• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Hifzul Furuj dalam Perspektif Mubadalah

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
06/10/2022
in Kolom
0
Hifzul Furuuj dalam Perspektif Mubadalah

Hifzul Furuuj dalam Perspektif Mubadalah

161
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Salah satu ajaran Islam yang teks-teksnya secara eksplisit (manthūq) menyapa laki-laki dan perempuan (mubādalah) adalah tentang menjaga kelamin. Ada dua istilah dalam al-Qur’an, hifzul furuj dan ihshan furuj. Keduanya, merujuk pada komitmen untuk menjaga dan memelihara kemaluan.

Dalam surat an-Nur (QS. 24: 30-31), secara tegas laki-laki dan perempuan diminta untuk menjaga kemaluan masing-masing. Dalam al-Mu’minun (QS. 23: 5), kebahagiaan disematkan kepada mereka yang menjaga kemaluan.

Baca juga: ‘Ghodldlul Bashar’ Bukan Penundukan Mata

Sementara dalam al-Ahzab (QS. 33: 35), laki-laki yang mampu menjaga kemaluan mereka dan perempuan akan dijanjikan surga kelak di hari akhir. Ayat-ayat ini menggunakan ungkapan hifzul furuj, laki-laki yang menjaga kemaluan disebut hafizh dan perempuan disebut hafizhah.

Ayat-ayat lain menggunakan kata “ihshaan”, seperti untuk Nabi Maryam as yang suci dan menjaga diri (QS. Al-Anbiya, 21: 91). Al-Qur’an juga memuji para laki-laki (dengan sebutan muhshiniin) dan perempuan yang menjaga diri (dengan sebutan muhshanaat) (QS. An-Nisa, 4; 24-25; al-Maidah, 5: 5; dan an-Nur, 24: 4 dan 23).

Baca Juga:

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Menjaga dan memelihara kemaluan, awalnya, diartikan sebagai segala tindakan preventif yang bisa menjauhkan seseorang dari hubungan seksual di luar pernikahan yang diharamkan.

Kesucian, karena itu, sering diartikan ketika seseorang tidak memiliki riwayat hubungan seks di luar nikah. Laki-laki maupun perempuan.

Jadi, kesucian bukan soal selaput dara yang belum sobek. Karena selaput dara bisa sobek karena aktivitas selain hubungan seks. Tetapi soal komitmen seseorang untuk tidak melakukan hubungan seks yang haram di luar nikah. Laki-laki maupun perempuan.

Pemaksaan hubungan seks, atau pemerkosaan, sekalipun di luar nikah, tidak dianggap sebagai sesuatu yang mencederai kesucian.

Karena, dalam Islam, seseorang tidak dianggap bertanggung-jawab dari sesuatu yang dipaksakan kepada dirinya (Sunan Ibn Majah, no. hadits: 2121). Secara eksplisit, ayat al-Qur’an menyebutkan perempuan yang dipaksa (berhubungan seks di luar nikah) itu tetap suci dan diampuni dosa-dosanya (QS. An-Nur, 24: 33).

Baca juga: Kejantanan dan Kesucian dalam Perspektif Islam

Dalam metodologi Ushul Fiqh, ajaran hifz al-furuuj ini kemudian diintegrasikan dalam konsep hifz an-nasl, atau menjaga keturunan dan keluarga. Ini menjadi salah satu tujuan  hukum syari’ah (maqashid syari’ah) yang lima, atau dikenal dengan al-kulliyat al-khams.

Al-kulliyat al-khams itu yakni hifz an-nafs (menjaga jiwa dan kehidupan), hifz ad-din (memelihara agama dan keyakinan), hifz al-‘aql (memelihara akal dan peradaban), hifz an-nasl (memelihara keluarga dan keturunan), dan hifz al-mal (memelihara harta dan perekonomian).

Dengan konsep hifz an-nasl, menjaga atau memelihara kemaluan tidak sekedar menjauhi perzinahan, tetapi juga memelihara kesehatan reproduksi, baik secara fisik, psikis, dan sosial.

Dalam perspektif mubadalah, konsep hifz an-nasl tidak hanya bersifat individual tetapi juga relasional. Sehingga, ketika dengan pasangan sah dalam pernikahan, menjaga kemaluan (hifz al-furuuj) juga berarti melakukanhya secara patut (ma’ruf), baik (thayyib), tidak menyakiti, tidak dengan paksaan, tetapi saling menyenangkan, dan saling memperhatikan kebutuhan dan keterbatasan masing-masing.

Baca juga: Melindungi dan Dilindungi Bukan Soal Laki-laki atau Perempuan

Hifz al-furuuj maupun hifz an-nasl, dalam perspektif mubadalah berlaku bagi laki-laki dan perempuan, satu sama lain saling menjaga agar tidak terlibat dan terjatuh pada tindakan-tindakan yang diharamkan, yang menistakan, dan yang mencedari harga diri dan kemanusiaan masing-masing.

Satu pihak tidak bisa dianggap yang paling bertanggung jawab dari yang lain, hanya karena jenis kelamin semata. Keduanya, laki-laki dan perempuan, sama-sama bertanggung-jawab.[]

Tags: GenderHaditshifdzul furujislamkehormatankelaminkemaluankesucianMubaadalahMubadalahpemerkosaanQuranseks
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Founder Mubadalah.id dan Ketua LP2M UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Revisi Sejarah

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Lelaki Patriarki

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

19 Juni 2025
Greta Thunberg

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

18 Juni 2025
SIS Malaysia

Berproses Bersama SIS Malaysia

18 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

18 Juni 2025
Raja Ampat

Surga Raja Ampat dan Ancaman Pertambangan Nikel

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tastefully Yours

    Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ulasan Crime and Punishment: Kritik terhadap Keangkuhan Intelektual
  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID