Selasa, 9 September 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

    Bersaudara dengan Alam

    GUSDURian Ajak Manusia Kembali Bersaudara dengan Alam

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Stigma Patriarki

    Perempuan Juga Layak Memimpin: Membongkar Stigma Patriarki dalam Budaya

    Wakil Rakyat

    Belajar dari Wakil Rakyat: Komunikasi dengan Baik itu Penting

    Refleksi Maulid

    Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki

    Pseudoharmoni

    Pseudoharmoni; Kekaburan Relasi Pejabat Dengan Rakyat

    Demokrasi Deliberatif

    Habermas dan Senayan: Demokrasi Deliberatif yang Absen di Indonesia

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi Tahun Ini Diwarnai oleh Darah

    Demo

    Apakah Demo Itu Selalu Anarkis?

    Kepercayaan Rakyat

    Mengembalikan Kepercayaan Rakyat: Pelajaran dari Kesederhanaan Umar bin Khattab

    Mereset Hidup

    Usaha Mereset Hidup menurut Fahruddin Faiz

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Nabi Muhammad yang

    Kehangatan dan Kesederhanaan Nabi Muhammad Saw dalam Kehidupan Sehari-hari

    Sang Paripurna

    Muhammad Saw, Sang Paripurna yang Dinanti Dunia

    Fisik Nabi

    Keindahan Sang Paripurna: Gambaran Fisik Nabi Muhammad Saw

    Cahaya Kepemimpinan Perempuan

    Lima Cahaya Kepemimpinan Perempuan dalam Maulid Nabi

    Nabi Muhammad Saw

    Kecintaan Para Sufi kepada Nabi Muhammad Saw

    Surat Al-Hujurat Ayat 2

    Ketika Suara Menentukan Etika; Refleksi Teladan Nabi Melalui Surat Al-Hujurat Ayat 2

    Nabi Muhammad Saw

    Nabi Muhammad Saw adalah Ahsan An-Nas Khalqan wa Khuluqan

    Muhammad Saw Kecil

    Ketabahan Muhammad Saw Kecil saat Kehilangan Ayah dan Ibu

    Ibunda Aminah

    Duka Nabi Muhammad Saw Kecil: Kehilangan Ibunda Aminah di Usia Belia

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

    Mahfud MD

    Mahfud MD Ungkap Masalah Utama Bangsa, Beberkan Cara Gus Dur Tangani Krisis dan Demo

    Bersaudara dengan Alam

    GUSDURian Ajak Manusia Kembali Bersaudara dengan Alam

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Stigma Patriarki

    Perempuan Juga Layak Memimpin: Membongkar Stigma Patriarki dalam Budaya

    Wakil Rakyat

    Belajar dari Wakil Rakyat: Komunikasi dengan Baik itu Penting

    Refleksi Maulid

    Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki

    Pseudoharmoni

    Pseudoharmoni; Kekaburan Relasi Pejabat Dengan Rakyat

    Demokrasi Deliberatif

    Habermas dan Senayan: Demokrasi Deliberatif yang Absen di Indonesia

    Maulid Nabi

    Maulid Nabi Tahun Ini Diwarnai oleh Darah

    Demo

    Apakah Demo Itu Selalu Anarkis?

    Kepercayaan Rakyat

    Mengembalikan Kepercayaan Rakyat: Pelajaran dari Kesederhanaan Umar bin Khattab

    Mereset Hidup

    Usaha Mereset Hidup menurut Fahruddin Faiz

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Nabi Muhammad yang

    Kehangatan dan Kesederhanaan Nabi Muhammad Saw dalam Kehidupan Sehari-hari

    Sang Paripurna

    Muhammad Saw, Sang Paripurna yang Dinanti Dunia

    Fisik Nabi

    Keindahan Sang Paripurna: Gambaran Fisik Nabi Muhammad Saw

    Cahaya Kepemimpinan Perempuan

    Lima Cahaya Kepemimpinan Perempuan dalam Maulid Nabi

    Nabi Muhammad Saw

    Kecintaan Para Sufi kepada Nabi Muhammad Saw

    Surat Al-Hujurat Ayat 2

    Ketika Suara Menentukan Etika; Refleksi Teladan Nabi Melalui Surat Al-Hujurat Ayat 2

    Nabi Muhammad Saw

    Nabi Muhammad Saw adalah Ahsan An-Nas Khalqan wa Khuluqan

    Muhammad Saw Kecil

    Ketabahan Muhammad Saw Kecil saat Kehilangan Ayah dan Ibu

    Ibunda Aminah

    Duka Nabi Muhammad Saw Kecil: Kehilangan Ibunda Aminah di Usia Belia

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?

Kini publik hanya bisa berharap, Argo mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya.

Khairul Anwar Khairul Anwar
31 Mei 2025
in Publik
0
Kasus Argo

Kasus Argo

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika ada kasus Argo UGM, di mana kecelakaan yang korbannya kaum alit, dan penabraknya sosok elite, di situ saya sedih, lalu mikir. Apakah bakal ada keadilan untuk si korban? Sebab, berkali-kali kita dihantam realitas yang bikin kita geleng-geleng kepala, sebuah kenyataan yang tak berpihak pada korban. Yang membuat kita kemudian bertanya-tanya: “Mau sampai kapan nunggu viral dulu baru diusut?”

Pertanyaan itu saya ajukan bukan untuk kaum alit, tapi untuk elite, spesifik kaum polisi. Lembaga yang seharusnya menjadi penegak hukum dan keamanan warga, justru menjadi kalangan berseragam yang tidak hanya dibenci masyarakat, tapi juga tidak masyarakat percayai.

Lha bagaimana? Wong masyarakat ketika butuh pertolongan yang seharusnya minta tolongnya ke polisi, malah minta bantuannya ke Damkar.

“Saya nggak setuju, nyatanya masih banyak kok polisi yang baik hati, yang suka menolong warga, misal saat menyeberang jalan, saat dibegal, saat warga kehilangan barang, dan lain-lain,” ujar seorang teman, dengan sangat menggebu-gebu, seolah ingin membela kaum berseragam coklat-coklat itu.

Betul, tidak semua polisi jahat. Ada pula yang baik hati. Tapi, coba kita bandingkan dua aspek tersebut. Yang jahat dan baik. Saya memang belum menemukan data yang menunjukan jumlah polisi yang baik dan jahat. Namun, kita coba pakai hasil survei “profesi yang paling tidak dipercaya publik”. Polisi dengan angka 41%, ,menempati urutan ketiga setelah politisi dan pejabat kementerian.

Hasil survei Ipsos, sebuah perusahaan riset pasar global itu, menunjukkan bahwa masyarakat sudah muak dengan polisi. Bahkan, beberapa orang tua mengatakan, “boleh jadi apapun, asal jangan jadi polisi”. Itu disampaikan kepada anaknya. Padahal, dulu, ketika guru bertanya di sekolah, banyak anak bercita-cita jadi polisi. Saya nggak tahu, apakah di era kini, masih banyak anak SD yang bermimpi jadi polisi.

Kematian Argo di Tangan Mahasiswa UGM

Tentu ada alasan kenapa tak sedikit masyarakat membenci polisi. Dan alasan itu yang kita sudah paham. Selain suka merazia kendaraan yang ujung-ujungnya ‘minta duit’, lapor harus pakai duit. Selain itu juga dalam beberapa (banyak) kasus, polisi lamban menanganinya. Kaum bersenjata pistol itu nunggu kasus viral dulu baru mau menindak.

Belakangan, rumus “viral dulu baru diusut” dipakai untuk mengurus kasus tewasnya mahasiswa FH UGM Argo Ericko Achfandi (19 tahun). Argo yang menaiki Honda Vario meregang nyawa setelah tertabrak mobil BMW yang pengemudinya Christiano (21) mahasiswa FEB UGM. Kejadiannya pada Sabtu (24/5) dini hari di Jalan Palagan, Ngaglik, Sleman.

Sejumlah pengguna jalan menduga bahwa Cristiano mengemudi dalam keadaan mabuk. Meski begitu, Polres Sleman membantah tudingan tersebut setelah hasil tes urin menunjukkan Christiano negatif alkohol dan narkoba. Namun, publik tetap meminta polisi untuk usut tuntas kasus ini dan menegakkan keadilan untuk kasus Argo.

Sebab, dalam kasus Argo ini, ada kesenjangan sosial. Argo adalah kaum alit, sementara Christiano, bisa kita katakan adalah manusia golongan kelas atas. Beberapa sumber menyebutkan, Christiano adalah anak dari Setia Budi Tarigan, sosok penting di dunia keuangan dan otomotif Indonesia. Ayahnya menjabat sebagai Operational Director di FIF Group, sebuah perusahaan pembiayaan otomotif ternama.

Dari kelas sosial saja sudah menunjukkan adanya ketimpangan. Saya, dan mungkin publik khawatir, ketimpangan ini akan terus berlanjut pada proses hukum. Bahwa hukum kerap tumpul ke atas, tajam ke bawah. Orang kaya, dengan segudang harta kemewahannya, akan dengan mudah beraksi melalui lobi-lobi ke aparat penegak hukum. Tujuannya supaya anaknya tidak masuk penjara, dan lain sebagainya.

Penetapan Tersangka

Sampai artikel ini saya tulis, polisi pada Selasa (27/5) memang telah menaikkan status perkara dan menetapkan Christiano sebagai tersangka. Status penetapan tersangka ini diputuskan empat hari pasca kejadian, dan tentu saja nunggu viral dulu, usai publik ramai-ramai memasang tagar #JusticeForArgo. Akan tetapi, meski sudah menetapkan Christiano sebagai tersangka, polisi belum menahan sang pelaku.

Status sosial yang Christiano sandang dianggap publik berpengaruh terhadap tidak tertahannya tersangka. Kini publik hanya bisa berharap, Argo mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya. Aparat penegak hukum dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sejujur-jujurnya. Argo mendapat keadilan, sementara sang pelaku terhukum seberat-beratnya. Itu harapan kita semua bukan?

Tapi, sebesar-besarnya harapan yang kita panjatkan, ada kekecewaan besar pula yang selalu kita rasakan, bukan?

Ketika kita sangat mendambakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, ada rasa cemas dan takut yang kerap menghujani perasaan kita. Bukan karena cemas bakal tidak mendapat daging qurban di hari raya nanti. Melainkan cemas melihat perilaku-perilaku aparat penegak hukum, dan para pejabat publik, yang tak bisa menjunjung tinggi rasa kemanusiaan.

Viral Dulu, Diproses Kemudian

Kasus Argo yang baru tertangani setelah nunggu viral dulu, mengingatkan kita akan kejadian serupa di masa lalu. Tercatat, ada banyak kasus yang penegak hukum baru memproses pasca geger di medsos dulu. Saya sebutkan di antaranya yang masih ingat, kasus pembunuhan Vina Cirebon. Lalu kasus pembunuhan Afif Maulana dan kasus pemerkosaan tiga anak di Luwu Utara; serta sederet kasus lainnya.

Fenomena no viral no justice tentu mencoreng nama baik Polri. Sekaligus menggerus kepercayaan publik pada Korps Bhayangkara. Saya yakin, fenomena no viral no justice masih akan terus ada sampai kapan pun jika tidak ada perubahan yang signifikan di tubuh lembaga ini. Sampai Raffi Ahmad jadi presiden pun, publik tak akan percaya kepada polri jika yang dipikiran mereka hanya soal mengisi perut agar tidak kelaparan.

Akhir cerita, Polri harus berubah agar lebih profesional dan berorientasi pada pelayanan publik. Kualitas SDM perlu mereka tingkatkan, perbaikan sistem kerja, dan pembenahan budaya organisasi. Perubahan juga kita perlukan untuk mengoptimalkan kepercayaan masyarakat dan menjunjung tinggi supremasi hukum.

Semoga kinerja polri dan aparat penegak hukum lainnya di Indonesia, semakin baik dan progresif. Selain itu mengutamakan integritas, dan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat tertindas.

Hanya Ada 3 Polisi Jujur

Btw ngomongin polisi, saya tiba-tiba jadi ingat Gus Dur. Menurut Gus Dur, hanya ada tiga polisi yang jujur. Pak Hoegeng (Kapolri 1968-1971), patung polisi, dan polisi tidur. Itu celotehan. Namun, tentu saja ada makna di balik setiap guyonan sang mantan presiden, yang tentu berdasarkan fakta dan realitas yang terjadi.

Pernyataan Gus Dur tersebut tentunya masih akan sangat relevan, dalam beberapa tahun mendatang jika Polri tidak berbenah dalam banyak aspek. Tentu saja untuk melakukan perubahan itu perlu dukungan dari sistem pemerintahan dan budaya korupsi salah satunya, yang menjadi akar keburukan, perlu kita tumpas sedalam-dalamnya.

Polri dan lembaga apa pun, yang kinerjanya tidak pernah memuaskan publik, saya kira perlu membaca dan memahami Al-Quran Surat Ar-Ra’d ayat 11, yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” []

Tags: #JusticeForArgokinerja polisimahasiswa ugmNo viral no justicepolisi jujur
Khairul Anwar

Khairul Anwar

Lecturer, Sekretaris LTNNU Kab. Pekalongan & sekretaris PR GP Ansor Karangjompo, penulis buku serta kontributor aktif NU Online Jateng. Bisa diajak ngopi via ig @anwarkhairul17

Terkait Posts

#JusticeForArgo
Publik

#JusticeForArgo: Melawan Privilese Dalam Menegakkan Keadilan Korban

28 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Cahaya Kepemimpinan Perempuan

    Lima Cahaya Kepemimpinan Perempuan dalam Maulid Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Suara Menentukan Etika; Refleksi Teladan Nabi Melalui Surat Al-Hujurat Ayat 2

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw adalah Ahsan An-Nas Khalqan wa Khuluqan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Reshuffle Kabinet, Ketika Kesempatan Perempuan Kian Menyempit di Lingkar Kekuasaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Layak Memimpin: Membongkar Stigma Patriarki dalam Budaya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mendenyutkan Kembali Keadilan Zakat
  • Kehangatan dan Kesederhanaan Nabi Muhammad Saw dalam Kehidupan Sehari-hari
  • Reshuffle Kabinet, Ketika Kesempatan Perempuan Kian Menyempit di Lingkar Kekuasaan
  • Muhammad Saw, Sang Paripurna yang Dinanti Dunia
  • Perempuan Juga Layak Memimpin: Membongkar Stigma Patriarki dalam Budaya

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID