsultan hukum dan pengurus LPBHNU 2123038506

Terkait Posts

S-Line
Personal

S-Line dan Pubertas Digital: Saat Tren Media Sosial Menjadi Cermin Krisis Literasi Seksual

29 Juli 2025
Tren S-Line
Publik

Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?

27 Juli 2025
Fomo Trend S-Line
Personal

Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

26 Juli 2025
Sibling Rivalry
Keluarga

Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

22 Juli 2025
eldest daughter syndrome
Personal

Fenomena Eldest Daughter Syndrome dalam Drakor When Life Gives You Tangerines, Mungkinkah Kamu Salah Satunya?

17 Juli 2025
Squid Game
Film

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesenjangan Gaji

    Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesalingan dalam Laskar Pelangi; Pendidikan Bukan Beban, Tapi Investasi Peradaban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Pola Hidup Sehat Bagi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Derajat, Falsifikasi, dan Angka Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perintah Menjaga Jarak Kehamilan dalam Al-Qur’an
  • Bendera Bajak Laut sebagai Kritik Simbolis: Relasi, Kontestasi, dan Inklusivitas
  • Keluarga Berencana (KB) sebagai Ikhtiar Mewujudkan Anak yang Sehat dan Berkualitas
  • Kesenjangan Gaji antara DPR dan Rakyat, Amanah atau Kemewahan?
  • Merencanakan Keluarga dengan Program Keluarga Berencana (KB)

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID