• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hari Raya Idulfitri: Hari Penuh Kemenangan

Aisyah, istri tercinta Nabi, pada hari raya, melihat orang-orang Habasyah (Etiopia) menari-nari sambil bernyanyi.

Redaksi Redaksi
09/04/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
671
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagian orang mengingat lebaran hari Raya Idulfitri dengan suasana takbir yang ingar-bingar dibarengi dengan bedug yang ditabuh bertalu-talu, atau kembang api yang diluncurkan ke langit biru.

Bila suara azan Maghrib akhir Ramadan berkumandang, suara takbir segera terdengar saling bersaut dari masjid, surau dan segala arah. Indah dan menggetarkan. Ini menyimpan makna kegembiraan lain yang lebih kudus.

Puasa selama sebulan berikut amal ibadah di dalamnya, seperti shalat Tarawih dan membaca al-Qur’an adalah anugerah yang agung dari Allah Swt.

Mereka bergembira, karena anugerah besar itu telah selesai ditunaikan dan rasa syukur itu diungkapkan dengan mengagungkan dan memuji Tuhan.

Mereka bergembira, lantaran Tuhan mengampuni dosa dan menganugerahi pahala yang berlipat-ganda. Sebuah Hadis Nabi Saw menyebutkan:

Baca Juga:

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Euforia Idulfitri dalam Bayang-bayang Kapitalisasi Tradisi dan Budaya Konsumerisme

“Siapa yang berpuasa Ramadan, dengan keimanan yang penuh dan mengharap rida Allah, diampuni dosa-dosanya.”

Nabi saw juga mengatakan:

“Bila pagi Idulfitri tiba, para Malaikat berbaris di pintu-pintu jalan sambil menyerukan: “Hai orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan, segeralah berangkat menuju Tuhanmu Yang Mahamulia.

Tuhan akan menganugerahimu kebaikan dan memberimu pahala yang besar. Kamu telah diperintahkan beribadah malam, lalu kamu laksanakan. Kamu diperintahkan berpuasa siang hari, lalu kamu kerjakan. Kamu telah memenuhi seruan Tuhanmu. Maka terimalah pialamu.

Kemudian apabila mereka selesai shalat, Malaikat berseru lagi: “Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah mengampuni dosa-dosamu. Maka kembalilah ke perjalanan hidup kalian selanjutnya sebagai orang-orang yang memperoleh petunjuk.” (HR. Thabrani dalam al-Kabir).

Penuh Kegembiraan

Apakah ada yang salah dengan sikap dan ekspresiekspresi kegembiraan menyambut lebaran hari raya Idulfitri di atas dari dimensi agama? Tidak, sama sekali tidak.

Aisyah, istri tercinta Nabi, pada hari raya, melihat orang-orang Habasyah (Etiopia) menari-nari sambil bernyanyi. Aisyah saat itu melihat Umar lewat lalu menghardik mereka.

Nabi saw yang melihat tindakan Umar itu menegurnya:

Umar, biarkan saja mereka merasa nyaman (gembira). Orang-orang Arab menyebut hari raya sebagai:

“Id al-Farah wa al-Surur La li al-Humum wa al-Ahzan” (momen besar kembali dalam kegembiraan dan keceriaan, bukan kedukaan dan bersedih hati). Nabi juga mengenakan pakaian yang paling bagus (Ajmal Isiyab) ketika lebaran dan hari Jumat. []

Tags: hariIdulfitrimerayakanrayaTradisi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID