• Login
  • Register
Senin, 30 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Teks-teks dalam ajaran agama (Islam) sepenuhnya menjamin kemuliaan perempuan sebagai makhluk Allah yang mulia di bumi ini.

Ahsan Jamet Hamidi Ahsan Jamet Hamidi
10/05/2025
in Buku, Rekomendasi
0
Neng Dara Affiah

Neng Dara Affiah

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya biasa memanggil perempuan berkacamata ini dengan sebutan Teh Neng (Neng Dara Affiah). Meski usianya lebih muda, namun mulut saya terasa sulit terbuka untuk bisa memanggilnya hanya dengan nama tanpa embel-embel “Teh”.

Salah satu alasannya adalah karena kekaguman saya pada sosok Teh Neng, sejak kami sama-sama kuliah di IAIN Ciputat dulu. Sejak masih “unyuk-unyuk”, Teh Neng selalu menonjol dan tampil unggul di dalam forum-forum diskusi. Baik di dalam kampus maupun di komunitas Himpunan Mahasiswa di luar kampus.

Di akhir tahun 80-an, saya sempat menguping saat Teh Neng menyampaikan penolakannya terhadap pendapat yang menyatakan bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki. Sebagai santriwati dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat, ia mengutip beberapa ayat, seperti Surah An-Nisa ayat 1 dan Ar-Rum ayat 21.

Baginya, kedua ayat Al-Qur’an tersebut merupakan inti pembahasan tentang penciptaan manusia dan penegasan bahwa mereka dijadikan berpasang-pasangan secara setara. Dia tidak menemukan ayat Al-Qur’an yang menyatakan dengan jelas bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki. Ada ulama yang berpandangan bahwa pendapat itu muncul dari hadis Nabi.

Wajahnya tampak memerah karena kesungguhannya menyampaikan argumen yang ketika itu bertentangan dengan pandangan mayoritas peserta diskusi. Teh Neng tidak mundur sedikit pun. Meski tertatih, ia tetap tampil garang. Bantahan dan sikap sinis dari peserta lain satu per satu ia patahkan dengan argumen keagamaan yang kuat, logis, dan sulit terbantah.

Baca Juga:

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Tafsir Sakinah

Tidak ada yang benar-benar kalah atau menang dalam forum diskusi tersebut. Namun saya sangat mengagumi keberaniannya. Belakangan, baru saya ketahui bahwa ia adalah salah satu aktivis kelompok diskusi FORMACI yang begitu melegenda di komunitas mahasiswa Ciputat saat itu.

Buku Kemanusiaan dan Pembatuan Masyarakat Muslim Indonesia

Puluhan tahun kemudian, saya membaca kumpulan tulisan Teh Neng Dara Affiah yang terangkum dalam buku berjudul seperti di atas. Salah satu tulisan yang menarik perhatian saya—sekaligus mengembalikan ingatan pada peristiwa puluhan tahun silam—adalah tulisan berjudul “Menyoal Paham Teologi Tulang Rusuk”.

Berbeda dengan argumen yang pernah ia sampaikan dulu. Dalam tulisan ini ia melengkapi argumennya dengan lebih sistematis dan mendalam.

Teh Neng menegaskan bahwa keyakinan masyarakat mengenai perempuan yang tercipta dari tulang rusuk pria—dan bengkok pula—adalah kepercayaan yang telah diajarkan selama berabad-abad. Lalu diturunkan nilainya itu dari generasi ke generasi. Wajar jika hal tersebut kita anggap sebagai sebuah kebenaran dan doktrin yang tidak bisa terbantahkan. Akibatnya, perempuan sering kali kita pandang sebagai manusia yang tidak utuh.

Pandangan itu adalah wujud dari sebuah perendahan yang berakibat pada munculnya kekerasan simbolik. Yaitu kekerasan yang samar, halus, tersembunyi, sehingga tampak tidak bermasalah dan mudah diterima oleh banyak kebudayaan yang seolah-olah sah.

Sebagai santriwati sekaligus putri dari pasangan kiai—KH. TB. A. Rafei Ali dan Hj. Siti Sutihat, pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah di Pandeglang—Teh Neng tidak berpikiran sempit. Hanya berkutat pada lingkaran NU dan mengagumi pemikiran para tokoh di lingkungan NU semata. Ia juga menulis dan mengagumi pemikiran seorang tokoh sekaligus Ketua Umum Muhammadiyah.

Pemikirannya Sangat Luas dan Terbuka

Tulisan berjudul “Ahmad Syafii Maarif: Sang Penentang Arus” adalah bukti bahwa ia memiliki pemikiran yang sangat luas dan terbuka. Baginya, Syafii Maarif adalah pembela hak-hak perempuan sekaligus seorang negarawan yang tulus, jujur, dan berani menyuarakan hati nurani. Meski dia harus melawan arus besar di gelanggangnya sendiri.

Buku setebal 225 halaman ini ditutup dengan tulisan yang sangat menarik terkait isu kontemporer, yaitu childfree—pilihan suatu pasangan untuk tidak memiliki anak dalam rumah tangga. Teh Neng memberikan argumen yang gamblang bagi mereka yang memilih pilihan ini. Ada empat alasan yang ia sampaikan, silahkan membacanya dengan lengkap di halaman akhir.

Baginya, pilihan untuk childfree harus kita hormati karena ia menyangkut dengan tubuh perempuan. Perempuan adalah pihak pertama yang harus kita tanya kesediaannya—apakah ia mau hamil atau tidak, dan berapa jumlah anak yang ingin ia lahirkan.

Sebab, tubuh perempuan bukanlah mesin yang bisa disetel sesuai kehendak penggunanya. Perempuan adalah makhluk Allah yang bernyawa, memiliki pikiran, perasaan, dan sudah seharusnya memiliki kemerdekaan untuk menentukan yang terbaik bagi tubuhnya sendiri.

Penutup

Kumpulan tulisan dalam buku ini adalah bagian dari pergolakan dan kegelisahan pemikiran Teh Neng Dara Affiah sejak lulus dari sekolah menengah hingga sekarang. Tidak semua kegelisahan itu bisa terjawab, namun Teh Neng telah dengan sangat berani menyuarakan persoalan yang juga menggelisahkan banyak perempuan lain di muka bumi ini.

Pastinya, buku ini menegaskan sebuah kesimpulan penting: bahwa teks-teks dalam ajaran agama (Islam) sepenuhnya menjamin kemuliaan perempuan sebagai makhluk Allah yang mulia di bumi ini. Selamat membaca buku yang bisa mencerahkan pandangan kita sebagai sesama makhluk ALLAH yang setara. []

 

Tags: Buku Kemanusiaan dan Pembatuan Masyarakat Muslim IndonesiaislamkemanusiaanNeng Dara AffiahperempuanReview Buku
Ahsan Jamet Hamidi

Ahsan Jamet Hamidi

Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Terkait Posts

Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Sejarah Indonesia

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Second Choice

    Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?
  • Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID