• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Feminisme Menguatkan Keluarga

Zahra Amin Zahra Amin
22/10/2018
in Kolom
0
feminisme dalam keluarga

Ilustrasi: pixabay[dot]com

14
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Satu minggu terakhir wacana feminisme kembali ramai diperbincangkan. Seorang perempuan kandidat doktoral menyatakan feminisme merupakan perusak fitrah keluarga. Lantas pernyataannya itu diperdebatkan. Ada yang mendukung, ada pula yang membantah. Termasuk saya sendiri yang tidak sepakat dengan pendapatnya itu. Pada dasarnya feminisme menguatkan keluarga.

Selain ibu rumah tangga dengan dua orang anak, yang memutuskan memiliki pekerjaan di luar rumah, saya juga mendapatkan kesempatan belajar tentang gerakan perempuan dan feminisme. Melalui organisasi gerakan mahasiwa saat masa kuliah. Bahkan aktivitas saya kini tak jauh-jauh dari organisasi massa gerakan perempuan.

Mungkin tidak hanya saya, ada banyak perempuan yang menjalani peran itu dengan rasa bangga dan bahagia. Mengapa? Karena selain mampu mengaktualisasikan diri, bisa memberi manfaat bagi orang lain. Dia juga tetap tidak kehilangan makna dan cinta keluarga, sebagai akar terbaik untuk kembali.

Baca juga: Mereka yang Memusuhi Feminisme

Maka salah rasanya jika menyudutkan feminisme atas kerusakan yang terjadi dalam keluarga. Sebaliknya menurut saya feminisme justru akan semakin menguatkan pondasi keluarga. Sebab antara lelaki dan perempuan yang terlibat dalam relasi, akan semakin menyadari posisi dan potensinya. Sehingga di antara keduanya akan saling menghormati setiap pilihan hidup yang telah diambil.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Baca Juga:

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Atau pada kesempatan lain, bisa pula berbagi peran atas tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Baik di ruang domestik maupun publik. Sehingga di antara lelaki dan perempuan, atau suami-istri tidak ada yang saling mendominasi. Selama pembagian peran itu dikomunikasikan dengan baik antar kedua belah pihak.

Lalu dalam pembahasan lain, perempuan kandidat doktoral itu mengatakan perempuan yang bekerja mengakibatkan adanya tuntutan gaya hidup ala sosialita yang telah menjadi alasan ‘seolah’ logis agar perempuan bisa berkarier, eksist dan setara dengan lelaki.

Ditambahkan pula, alasan itu katanya merupakan racun berbalut madu yang menggerus para muslimah untuk sedikit demi sedikit meninggalkan fitrahnya sebagai ummu wa rabbatul bait.

Bicara gaya hidup ala sosialita, pendapat ini terlalu subjektif dan hanya melihat dari satu permukaan. Mungkin suatu waktu perlu saya ajak perempuan calon doktoral itu berkunjung ke para aktivis perempuan di daerah-daerah, yang berjibaku tanpa mengenal waktu, tak perduli dengan penampilan, berselimutkan debu jalanan, kulit tak jelas warna terpanggang panas matahari, tapi hatinya selalu bahagia tak terperi.

Atau jika ingin berjalan lebih jauh lagi, saya siap mengantarkan ke aktivis perempuan yang merangkap peran sebagai ibu nyai di pesantren dengan jumlah santri ratusan hingga ribuan. Bagaimana para perempuan yang berpenampilan bersahaja itu tetap terus bergerak atas nama kesetaraan dan keadilan hakiki bagi perempuan. Dengan melakukan upaya menafsirkan kembali teks keagamaan yang dianggap masih misoginis.

Maka untuk melengkapi ketidaksepakatan saya terkait dengan feminisme yang dianggap sebagai perusak fitrah keluarga. Saya meringkas tulisan KH Husein Muhammad dalam buku ‘Perempuan, Islam dan Negara’. Pada saat ini, proses sosialisasi wacana keadilan gender memang tengah menghadapi problem besar, yakni bangkitnya gerakan fundamentalisme Islam dan gerakan neo-salafi.

Kedua gerakan tersebut tengah memperjuangkan kembalinya Khilafah Islamiyah dan menuntut penerapan atau formalisasi syariat islam menurut pemahaman mereka dalam perundang-undangan di Indonesia.

Baca juga: Masih Bingung Ihwal Feminisme? Ini Penjelasan dari KH Husein Muhammad

Dalam banyak kasus, gerakan fundamentalisme ini mengecam gerakan feminisme dan para aktivis perempuan yang memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka mencurigai kaum feminis dan para aktivis perempuan tersebut sebagai antek-antek asing, terutama Amerika yang akan menghancurkan Islam, menyebarkan ketelanjangan dan lain-lain.

Kelompok fundamentalisme di mana-mana sama. Mereka menolak modernitas, anti demokrasi, anti feminisme, menolak pemisahan agama dari negara, serta mengingkari hak-hak individu dan ide-ide kemajuan yang berhubungan dengan kemanusiaan universal.

Untuk itu, mereka acap kali melakukan tindakan kekerasan dan terkesan memaksakan kehendak, juga mengklaim kebenaran sendiri atas nama Tuhan.

Begitu yang saya baca dari buku Buya Husein. Artinya bahwa, ketika penolakan terhadap feminisme menguat, langkah perempuan akan kembali dibatasi. Ruang mereka hanya berada di tataran domestik, tanpa mampu mengembangkan potensinya, dan tak bisa bersuara atas ketidakadilan yang menimpa.

Ketika hal itu terjadi, semua yang melekat dalam diri perempuan sebagai Hak Asasi Perempuan (HAP) akan tiada. Tubuh dan pikiran perempuan akan kembali di sekap dalam ruang-ruang gelap, atas nama formalisasi agama dan sekian aturan yang membelenggunya. Suara perempuan akan semakin samar terdengar, hilang lalu tenggelam dihempas peradaban.[]

Tags: domestikfeminismegaya hidupistrikarierkeluargaKH Husein Muhammadpublikrumah tanggasosialitasuami
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil

    Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist