“Terima kasih, teman-teman Mamah yang hadir di sini telah menguatkan kami, terutama saya sendiri, yang Insya Allah akan terus melanjutkan perjuangan Mamah.” – Ning Chika
Mubadalah.id – Putri semata wayang Ibu Nyai Hj Hanifah Muyasaroh menyambut kedatangan kami saat takziyah dan berziarah ke makam beliau di sekitar Ponpes Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap, kemarin Sabtu 25 Oktober 2025. Saya dengan Winy dan teman-teman dari Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Kabupaten Salatiga yang terwakili oleh Mbak Satuf Hidayah
Sebagaimana yang Mbak Hid (sapaan akrab Satuf Hidayah) sampaikan, banyak kebaikan yang telah ditebarkan oleh Ibu Nyai Hanifah Muyasaroh, beliau bergerak tak pernah lelah menyapa semua kelompok masyarakat, dan konsisten dengan perjuangannya.
“Ibu Nyai Hj Hanifah Muyasaroh telah meninggalkan teladan yang membanggakan. Semangatnya akan terus hidup bersama kami.” Ujarnya.
Pesan 3B untuk Perempuan
Secara pribadi, saya punya kesan khusus dengan Mbak Muyas. Pertemuan pertamaku dengan beliau pada tahun 2018 melalui organisasi Koalisi Perempuan Indonesia, di mana saat itu beliau masih menjadi Sekretaris Wilayah KPI Jawa Tengah. Sebagaimana teman-teman KPI lain yang memanggil beliau dengan sapaan hangat Mbak Muyas, akhirnya saya pun ikut memanggil beliau begitu. Tak berjarak, dan terasa akrab.
Kesempatan kedua bertemu kembali saat Kongres Nasional KPI di Asrama Haji Surabaya pada tahun 2020. Beliau tanpa merasa risih berkumpul bersama kami, ngobrol santai di warung kopi persis depan asrama. Tidak ada yang menyangka jika beliau merupakan pengasuh pondok pesantren yang tua dan bersejarah di wilayah Cilacap.
Lalu kesempatan lain datang kembali saat penulisan profil ulama perempuan untuk Kupipedia.id. secara intens saya komunikasi dengan beliau melalui telpon dan voice note whatshapp. Sejak itu, saya semakin mengagumi komitmen dan konsistensi beliau sebagai seorang ulama perempuan plus aktivis perempuan. Dengan segudang kegiatan, beliau tetap memperhatikan hal-hal yang harus seorang perempuan miliki.
Saya ingat betul pesan Mbak Muyas tentang 3B (Belajar, Bekerja dan Berorganisasi). Di laman Tokoh Kupipedia.id, saya menuliskan, selain aktif mengisi pengajian, beliau juga menyampaikan hasil dan gagasan KUPI. Kegiatan itu di antaranya di tempat rutinan bernama Balai Perempuan Annisa. Rutinan ini dihadiri oleh masyarakat Kabupaten Cilacap dalam rangka mendorong perempuan untuk 3B.
Harapan Mbak Muyas
Mbak Muyas punya banyak harapan untuk para perempuan. Beliau ingin agar perempuan memiliki pengetahuan mendalam, pemikiran yang kritis, dan wawasan yang luas sehingga mampu memberdayakan diri sendiri, keluarganya, lingkungannya, dan bangsanya.
Belajar menurut Mbak Muyas tidak harus di perguruan tinggi, atau bangku sekolah. Belajar bisa kita lakukan di mana saja, dan kapan saja. Sebagaimana yang Mbak Muyas lakukan di Balai Perempuan Annisa. Setiap hari Selasa ada jadwal untuk berkumpul sekaligus menjadi tempat belajar, berdiskusi, bagi teman-teman yang tidak sempat mengenyam bangku sekolah.
Mbak Muyas juga berpendapat bahwa bekerja dan berorganisasi membawa pengaruh positif bagi perempuan. Dengan bekerja, selain perempuan akan mandiri secara ekonomi, secara psikis ia akan lebih merasa percaya diri.
Sementara aktivitas perempuan di dalam organisai dapat menjadi batu lompatan yang signifikan bagi pengembangan diri seorang perempuan. Karena perempuan belum tentu akan berhasil mencapai yang diharapkan dengan belajar sendirian. Tetapi ketika berorganisasi, perempuan dapat belajar bersama dan mendiskusikan seluruh persoalan perempuan secara bersama-sama, sehingga menjadi lebih cepat memahami dan lebih cepat melakukan gerakan-gerakan secara bersama.
Takziyah dan Berziarah
Saat ini, tinggal hanya rasa sesal yang tersisa di hati. Mengapa tak banyak kesempatan saya untuk bertemu dan belajar dengan Mbak Muyas. Bahkan sekadar untuk memenuhi permintaan beliau untuk berkunjung ke Ponpes Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap pun sulit. Kini hanya bisa menyapa nama dalam pusara. Beliau dimakamkan di kompleks pemakaman pendiri dan keluarga Ponpes Al Ihya Ulumaddin Kesugihan Cilacap. Jaraknya sekitar 1 kilo meter dari pesantren.
Saya dan Winy ke makam Mbak Muyas dengan ditemani Kang Santri yang mengantarkan kami menggunakan mobil, karena jika jalan kaki lumayan jauh. Bangunan bercat hijau menyapa kami, dengan suasana asri dan banyak pepohonan. Saat masuk ke area makam, saya membayangkan para santri dan alumninya setiap hari bergantian berziarah dan mengirimkan doa di sini.
Saat membaca nama Hj Hanifah Muyasaroh di atas gundukan tanah yang masih merah dan basah itu, saya tak sanggup untuk menahan diri. Ya, saya menangisinya tanpa henti. Maaf Mbak Muyas, saya tak sempat menjenguk saat tahu sudah sakit dan tubuhnya kian melemah. Andai waktu bisa terulang kembali, saya ingin lebih banyak berbincang dan berdiskusi. Banyak hal yang ingin saya ketahui, dan belajar dari Mbak Muyas.
Sekarang Mbak Muyas sudah tak sakit lagi. Berpuluh tahun berjuang untuk kemaslahatan umat, perempuan dan anak-anak, kelompok rentan serta terpinggirkan. Sebagaimana ikrar KUPI Bangsri Jepara yang selalu terbacakan setiap kali berkegiatan
“Saat dunia, bumi dan kemanusiaan sedang genting dan rapuh, ulama perempuan Indonesia bertekad untuk membangun peradaban yang berkeadilan sebagai panggilan iman dan tuntutan zaman. Di akar rumput bersama mereka yang terpinggirkan dan terluka, ulama perempuan bergerak untuk menjadi bagian dari solusi bagi umat, bangsa, dunia, dan semesta. Untuk itu, otoritas keulamaan perempuan wajib terus dirawat dan dikembangkan agar menjadi kekuatan transformatif di ruang khidmahnya masing-masing.”
Selamat beristirahat Mbak Muyas. Selamat bertemu dengan kekasih hati KH Syuhud Muhson yang telah lebih dulu berpulang pada 2018 silam. Mbak Muyas telah banyak memberi keteladanan, saatnya kini kami yang semoga bisa melanjutkannya. []











































