Mubadalah.id – Apa permintaan perempuan kepada Rasulullah SAW? Mari kita simak permintaan perempuan tersebut dalam hadis berikut ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، ” جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ، فَقَالَ: اجْتَمِعْنَ، فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا، فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ K فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ، ثُمَّ قَالَ: مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلَاثَةً إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوِ اثْنَيْنِ، قَالَ: فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: وَاثْنَيْنِ، وَاثْنَيْنِ، وَاثْنَيْنِ “رواه البخاري.
Artinya: Abu Sa’id Al Khudri Ra. Menuturkan bahwa suatu saat, ada seseorang perempuan datang bertandang kepada Rasulullah SAW dan Berkata, “Wahai Rasulullah, para laki-laki itu telah banyak memperoleh pelajaranmu. Bisakah engkau menyempatkan diri untuk kami ( para perempuan) pada hari tertentu sehingga kami bisa mendatangimu mengajarkan kami apa yang diajarkan Allah kepadamu?”
Rasulullah SAW menjawab, “Ya, silahkan berkumpul di hari tertentu dan tempat tertentu.” Para perempuan kemudian datang berkumpul (di hari dan tempat yang telah ditetapkan) dan Rasulullah SAW. pun hadir mengajari mereka apa yang diperolehnya dari Allah SWT. (Shahih Bukhari).
Hadis riwayat Abu Said Al Khudri Rai mencerikan tentang tuntutan perempuan terhadap nabi Muhammad Saw. mereka merasa kesempatan belajar mereka lebih terbatas dan pengetahuan yang didapat dari Nabi Muhammad Saw lebih sedikit dibandingkan para sahabat laki-laki. Nabi Muhammad mendengarkan, memahami dan memenuhi tntutan mereka. Hadis tersebut menegaskan 2 hal, yakni:
1. Perempuan berhak menuntut para pengambil kebijakan mengenai hak-hak mereka.
2. Perempuan berhak atas pendidikan yang berkualitas sebagaimana laki-laki.
Hak untuk mendapatkan pendidikan berlaku untuk semua orang baik laki-laki maupun perempuan. Namun, kenyataannya perempuan sangat sulit mendapatkan hak pendidikannya. Karena kewajiban sosial yang dititik-beratkan kepada mereka. Seperti mengurus keluarga, melayani suami, menikah dini, atau memberi kesempatan pada laki-laki .
Pandangan masyarakat terhadap perempuan yakni DKS (Dapur, Kasur, Sumur). Itu artinya perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi-tinggi karena pada ahirnya mereka hanya akan bekerja di rumah. Bahkan, pada zaman jahiliah, memiliki anak perempuan adalah “aib” bagi orang tuanya. Anak perempuan hanya akan dijadikan budak dan dibunuh secara hidup-hidup. Mengenaskan memang, namun itu realita yang dahulu terjadi.
Di Indonesia, terkenal perempuan hebat bernama R.A Kartini. Beliau merupakan sosok yang membela hak hak perempuan. Dimana, pada zaman dahulu perempuan tidak mendapatkan hak nya khususnya dalam pendidikannya dan masyarakat beranggapan perempuan hanya memiliki masa depan yang suram. Akhirnya Kartini merubah segalanya dan ia tuangkan dalam sebuah bukunya yang berjudul “Habis gelap terbitlah terang”.
Sekarang, saatnya kita berfikir secara adil bahwa pendidikan tidak hanya hak laki-laki saja melainkan perempuan juga harus mendapatkannya. Selama ini, perempuan kurang memperoleh porsi pendidikan yang umum diberikan oleh laki-laki. Pendidikan sangatlah penting bagi perempuan yang akan berdampak kepada keluarganya.
Karena sejatinya, perempuan berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi suami melainkan untuk membangun generasi. Anak yang hebat terlahir dari seorang ibu yang hebat pula. Seperti pepatah mengatakan, buah tidak jatuh dari pohonnya. Ini merupakan gambaran seorang anak memiliki sifat yang tidak jauh dari orang tuanya. Khususnya ibunya. Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.