Mubadalah.id – Salah satu ucapan Gus Dur yang kontroversial adalah “Tuhan Tidak Perlu Dibela”. Gus Dur mengatakan bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Mulia dan Maha Kuasa. Gus Dur menulis kata-kata itu dalam sebuah artikel, lalu dijadikan judul buku kumpulan tulisannya. Dunia jadi berguncang. Heboh. Sebagian umat berang bukan kepalang.
Di tengah-tengah kehebohan yang berlangsung panjang itu aku membaca kitab “Arbain Nawawi”, 40 hadits Nabi himpunan Imam Nawawi, seorang ahli hadits besar.
Dalam hadits ke 24, disebutkan hadits Qudsi ini :
يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا.
“Wahai hamba-hamba-Ku. Andaikata kalian baik manusia maupun jin, sejak zaman awal hingga dunia berakhir, sepakat untuk bertaqwa kepada-Ku. Kekuasaan-Ku tak menjadi bertambah sedikitpun”.
يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.
“Wahai hamba-hamba-Ku. Andaikata kalian, manusia dan jin, sejak zaman awal hingga dunia berakhir sepakat, bersama-sama melakukan kejahatan, Kekuasaan-Ku tak berkurang sedikitpun”.
يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْت كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَته، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ.
Wahai hamba-hamba-Ku. Andaikata kalian semua, manusia maupun jin, sejak zaman awal sampai zaman terakhir, bersama-sama meminta apapun dari-Ku, Aku akan memberikannya, dan itu tak akan mengurangi sedikitpun milik-Ku, kecuali bagaikan jarum yang dimasukkan ke dalam lautan”.
يا عبادي إنكم لن تبلغوا ضري فتضروني ، ولن تبلغوا نفعي فتنفعوني
“Wahai hamba-hamba-Ku. Kalian tak akan pernah bisa merugikan-Ku dan tak pula memberi manfaat kepada-Ku”.
يَا عِبَادِي! إنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إيَّاهَا؛ فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَن إلَّا نَفْسَهُ”.
“Wahai hamba-hamba-Ku semua itu adalah perbuatan-perbuatanmu sendiri. Aku menghitungnya dan Aku membalasnya secara setimpal. Siapa saja menemukan kebaikan maka bersyukurlah. Tetapi jika menemukan sebaliknya, maka janganlah menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri”.
Begitulah. Aku merenung panjang. Betapa indahnya kata-kata Tuhan yang disampaikan Nabi itu, meski bukan Al-Qur’an.
Jika tidak lupa, aku pernah menulis ini, entah di mana.
***
Kemudian selanjutnya, menarik sekali membaca karya Abu Nu’aim: “Hilyah Awliya”. Ia menginformasikan kepada kita pernyataan Malik bin Dinar, salah seorang generasi Tab’in :
” قَالَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا رَبِّ أَيْنَ أَبْغِيكَ؟ قَالَ: أَبْغِنِي عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوبُهُمْ “.
“Nabi Musa bertanya kepada Tuhan : “Wahai Tuhan, di mana aku bisa menjumpai-Mu?” Tuhan menjawab : “temuilah Aku di antara mereka yang hatinya luka.”
Abu Nu’ aim juga menyampaikan informasi senada, dari Wahb bin Munabbih.
قَالَ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلَامُ: ” إِلَهِي أَيْنَ أَجِدُكَ إِذَا طَلَبْتُكَ؟ قَالَ: عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ مَخَافَتِي ”
Ia mengatakan : Nabi Daud bertanya kepada Tuhan: Wahai Tuhanku, di mana aku bisa menjumpai-Mu bila aku mencari-Mu?”. Tuhan menjawab : “di tengah-tengah mereka yang hatinya bersedih karena takut kepada-Ku.” Sementara itu, sebuah hadits Qudsi menyebutkan pernyataan Tuhan :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw Bersabda dalam hadis qudsi, “Sesungguhnya Allah (dalam hadits Qudsi) berfirman: “Hai Anak Cucu Adam, Aku sakit tetapi kamu tidak menjenguk-Ku”. Ia berkata “Ya Rabb, bagaimana aku menjenguk Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”
Allah menjawab: “Apakah kau tidak tahu, ada hamba-Ku Fulan sedang sakit tetapi kau tidak menjenguknya, tidakkah kau tahu sesungguhnya jika kau menjenguknya Aku berada di sisinya”. Allah berfirman :
“hai anak cucu Adam, Aku lapar tetapi kau tidak memberi-Ku makan”. Ia mengatakan : “Ya Rabb, bagaimana aku memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?”
Allah menjawab: “Apakah kau tidak tahu sesungguhnya hamba-Ku si Fulan lapat, tetapi kau tidak memberinya makan, tidakkah kau tahu sesungguhnya jika kau memberinya makan kau menjumpai Aku di sana”. Allah berfirman Hai anak cucu Adam, Aku haus tetapi kau tidak memberi-Ku minum”.
Anak Cucu Adam : “Ya Rabb, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah menjawab: “Kau (tahu) hamba-Ku meminta minum kepadamu tetapi kau tidak memberinya minum, tidakkah kau tahu ketika kau memberinya minum niscaya kau menemui Aku di sana”. ( HR. Imam Muslim, Ibn Hibban dan al-Baihaqi). []