Kamis, 23 Oktober 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

    Ulama Perempuan Disabilitas

    Nyai Hj. Badriyah Fayumi: Ulama Perempuan Harus Menjadi Pelopor Keulamaan Inklusif dan Ramah Disabilitas

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Disabilitas

    PSGAD UIN SSC Dorong Kolaborasi Akademisi, Komunitas, dan Pesantren untuk Advokasi Disabilitas melalui Tulisan

    Isu Disabilitas

    Zahra Amin: Mari Menulis dan Membumikan Isu Disabilitas

    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perundungan

    Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    Konferensi Nasional KUPI 2025

    Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    Perempuan Disabilitas

    Refleksi Perempuan Disabilitas di Hari Santri Nasional

    Fiqh al-Murūnah

    KUPI Mengenalkan Fiqh al-Murūnah bagi Pemenuhan Hak-hak Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas: Antara Jaminan Konstitusi dan Prinsip Keadilan Islam

    Moral Solidarity

    Makna Relasi Afektif di Pesantren: Collective Pride dan Moral Solidarity Santri

    Periwayatan Hadis

    Difabel dalam Periwayatan Hadis : Melihat Islam Inklusif di Zaman Nabi

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Kekerasan di Sekolah

    Kekerasan di Sekolah, Kekacauan di Media: Saatnya Membaca dengan Bijak

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Resolusi Jihad

    Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: KUPI Tegaskan Semua Manusia Adalah Subjek Kehidupan, Termasuk Disabilitas

    Ulama Perempuan Disabilitas

    Nyai Hj. Badriyah Fayumi: Ulama Perempuan Harus Menjadi Pelopor Keulamaan Inklusif dan Ramah Disabilitas

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Disabilitas

    PSGAD UIN SSC Dorong Kolaborasi Akademisi, Komunitas, dan Pesantren untuk Advokasi Disabilitas melalui Tulisan

    Isu Disabilitas

    Zahra Amin: Mari Menulis dan Membumikan Isu Disabilitas

    Keadilan Gender

    SIKON CILEM UIN SSC Cirebon Angkat KUPI sebagai Gerakan Global Keadilan Gender Islam

    Metodologi KUPI

    Menelusuri Metodologi KUPI: Dari Nalar Teks hingga Gerakan Sosial Perempuan

    Trans7

    Pesantren di Persimpangan Media: Kritik atas Representasi dan Kekeliruan Narasi Trans7

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Perundungan

    Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    Konferensi Nasional KUPI 2025

    Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    Perempuan Disabilitas

    Refleksi Perempuan Disabilitas di Hari Santri Nasional

    Fiqh al-Murūnah

    KUPI Mengenalkan Fiqh al-Murūnah bagi Pemenuhan Hak-hak Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas

    Hak Politik Penyandang Disabilitas: Antara Jaminan Konstitusi dan Prinsip Keadilan Islam

    Moral Solidarity

    Makna Relasi Afektif di Pesantren: Collective Pride dan Moral Solidarity Santri

    Periwayatan Hadis

    Difabel dalam Periwayatan Hadis : Melihat Islam Inklusif di Zaman Nabi

    Hak-hak Disabilitas

    UIN SSC Gelar Konferensi Nasional KUPI untuk Memperkuat Peran Keulamaan bagi Hak-hak Disabilitas

    Kekerasan di Sekolah

    Kekerasan di Sekolah, Kekacauan di Media: Saatnya Membaca dengan Bijak

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Kurban bukan sekadar ritual ibadah tahunan, tetapi merupakan sistem nilai yang mampu merekonstruksi karakter pribadi dan kolektif umat Islam.

Muhammad Khoiri Muhammad Khoiri
4 Juni 2025
in Publik
0
Ibadah Kurban

Ibadah Kurban

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Iduladha adalah momen besar dalam Islam yang bukan hanya sarat dengan makna spiritual, tetapi juga menjadi sarana aktualisasi nilai-nilai transendental dalam kehidupan sosial. Perintah ibadah kurban yang berasal dari kisah monumental Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS, bukan semata menjadi kisah klasik dalam literatur Islam, melainkan simbol ketaatan mutlak yang melampaui logika manusia.

Saat Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya, beliau tidak membantah atau menawar. Begitu pula Ismail yang menerima dengan ketundukan. Peristiwa ini menggambarkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah pondasi utama dari keimanan seorang Muslim, bahkan ketika yang diminta adalah sesuatu yang sangat berharga.

Ketaatan semacam ini amat penting di tengah krisis moral yang sedang bangsa Indonesia hadapi. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia berhadapan dengan fenomena korupsi yang merajalela, penyalahgunaan kekuasaan, serta kebijakan yang seringkali tidak berpihak kepada rakyat kecil.

Banyak pejabat publik yang mengabaikan amanah yang telah terberikan, memilih memperkaya diri daripada melayani masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kepada nilai-nilai Ilahi seperti amanah, kejujuran, dan keadilan masih menjadi pekerjaan rumah besar bangsa ini.

Simbol Ibadah Kurban

Dalam konteks ini, ibadah kurban menjadi pelajaran penting. Ia bukan sekadar simbol penyembelihan hewan, tetapi cermin dari kesiapan seorang Muslim untuk tunduk total kepada kehendak Allah. Bahkan jika itu berarti harus mengorbankan ego, harta, atau jabatan.

Sebagaimana tersebut dalam Surah Al-Hajj ayat 37: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamu-lah yang dapat mencapainya.” Ayat ini menekankan bahwa esensi kurban adalah keikhlasan dan ketundukan, bukan sekadar ritual seremonial.

Semangat ketaatan yang diajarkan melalui kurban seharusnya menjadi inspirasi bagi para pemimpin, pejabat publik, dan seluruh elemen masyarakat. Yakni untuk mengembalikan orientasi hidup kepada nilai-nilai kebenaran dan pengabdian. Pemimpin yang taat kepada Allah tidak akan berani mengkhianati rakyat.

Begitu pula rakyat yang taat tidak akan mudah tergoda oleh propaganda yang memecah-belah umat dan bangsa. Maka, kurban bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk membangun bangsa yang bermartabat, yang seluruh elemen masyarakatnya taat kepada aturan Ilahi.

Solidaritas di Tengah Kesenjangan Sosial dan Ketimpangan Ekonomi

Indonesia terkenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, tetapi juga sebagai negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi yang tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, indeks gini Indonesia berada di kisaran 0,39 yang menunjukkan ketimpangan pengeluaran antara kelompok kaya dan miskin masih cukup signifikan.

Di satu sisi, segelintir elite hidup dalam kemewahan dan di sisi lain, jutaan rakyat masih hidup dalam keterbatasan, kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Bahkan tidak mampu membeli daging dalam kesehariannya.

Ibadah kurban memiliki peran yang sangat vital. Islam tidak hanya menekankan ibadah spiritual semata, tetapi juga menekankan aspek sosial. Kurban menjadi bentuk konkret dari kepedulian sosial umat Islam kepada sesama, khususnya kepada fakir miskin dan mereka yang berada dalam kondisi marginal.

Daging kurban kita bagikan bukan kepada orang kaya, tetapi kepada mereka yang selama ini jarang menikmati makanan bergizi. Ini adalah bentuk redistribusi kekayaan yang adil dalam semangat ibadah dan kasih sayang.

Esensi Praktik Kurban

Namun demikian, kita juga menyaksikan praktik kurban yang mulai kehilangan esensi. Di beberapa tempat, pembagian daging justru menjadi ajang pamer status sosial, atau bahkan tidak terdistribusi secara adil. Ada pula penyelenggaraan kurban yang lebih berorientasi pada pencitraan atau keuntungan. Misalnya dengan menjadikan kegiatan kurban sebagai ajang promosi atau marketing lembaga. Jika demikian, makna qurban yang seharusnya sebagai simbol solidaritas sosial akan hilang tertutupi oleh kepentingan duniawi.

Solidaritas sejati dalam kurban menuntut kita untuk keluar dari zona nyaman dan benar-benar memperhatikan mereka yang tertindas. Apalagi saat ini, Indonesia tengah menghadapi berbagai bencana social sepeti, korban PHK massal pasca pandemi, masyarakat terdampak inflasi yang melonjak akibat ketidakstabilan ekonomi global.

Maka, berkurban pada masa sekarang bukan hanya menyembelih hewan, tetapi juga merawat kemanusiaan. Daging kurban seharusnya tidak hanya kita berikan kepada mereka yang berada di sekitar kita yang masih mampu, tetapi lebih jauh menjangkau wilayah-wilayah terpencil, terbelakang, dan tertindas.

Lembaga-lembaga filantropi Islam telah menjadikan kurban sebagai alat dakwah dan distribusi keadilan yang lebih luas. Daging kurban tidak hanya dinikmati oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi juga kita kirim ke wilayah-wilayah konflik seperti Palestina, Rohingya, atau wilayah pedalaman Indonesia yang jarang tersentuh pembangunan. Ini membuktikan bahwa qurban bisa menjadi instrumen peradaban jika diorganisasi secara baik dan dijiwai oleh semangat ukhuwah Islamiyah.

Aktualisasi Nilai Qurban dalam Membangun Bangsa

Meski ibadah qurban berlangsung hanya setahun sekali, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sesungguhnya relevan untuk menjadi semangat hidup sepanjang tahun. Kurban bukan hanya berbicara soal penyembelihan hewan, tetapi juga tentang pengorbanan diri untuk hal-hal yang lebih besar: mengalahkan hawa nafsu, melepaskan egoisme, dan menumbuhkan empati sosial.

Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang masih diliputi konflik identitas, polarisasi politik, dan krisis toleransi, nilai-nilai qurban dapat menjadi jembatan untuk menyatukan umat dalam bingkai kesadaran kolektif.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai problem kebangsaan yang serius. Polarisasi akibat pemilu yang berkepanjangan telah menanamkan benih-benih permusuhan di tengah masyarakat.

Narasi kebencian berbasis agama, suku, dan golongan sering kali menghiasi media sosial dan bahkan menjadi alat politik. Di saat yang sama, kesadaran kolektif untuk hidup dalam harmoni mulai terkikis oleh sikap fanatisme kelompok yang berlebihan.

Jika setiap individu rela mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan umum, maka niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat. Bayangkan bila para pemimpin mengorbankan ego politik demi persatuan, bila pengusaha mengorbankan sebagian keuntungan untuk kesejahteraan buruh. Dan bila setiap warga mengorbankan waktu dan tenaganya untuk menjaga lingkungan sosial dari perpecahan. Nilai kurban akan menjadi pondasi bagi bangsa yang tidak hanya religius secara formal, tetapi juga beradab secara substansi.

Semangat Kurban dalam Kebijakan Publik

Kurban mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang mengambil, tetapi juga memberi. Dalam ajaran Islam, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Maka, dalam sistem sosial dan ekonomi, semangat kurban harus diterjemahkan dalam kebijakan publik yang berpihak kepada rakyat kecil, pembangunan yang adil, serta pengelolaan kekayaan negara yang tidak koruptif. Kurban mengingatkan bahwa kekuasaan, jabatan, dan harta hanyalah titipan, dan semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Bangsa Indonesia akan terus menghadapi tantangan global yang tidak ringan: krisis iklim, ketimpangan teknologi, konflik geopolitik, serta ancaman krisis pangan dan energi. Untuk menjawab semua itu, kita membutuhkan kesatuan visi, pengorbanan antar elemen bangsa, dan semangat saling tolong-menolong. Kurban menjadi representasi dari semua nilai tersebut: ketaatan, solidaritas, pengorbanan, dan kepedulian sosial.

Kurban bukan sekadar ritual ibadah tahunan, tetapi merupakan sistem nilai yang mampu merekonstruksi karakter pribadi dan kolektif umat Islam. Dalam ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail, kita belajar tunduk kepada kehendak Ilahi. Dalam pembagian daging qurban, kita belajar peduli kepada sesama.

Dan dalam makna pengorbanan, kita diajak untuk melepaskan ego dan membangun kehidupan yang lebih adil dan beradab. Ketika nilai-nilai kurban kita hayati secara sungguh-sungguh oleh setiap individu Muslim di Indonesia, maka akan lahir masyarakat yang tidak hanya religius secara simbolik, tetapi juga adil, damai, dan penuh kasih sayang. []

Tags: Daging KurbanHari Raya IduladhaIbadah KurbanislamsejarahSolidaritas Sosial
Muhammad Khoiri

Muhammad Khoiri

Penulis adalah pemuda dari Kota Tulungagung yang haus ilmu dan berkomitmen untuk terus mengembangkan wawasan melalui belajar literasi, serta berupaya berkontribusi dalam pengembangan keilmuan dan pemberdayaan intelektual.  

Terkait Posts

Periwayatan Hadis
Publik

Difabel dalam Periwayatan Hadis : Melihat Islam Inklusif di Zaman Nabi

21 Oktober 2025
Siti Ambariyah
Figur

Menelaah Biografi Nyai Siti Ambariyah; Antara Cinta dan Perjuangan

18 Oktober 2025
Suhu Panas yang Tinggi
Publik

Ketika Bumi Tak Lagi Sejuk: Seruan Iman di Tengah Suhu Panas yang Tinggi

18 Oktober 2025
Guruku Orang-orang dari Pesantren
Buku

Guruku Orang-orang dari Pesantren; Inspirasi Melalui Lembaran Buku KH. Saifuddin Zuhri

18 Oktober 2025
Berdoa
Publik

Berdoa dalam Perbedaan: Ketika Iman Menjadi Jembatan, Bukan Tembok

16 Oktober 2025
Difabel Muslim
Publik

Pedoman Qur’an Isyarat; Pemenuhan Hak Belajar Difabel Muslim

16 Oktober 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hijroatul Maghfiroh Abdullah

    Kiprah Hijroatul Maghfiroh Abdullah dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia dan Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Resolusi Jihad Santri: Dari Angkat Senjata hingga Media Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Kebahagiaan Lewat Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memaknai Kebahagiaan Lewat Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram
  • Kita, Perempuan, Membentengi Generasi dari Perundungan
  • Disabilitas di Konferensi Nasional KUPI 2025: Sebuah Refleksi
  • Kiprah Hijroatul Maghfiroh Abdullah dalam Gerakan Lingkungan di Indonesia dan Dunia
  • Refleksi Perempuan Disabilitas di Hari Santri Nasional

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID