Mubadalah.id – Hi Kids, This is Your Mom…
Ibu akan bercerita kepadamu tentang kisah Negeri semangka. Ini bukan kisah dongeng penghantar tidur, yang sering Ibu bacakan. Ini kisah tentang sejarah kelam umat manusia, dan Ibu juga menjadi bagian di dalamnya. Semoga tulisan ini menjadi jejak digital yang kelak bisa kamu baca.
Negeri Semangka
Negeri Semangka, begitulah sebagian orang menyebutnya. Ya, semangka memang sangat cocok untuk mewakili negeri itu. Selain karena buahnya banyak tumbuh di sana, warna semangka juga sama persis dengan benderanya. Saat ini Negeri Semangka telah merdeka. Banyak orang berkunjung ke sana, terutama untuk dapat salat di masjidnya.
Negeri itu memang cukup jauh, namun kapan-kapan kamu bisa berkunjung ke sana. Ibu yakin saat kau ke sana kau tidak akan merasa seperti orang asing. Karena negeri kita dan negeri semangka telah menjalin persaudaraan cukup lama.
Keadaan di sana juga tak jauh beda dari kampung halaman kita. Kau bisa melihat pantainya yang luas, rumah-rumah susun, pasar yang ramai, serta banyak anak-anak yang bermain dengan bebas. Kau juga akan mendapati masyarakatnya sangat ramah. Mereka adalah orang-orang yang sangat religius namun mampu berdampingan dengan berbagai agama.
Negeri itu kini telah menjadi negeri yang indah dan damai. Tak ada lagi tembok besar yang mengelilingi kota, yang ada hanya pohon-pohon zaitun yang tumbuh subur di kebunnya. Tak ada lagi suara bom yang memekakkan telinga, yang ada hanya suara canda anak-anak yang bermain bersama. Juga tak dan lagi bangunan-bangunan hancur, yang ada hanya gedung dan perumahan yang bersusun-susun.
Namun taukah kamu nak, negeri itu dulu pernah manjadi tempat paling mengerikan bagi siapapun yang melihatnya. Ibumu melihat dengan jelas, meski hanya melalui layar kaca. Sebenarnya ibu tak ingin merusak bayangan indah mu tentang negeri semangka. Namun kamu perlu tahu tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di sana. Semoga dengan begitu, dunia yang naif ini tidak akan lagi bisa menipu generasi setelahnya.
Sejarah Kelam Kemanusiaan
Negeri semangka yang indah itu dulu pernah menjadi tempat pembantaian lebih dari 20.000 nyawa manusia. Lebih mengerikan lagi karena hal itu terjadi kurang dari waktu tiga bulan saja. Setiap hari puluhan bom dijatuhkan dan menghancurkan kota, serta membunuh orang-orang tak berdosa. Dulu ibu melihat betapa banyak anak-anak seusiamu telah kehilangan orang tua, keluarga, bahkan anggota tubuh mereka. Sementara orang-orang yang masih hidup harus kehilangan rumah dan tinggal di pengungsian.
Setiap hari ibu menyaksikan kegilaan para penjajah yang terus membombardir kota. Mereka tak pandang bulu dan menghancurkan apapun yang ada di sana, bahkan kamp pengungsian, dan rumah sakit sebagai satu-satunya harapan juga tak luput dari serangan.
Tentara penjajah bahkan tidak segan untuk menyerang relawan, tenaga medis dan para jurnalis yang sedang bertugas. Mereka membunuh warga sipil secara langsung dengan tembakan dan serangan udara. Lalu, secara tidak langsung mereka juga berusaha memusnahkan seluruh penduduknya dengan menghambat bantuan kemanusiaan, memutus aliran listrik, internet serta air bersih.
Setiap hari ibu disuguhi dengan kisah-kisah pilu para penduduknya. Tentang seorang anak yang kehilangan seluruh anggota keluarganya sepulang dari pasar, tentang seorang ayah yang membawa jasad putranya dalam tas, atau tentang seorang ibu yang harus menjalani operasi cesar tanpa anastesi. Dan masih banyak lagi kisah-kisah pilu yang mungkin hanya akan terjadi di sana.
Ibu juga menyaksikan banyak kejadian mengerikan seperti saat rumah sakit berubah menjadi pemakaman masal, pasien yang terkapar di lantai atau tubuh anak-anak yang terbengkalai di bawah reruntuhan. Semua hal itu telah menjadikan negeri semangka menjadi tempat paling mengerikan untuk sebuah kehidupan. Dan yang lebih ironi adalah semua itu terjadi di zaman yang katanya sangat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Saat Dunia Membuka Mata
Semua adegan mengerikan itu merupakan buntut panjang dari perlawanan kelompok militan bertopeng pada 7 Oktober 2023. Kau tahu nak, pada awalnya semua orang menyalahkan mereka dan menyebutnya sebagai teroris. Namun sebenarnya dunia telah melupakan fakta bahwa negeri Semangka sedang dijajah. Para penjajah mendirikan tembok raksasa untuk menutup akses, melakukan kekerasan serta merebut pemukiman penduduk selama lebih dari 70 tahun.
Namun saat para penduduk negeri semangka melawan dan membentuk kekuatan militer, mereka menyebutnya sebagai kelompok teroris. Mereka dengan liciknya menyembunyikan banyak fakta, membuat propaganda dan menyetir narasi media. Hingga pada akhirnya dunia membuka mata setelah 7 Oktober. Namun sayangnya sejak saat itu pula, Negeri Semangka harus membayar mahal dengan 20.000 jiwa penduduknya.
Setelah hari itu, arus balik pun dimulai. Seluruh dunia dengan lantang menyatakan kecaman dan perlawanan terhadap tindakan keji para penjajah. Sementara kelompok militan yang dulu disebut teroris justru menjadi idola di mana-mana. Saat itu buah semangka menjadi simbol perlawanan penjajah sekaligus dukungan untuk negeri semangka.
Sayangnya kekuatan dunia saat itu masih di pegang sekutu penjajah yang membuat mereka sulit dihentikan. Bahkan forum persatuan dunia tidak dapat berbuat banyak. Akhirnya perlawanan muncul dengan berbagai cara. Aksi demo terjadi di seluruh dunia. Boikot produk penjajah terjadi secara luas.
Sementara itu, perang narasi dan psikologi juga tak dapat dihindarkan dari dunia maya. Saat itu semangka menjadi icon yang sangat familiar dan muncul di mana-mana
Hi Kids: This is Your Mom
And, This is your Mom Kids. Seorang perempuan biasa , yang setiap hari hanya menonton pembantaian itu dari balik layar kaca. Setiap ibu membuka ponsel untuk sekedar bersantai setelah rentetan pekerjaan, ibu selalu disuguhkan dengan pemandangan mengerikan.
Setiap saat beranda sosial media ibu penuh dengan darah dan adegan-adegan mengerikan. Layaknya menonton sebuah film thriller yang mencekam, namun semua itu adalah kenyataan. Adegan itu benar-benar terjadi, negeri semangka benar-benar dibantai. But, This is your Mom Kids. Ibu bukan superhero yang bisa langsung turun tangan saat melihat kejahatan. Setiap hari ibu hanya bisa menontonnya sambil menangis, marah dan menyesal karena tak bisa berbuat banyak.
Bisa kau bayangkan bagaimana perasaan ibu sebagai seorang perempuan, melihat anak-anak kecil terluka, terkubur reruntuhan dan menjadi martir? Menyaksikan mereka kehilangan rumah dari kasur ibu yang nyaman. Atau adegan anak-anak berebut semangkuk nasi dengan perut ibu yang kenyang.
Sayangnya ibu hanya bisa terus menontonnya tanpa kuasa berbuat apa-apa. Dan hal itu sudah berlangsung selama tiga bulan, tanpa ada yang bisa menghentikan kegilaan para penjajah.
Hingga di satu titik ibu merasa harus membayar mahal keamanan dan kenyamanan yang ibu miliki. Ibu tak bisa lagi hanya diam. Ibu melakukan apapun yang dapat ibu lakukan, meski hal itu tak akan berarti banyak. Sejak saat itu, Ibu mulai membuat tulisan, menyebarkan postingan, menghentikan pembelian produk pro penjajah dan banyak bercerita tentang negeri semangka.
Sesekali ibu juga meramaikan perang di sosial media. Sebagai seorang muslimah, ibu juga tak melupakan mereka dalam sujud dan do’a.
Ibu tahu apa yang ibu lakukan tidak akan membawa dampak yang berarti bagi negeri semangka, namun kabar baiknya ternyata ibu tidak sendirian. Banyak orang juga melakukan hal serupa. Hingga akhirnya terjadi perlawanan masif dari seluruh dunia. Dan ibu menjadi salah satu bagian kecil dari mereka.
Sebuah Pesan
Sampai tulisan ini dibuat, negeri semangka masih saja dibantai. Namun saat kamu membacanya, ibu yakin negeri itu telah merdeka dan menjadi negeri yang aman nan damai. Sesekali sempatkanlah ke sana. Dan sampaikanlah salam dari ibumu ini untuk mereka. Katakan pada mereka, bahwa ibu dan orang-orang di negeri ini sangat mencintai mereka dan berharap masa depan yang lebih baik untuk mereka.
Jadilah anak yang cerdas, kuat dan berdaya. Kau bisa baca lebih banyak kisah tentang negeri semangka. Ambilah pelajaran dan inspirasi dari mereka. Kau bisa baca kisah tentang anak-anaknya yang cerdas dan santun, tentang para perempuannya yang tangguh dan berbudi luhur. Atau kisah para pejuangnya yang pemberani dan tak takut mati. []