Mubaadalahnews.com,- Akhir-akhir ini hoaks dan ujaran kebencian semakin sering berseliweran di media sosial. Diakui atau tidak hal ini membuat masyarakat terpolarisasi. Itulah kenapa perbuatan buruk seperti hoaks dan ujaran kebencian membawa para manusia ke dalam dosa besar.
KH Husein Muhammad mengatakan, ujaran kebencian dan hoaks adalah dosa besar yang bisa membawa kepada dua neraka. Neraka dunia dan neraka kelak di akhirat.
“Neraka di dunia menimbulkan fitnah besar, kekacauan besar, perang, pertikaian, dan seterusnya dan itu merusak tatanan sosial. Di akherat pasti akan dihukum oleh Allah SWT,” kata Buya Husein saat ditemui Mubaadalahnews, akhir pekan kemarin.
Umat Islam di Indonesia adalah mayoritas, pengajian ada di mana-mana. Pesantren, mushola, madrasah pun sudah ada di mana-mana. Semua fasilitas untuk dakwah sudah tersedia. Bahkan pengambil kebijakan negara adalah orang Islam.
“Tetapi kenapa fitnah, caci maki, hoaks, dan sebagainya terus berjalan setiap saat,” tutur Buya Husein.
Buya Husein mengingatkan agar umat Islam selalu bertakwa kepada Allah. “Takwa adalah inti dari ajaran Islam,” kata Buya Husein.
Dalam hal ini, ketakwaan seorang hamba mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi individu dan yang kedua, dimensi sosial.
Dalam dimensi individu, lanjut Buya Husein, takwa merupakan ajaran Islam yang mengajak untuk berakhlakul karimah, rendah hati, ketulusan, murah hati dan menghargai orang lain.
Sedangkan dalam dimensi yang bersifat sosial belum banyak dikembangkan bahkan diutamakan daripada dimensi personal individu. Ketakwaan sosial kerap kali terlupakan.
Buya Husein menceritakan sebuah kisah dari hadits bahwa Nabi pernah bertanya kepada para sahabatnya. “Siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “orang yang bangkrut adalah orang yang sudah tidak punya uang lagi, bahkan rugi.”
Nabi menjawab lagi, bukan, bukan itu. Orang yang bangkrut adalah orang yang datang dengan membawa amal ibadah, tetapi dalam waktu yang sama dia menyakiti hati orang lain, berbohong, menipu dan melanggar hak-hak kemanusiaan orang lain.
Maka akan dihitung antara dosa dan pahala. Pahala dari perbuatan baiknya akan diambil untuk orang yang disakiti. Dan apabila belum cukup untuk membalas sakit hati atau dosanya maka dosa yang disakiti akan ditimpakan kepada orang yang rajin ibadah tadi. Itulah yang dinamakan orang bangkrut.
“Intinya takwa secara bahasa adalah pengendalian diri dari dua kutub baik dan buruk, potensi baik dan buruk yang ada di dalam diri manusia,” jelas Buya.(RUL)