• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Hindari 6 Hal Ini dalam Mendidik Anak

Acapkali orang tua merasa bahwa kekerasan fisik terhadap anak bisa menyelesaikan masalah. Padahal yang terjadi, orang tua akan kehilangan anaknya

Raehanun Raehanun
31/01/2024
in Keluarga
0
Mendidik Anak

Mendidik Anak

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perihal mendidik sudah tentu menjadi tugas orang tua. Banyak orang tua yang mengatakan bahwa mendidik anak tidak semudah yang kita katakan. Dalam proses pendidikan atau pengasuhan orang tua perlu mempertimbangkan banyak hal. Terutama proses pendidikan yang dilakukan harus kita sesuaikan dengan kondisi, usia, tahap perkembangan, dan lainnya.

Dalam sebuah buku Parenting Berbasis Pendidikan Karakter (Konsep, Program, dan Evaluasi) yang ditulis oleh Prof. Dr. Hj. Warni Djuwita, M.Pd mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus para orang tua hindari ketika mendidik anak. Hal-hal yang harus dihindari ini saya rangkum menjadi 6 bagian agar memudahkan pembaca untuk memahaminya.

Pertama, Terlalu Banyak Larangan

Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Mereka ingin mencoba banyak hal baru dalam hidupnya serta memiliki inisiatif untuk melalukan sesuatu. Akan tetapi, orang tua seringkali merasa khawatir dengan kondisi anak dan langsung mengambil jalan pintas dengan cara melarang anak melakukan sesuatu.

Misalnya nih, anak ingin bermain dengan teman sebayanya. Tapi orang tua melarang lantaran takut jika anak berkelahi atau disakiti oleh temannya. Atau bahkan orang tua melarang anak mengambil piring lantaran takut piring tersebut jatuh dan pecah sehingga melukai anak.

Tanpa orang tua sadari menganggap semua hal ini sepele. Padahal kekhawatiran yang berlebihan justru dapat menghambat perkembangan anak. Terlalu banyak larangan juga dapat menyebabkan anak kurang berinisitaif untuk bertindak. Secara tidak langsung, orang tua mendidik anak untuk tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Kedua, Mengambil Alih Tugas Anak

Ketidaksabaran orang tua dalam mendidik dan keinginan untuk selalu mencari aman membuat orang tua jarang. Bahkan tidak pernah memberikan tugas kepada anak atau bahkan mengambil alih tugas anak yang diberikan oleh gurunya atau orang lain.

Misalkan, pada usia 4-6 tahun anak-anak sudah dapat merapikan mainannya sendiri. Namun orang tua seringkali menganggap anak tidak dapat melakukannya dengan baik. Sehingga merekalah yang merapikan mainan tersebut.

Ketidaksabaran orang tua untuk memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan tugasnya dapat mengakibatkan anak terdidik tidak mandiri. Keinginan orang tua untuk menunjukkan bahwa anak adalah tanggung jawabnya akan membuat anak tidak mengenali bahkan lari dari tanggung jawabnya. Anak jadi terbiasa tidak menyelesaikan tugas, di samping anak juga tidak berkesempatan untuk mandiri.

Ketiga, Terlalu Berharap

Yaitu keinginan orang tua yang ingin anaknya hafal Al-Quran di usia 5 tahun, atau mendapat rangking pertama di sekolahnya. Lebih parah lagi, cukup banyak orang tua yang mendiktekan masa depan anak karena orang tua gagal meraih cita-cita tersebut. Harapan yang berlebihan ini tak hanya membuat anak merasa tertekan, tetapi juga menghantam balik orang tua.

Orang tua seringkali tidak mengenal anaknya. Hal ini terjadi karena minimnya komunikasi dengan anak. Dan berlanjut pada keadaan di mana orang tua tidak mau menerima kondisi anaknya. Lebih parah lagi, ketidakharmonisan komunikasi membuat orang tua menunjukkan sikap menolak keberadaan anak. Secara tidak langsung, orang tua mendidik anak untuk menolak keberadaan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Contoh sederhana yang seringkali orang tua lakukan, yaitu menunjukkan muka masam saat anak tidak mendapat juara dalam sebuah perlombaan. Anak yang sudah menahan malu karena kalah, ditambah lagi beban psikisnya dengan kritikan bahkan cacian dari orang tuanya. Tentu saja hal ini sangat menyakitkan bagi anak.

Keempat, Menyerahkan Kepada Orang Lain

Kurangnya komunikasi dengan anak diperburuk dengan banyaknya orang tua yang menyerahkan pengasuhan dan Pendidikan anak kepada pengasuh, guru, dan lainnya. Masalah ekonomi seringkali menjadi alasan, misalnya orang tua harus bekerja dari pagi sampai sore dan menyisakan sedikit waktu untuk anak.

Ketidakpedulian dan ketiadaan andil orang tua terhadap aktivitas sehari-hari anak membuat orang tua terkejut pada saat anak melakukan sesuatu yang tidak orang tuanya inginkan.

Kelima, Memberikan Contoh yang Tidak Baik

Ketidaksadaran orang tua akan perbuatan atau kebiasaan tidak baik dapat dicontoh oleh anak, seperti merokok, berbohong, membuang sampah sembarangan atau berkata kasar. Anak yang seringkali menyaksikan orang tuanya berbohong secara tidak sadar akan meniru perilaku tersebut. lambat laun anak akan merasa bahwa perilaku negatif adalah hal yang biasa atau lumrah.

Orang tua adalah model bagi anak-anaknya. Jika baik perilaku orang tuanya maka anak akan menirunya. Karena anak adalah peniru yang ulung. Memberikan contoh yang tidak baik pada anak merupakan kekeliruan dan kesalahan dalam mendidik. Karena anak sering kali bercermin dari perilaku dan perkataan orang tuanya.

Keenam, Melakukan Kekerasan

Dalam hal mendidik, kesalahan yang semuanya bersumber dari kesalahan orang tua, cepat atau lambat akan anak lakukan tanpa sengaja. Bukannya orang tua introspeksi diri, malah sebaliknya. Semua kesalahan terlimpahkan ke anak, memasang muka masam, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik pada anak.

Acapkali orang tua merasa bahwa kekerasan fisik terhadap anak bisa menyelesaikan masalah. Padahal yang terjadi, orang tua akan kehilangan anaknya.

Contoh kasus yang sedang viral di media sosial, yaitu seorang ayah yang tega menggergaji tangan anaknya. Lantaran si anak mencuri uang orang lain untuk dibelanjakan buku. Mungkin maksud orang tua baik, ia ingin mendidik anaknya agar si anak tidak mencuri lagi. Namun itu merupakan kesalahan fatal yang bisa membuat orang tua kehilangan sosok anaknya.

Dear orang tua, mari kita hindari 6 hal di atas dalam proses mendidik anak. Demi terciptanya generasi yang berprestasi, bertanggung jawab, amanah dan jujur. Sehingga anak yang menjadi aset negara dan agama tumbuh menjadi bibit yang unggul. []

Tags: anakHak anakkekerasan fisikkeluargalaranganmendidikorang tuaparenting
Raehanun

Raehanun

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID