Sabtu, 13 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Digital KUPI

    Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif

    Pemulihan Ekologi

    Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

    ulama perempuan

    Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

    standar kecantikan

    Budaya Pop dan Standar Kecantikan yang Menyempitkan Perempuan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hak Bekerja

    Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas

    Bencana Alam

    Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

    Korban Bencana Alam

    ROI: Mengenal Istilah Penyebab Pejabat Datangi Korban Bencana Alam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Digital KUPI

    Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif

    Pemulihan Ekologi

    Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata

    ulama perempuan

    Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

    Data Pengalaman Perempuan

    Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    Halaqah Kubra 2025

    Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    Halaqah Kubra

    Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

    Halaqah Kubra di UIN

    KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

    pemberitaan

    Tantangan Media dalam Pemberitaan KDRT

    standar kecantikan

    Budaya Pop dan Standar Kecantikan yang Menyempitkan Perempuan

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Hak Bekerja

    Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas

    Bencana Alam

    Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    Berbagi

    Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    Madrasah Creator KUPI

    Nanti Kita Cerita Tentang Madrasah Creator KUPI dan Halaqah Kubra KUPI

    krisis Laut

    Krisis Ekosistem Laut: Dari Terumbu Karang Rusak hingga Ancaman Mikroplastik

    Laras Faizati

    Laras Faizati: Ancaman Kebebasan terhadap Suara Perempuan

    Haramain

    Haramain dan Wacana Gender: Menimbang Batasan, Akses, dan Partisipasi

    Korban Bencana Alam

    ROI: Mengenal Istilah Penyebab Pejabat Datangi Korban Bencana Alam

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Isra’ Mi’raj : Melintasi Jagat Membangun Peradaban

Isra' Mi'raj dan salat mengajarkan bahwa manusia hidup itu melakukan perjalanan dan relasi horizontal, fisikal, sekaligus vertikal, dan spiritual. Pasca Isra' Mi'raj Nabi membangun peradaban berbasis salat

Badriyah Fayumi Badriyah Fayumi
30 Januari 2024
in Featured, Hikmah
0
Membangun Peradaban

Membangun Peradaban

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam dua kesempatan acara peringatan Isra’ Mi’raj tahun ini, bertepatan dengan peringatan satu Abad NU. Yakni di Sokaraja Purwokerto yang diadakan oleh Fatayat NU Sokaraja pada 19 Februari 2023, dan di Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia pada 26 Februari 2023. Saya menyampaikan spirit Isra’ Mi’raj dalam melintas jagat membangun peradaban.

Dengan ilustrasi yang saya sesuaikan dengan jamaahnya, yakni perempuan dan ibu muda di Sokaraja, dan mahasiswa putra putri di UII, inilah spirit Isra’ Mi’raj dalam melintas jagat dan membangun peradaban dalam refleksi saya :

Isra’ Mi’raj itu perjalanan antar ruang yang melipat waktu, melintasi jagat untuk membangun peradaban. Jika kini NU berkomitmen untuk merawat jagat karena bumi memang sudah rapuh dan mengalami krisis ekologi yang parah, sehingga harus ada usaha keras dan maksimal dari semua penghuninya untuk merawat jagat. Maka dulu Isra’ Mi’raj mengajarkan penduduk bumi untuk berwawasan lintas benua, lintas waktu, bahkan lintas dunia.

Perjalanan mu’jizat Isra’ Mi’raj mengandung spirit membangun peradaban. Dengan menerapkan spirit ini insya Allah dunia akan damai,  maju, lestari. Peradaban yang bagaimanakah?

Pertama, peradaban yang menempatkan perempuan sebagai manusia seutuhnya dan subyek kehidupan sepenuhnya.

Perempuan tidak hanya kita pandang sebagai makhluk fisik biologis seksual, melainkan juga makhluk intelektual, spiritual, dan sosial sebagaimana laki-laki. Perempuan menjadi subyek primer kehidupan sebagai Khalifah Allah di muka bumi bersama laki-laki. Bukan subyek sekunder, apalagi menjadi obyek.

Apa kaitan peradaban ini dengan Isra’ Mi’raj? Kaitannya jelas. Isra’ Mi’raj terjadi saat Nabi sangat bersedih karena kehilangan perempuan luar biasa yang mendukungnya dari dalam. Yakni Siti Khadijah Ra. Kesedihan makin mendalam karena orang yang menjadi benteng pelindungnya dari serangan luar juga meninggal. Yakni sang paman Abu Thalib.

Di tahun kesedihan itulah (Amul Khuzni, 10 kenabian) Isra’ Mi’raj terjadi. Dengan perjalanan itu Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaanNya, seolah berkata, “jangan berlarut sedih dan kecil hati. Ada Aku yang Mahabesar.” Perjalanan Isra’ Mi’raj mengkonfirmasi arti penting perempuan dalam peradaban Islam.

Oleh karena itu jika ingin membangun peradaban, jangan pernah lupakan, pinggirkan apalagi tinggalkan perempuan. Nabi Muhammad Saw. sendiri dengan tulus dan lugas selalu menyebut peran dan arti penting Khadijah: orang yang pertama kali beriman saat yang lain ragu, orang yang mengorbankan hartanya setiap saat. Terutama saat 4 tahun kaum muslimin minoritas Mekkah diboikot ekonomi dan sosial oleh kuffar Mekkah, dan orang yang dari rahimnya Allah berikan Nabi keturunan, sedangkan dari istri yang lain tidak.

Maka, umat Islam hari  jika ingin membangun peradaban, laki-laki dan perempuan harus bersama saling tolong menolong dalam amar ma’ruf, nahi munkar, mendirikan salat (ibadah ritual ketuhanan), menunaikan zakat (ibadah sosial kemanusiaan), taat kepada Allah dan RasulNya. Ketika laki-laki dan perempuan berkolaborasi membangun peradaban dengan tolong menobolong melakukan hal tersebut, Rahmat Allah akan datang. (QS at Taubah 71).

Kedua, peradaban yang memberi tempat luas dan menantang manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Semua tahu, bahwa Isra’ Mi’raj terjadi dengan kendaraan yang bernama Buraq. Moda transportasi visioner yang belum terpikir oleh nalar penduduk Mekkah, dan bahkan semua manusia saat itu. Perjalanan Makkah- Masjidil Aqsha sejauh 1500 km-an dalam nalar umum saat itu ditempuh dalam waktu 40 hari perjalanan unta.

Lha, ini semalam bisa bolak balik Mekkah-Palestina-Mekkah. Mustahil! Kata nalar yang menghukumi sesuatu berdasarkan kemampuan otaknya yang terbatas. Padahal nalar rasional bisa menjangkau, bahwa modal transportasi yang canggih mampu memperjalankan makhluk berkali lipat lebih cepat. Semut yang merambat Jakarta-Surabaya entah butuh waktu berapa tahun untuk sampai. Tapi dengan naik pesawat, dua jam sudah bisa pulang pergi. Apanya yang mustahil?

Isra’ Mi’raj menantang manusia untuk berpikir, melakukan riset, penemuan dan inovasi untuk kemajuan IPTEK yang berpangkal dari Allah dan bermuara kepada Allah. Surah Ar Rahman ayat 33 telah dengan jelas mengisyaratkan hal tersebut.

Ketiga, peradaban yang menghargai sejarah agama, sejarah kemanusiaan, serta kesatuan dan persatuan agama-agama dan umat manusia

Isra’ Mi’raj menghubungkan agama-agama samawi, agama hanif yang nasabnya bertemu di Nabi Ibrahim. Sebelum Nabi Muhammad, tradisi kenabian berpusat di Bani Israil (anak cucu Nabi Ya’kub). Tidak terpikir oleh Bani Israil akan ada Nabi dari kalangan Arab, meskipun Nabi Muhammad Saw. juga keturunan Nabi Ibrahim.

Perjalanan ke Masjidil Aqsha, tempat suci pusat agama para Nabi Bani Israil dari Masjidil Haram adalah perjalanan yang menyambungkan silsilah kenabian, kesatuan ajaran (tauhid), sekaligus satunya kemanusiaan. Nabi Muhammad Saw. bertemu dengan arwah Nabi-nabi Bani Israil dalam damai dan bersahabat. Itu adalah tonggak peradaban yang dibangun di atas kesatuan agama dan kemanusiaan yang sangat penting.

Dari Isra’ umat Muhammad patut belajar bahwa ikhtiar untuk mempertemukan titik-titik kesamaan keyakinan akan Allah dan tauhid,  kebersambungan sejarah, dan kesatuan kemanusiaan adalah modal penting membangun peradaban. Dialog dan silaturrahim antara umat, antar agama, antar ras, antar bangsa  adalah cara penting membangun peradaban.

Keempat, peradaban yang mengedepankan persaudaraan antar manusia, persaudaraan antar generasi

Dalam peristiwa itu, ada penghormatan kepada senior dan penerimaan kepada yunior dengan tulus. Bahkan yang senior memberikan saran demi kebaikan yuniornya. Perjalanan Mi’raj Nabi dari langit pertama hingga ke langit ketujuh menunjukkan itu semua.

Di setiap langit, Nabi Muhammad Saw mengucapkan salam kepada para Nabi. Para Nabi menjawab salam sambil menyambut hangat Nabi Muhammad Saw. Nabi Adam As di langit ke-1 menyambutnya dengan ucapan Marhaban bil Ibni as Shalih wan Nabiyy as-Shalih (selamat datang anak saleh dan Nabi yang saleh).

Selanjutnya, Nabi Yahya dan Isa di langit ke-2, Nabi Yusuf di langit ke-3, Nabi Idris di langit ke-4, Nabi Harun di langit ke-5, Nabi Musa di langit ke-6, dan Nabi Ibrahim -alaihimussalam- di langit ke-7, menyambut Nabi Muhammad Saw. dengan kalimat hangat bersahabat “marhaban bil akhir as Shalih wan Nabiy as Shalih” (selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh).

Semua sambutan itu menyatakan persaudaraan dan pengakuan  kesalehan dan kenabian Muhammad Saw. dari para Nabi tersadulu. Nabi Musa as sebagai senior bahkan memberikan perhatian yang besar kepada Nabi Muhammad agar meminta diskon kepada Allah, dari salat 50 waktu menjadi hanya 5 waktu, karena sayang dan peduli kepada umat Nabi yuniornya.

Mi’raj telah mengajarkan bahwa persaudaraan, saling menebar salam, menghadirkan perdamaian, dan ucapan-ucapan yang mengakui kebaikan adalah modal penting membangun peradaban.

Kelima, peradaban yg menekankan pentingnya penghambaan hanya kepada Allah, ketaatan kepada perintahNya, dan pengasahan spiritualitas manusia hingga ke titik tertinggi

Mi’raj adalah simbol bahwa titik tertinggi eksistensi manusia terletak pada ketinggian spiritualitasnya, karena manusia selain makhluk fisik (dan psikis), intelektual, juga makhluk spiritual. Dengan Mi’raj Nabi bertemu Allah. Dengan Mi’raj Nabi mendapat titah langsung dariNya berupa salat 5 waktu yang membantu manusia menjadi makhluk spiritual, baik dalam hubungannya dengan Allah (vertikal) maupun sesama manusia (horizontal).

Secara vertikal salat  merupakan wujud keikhlasan penghambaan manusia kepadaNya, sarana mengingatNya, media untuk meminta pertolonganNya, dan sekaligus menjadi cara spiritual agar setiap hamba bisa mi’raj (naik derajat menjadi makhluk spiritual yang “bertemu” dengan Yang Maha spiritual). Secara horizontal salat merupakan benteng yang mencegah perbuatan keji dan munkar. Semua itu hanya bisa dilakukan oleh manusia yang memiliki spiritualitas.

Isra’ Mi’raj dan salat mengajarkan bahwa manusia hidup itu melakukan perjalanan dan relasi horizontal, fisikal, sekaligus vertikal, dan spiritual. Pasca Isra’ Mi’raj Nabi membangun peradaban berbasis salat. Dengan salat umat ia ajak bertemu dengan Allah, bersyukur, mengingat, menghamba. Dengan salat umat diajak ngumpul berjamaah di masjid, yang dengan masjid itu banyak hal dilakukan untuk membangun peradaban.

Salat menyatukan dan mengonsolidasikan umat sekaligus menghubungkannya dengan Allah. Ini adalah cara yang sangat penting dan luar biasa dalam membangun peradaban. Peradaban yang menjadikan Allah (melalui aktualisasi spiritualitas manusia) sebagai titik mula, dan titik akhir, rujukan hubungan horizontal dan vertikal.

Inilah peradaban yang membedakan Islam dengan peradaban atau isme-isme lain yang tidak menjadikan spiritualitas sebagai bagian penting. Pastinya beda, peradaban yang kita bangun di atas spiritualitas dan nilai-nilai yang abadi, samawi, keseimbangan duniawi ukhrawi dan adiluhung, dengan peradaban yang hanya berorientasi pada fisik, material dan duniawi.

Inilah renungan membangun peradaban dengan mengambil pelajaran dari Isra’ Mi’raj yang terjadi di bulan Rajab. Di mana ini adalah bulan yang sama dengan bulan lahir NU, versi saya. Semoga bermanfaat. Bagaimana versi Anda? []

Tags: HikmahislamIsra mi'rajKupimembangun PeradabanNahdlatul UlamaSatu Abad NUsejarahulama perempuan
Badriyah Fayumi

Badriyah Fayumi

Ketua Alimat/Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi

Terkait Posts

Digital KUPI
Aktual

Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif

13 Desember 2025
ulama perempuan
Aktual

Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

13 Desember 2025
Data Pengalaman Perempuan
Aktual

Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

13 Desember 2025
Halaqah Kubra 2025
Aktual

Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

13 Desember 2025
Halaqah Kubra
Aktual

Rektor UIN Sunan Kalijaga Apresiasi KUPI Pilih Kampus sebagai Mitra Penyelenggara Halaqah Kubra

12 Desember 2025
Halaqah Kubra di UIN
Aktual

KUPI Gelar Halaqah Kubra, Rektor UIN Sunan Kalijaga Soroti Data Partisipasi Perempuan di Dunia Islam

12 Desember 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ekologi

    Mereka yang Menjaga Alam, Namun Menjadi Korban: Potret Perempuan di Tengah Krisis Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Al-Qur’an dan Peringatan Bencana Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berbagi dalam Spiritualitas Keheningan dan Kasih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Badriyah: KUPI Menegakkan Otoritas Keagamaan Berbasis Data dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Halaqah Kubra 2025 Jadi Titik Konsolidasi Baru Gerakan Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ahmad Nuril Huda: Nilai Komunitas Digital KUPI Belum Menyaingi Kelompok Konservatif
  • Hak Bekerja: Mewujudkan Dunia Kerja yang Inklusif bagi Disabilitas
  • Nissa Wargadipura Tekankan Pemulihan Ekologi Berbasis Aksi Nyata
  • Film Gowok: Ketika Kebencian Menghancurkan Rasa Kemanusiaan
  • Menyulam Arah Gerakan Ulama Perempuan dari Yogyakarta

Komentar Terbaru

  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID