• Login
  • Register
Minggu, 26 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Keberangkatan: Hakikat Menjadi Perempuan

Tokoh-tokoh perempuan dalam novel Keberangkatan menceritakan proses masing-masing dalam memaknai hakikat menjadi perempuan. Lansih dan Elisa menunjukkan bahwa menjadi perempuan, mereka setia pada prinsip dan berani membela suara perempuan.

Wanda Roxanne Ratu Pricillia Wanda Roxanne Ratu Pricillia
06/02/2021
in Buku
0
Keberangkatan

Keberangkatan

177
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul                           : Keberangkatan

Pengarang                   : Nh. Dini

Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit                : 2019

Jumlah Halaman         :191 halaman

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas
  • Lubna al-Qurtubi : Budak Perempuan Pejuang Literasi
  • Helene Cixous; Menulis Sebagai Resistensi Perempuan
  • Sebuah Obituari; Suara Perempuan dalam Karya NH Dini

Baca Juga:

Writing for Healing: Mencatat Pengalaman Perempuan dalam Sebuah Komunitas

Lubna al-Qurtubi : Budak Perempuan Pejuang Literasi

Helene Cixous; Menulis Sebagai Resistensi Perempuan

Sebuah Obituari; Suara Perempuan dalam Karya NH Dini

ISBN                           : 978-979-22-5836-3

Mubadalah.id – “… baru setelah terpaksa, mereka mengawini perempuan-perempuan itu. Atau kalau perempuan itu mereka sukai untuk sementara. Sampai pada suatu ketika, jika bosan, dicerai, cari lainnya,” kata Lansih.

Cuplikan sinopsis dalam novel Keberangkatan ini adalah salah satu hal yang membuat saya penasaran untuk segera membaca, yaitu tentang hakikat perempuan. Novel Keberangkatan  ini pertama kali terbit pada tahun 1977, namun masih memiliki relevansi ketika dibaca tahun 2021 atau setelahnya.

Keberangkatan adalah buku pertama NH. Dini yang selesai saya baca dengan cepat. NH. Dini menceritakan dengan bahasa yang ringan, mengalir dan tidak banyak kejutan namun memiliki konflik yang jelas. Tokoh-tokoh dalam cerita ini memiliki karakteristik yang kuat, terutama tokoh-tokoh perempuan.

Novel Keberangkatan ini bercerita tentang Elisa, gadis keturunan Belanda-Indonesia yang jatuh cinta pada seorang lelaki Jawa. Selain kisah cinta, ada juga konflik dan drama yang mengiringi kehidupan Elisa dan keluarganya. Ada pencarian jati diri dan hakikat menjadi perempuan yang berhubungan dengan silsilah keluarga.

Latar belakang Novel Keberangkatan ini adalah setelah kemerdekaan Indonesia dari perspektif gadis “Indo” yang lebih dominan berbahasa Belanda namun merasa sebagai orang Indonesia asli. Namun keadaan saat itu cukup menegangkan sehingga orang-orang keturunan Belanda mengalami diskriminasi dan penolakan sosial.

Buku ini mengawali dan mengakhiri cerita dengan keberangkatan. Elisa, tokoh utama dalam novel ini sangat dekat dengan NH. Dini, yaitu sama-sama menjadi pramugari. Sehingga apa yang diceritakan dalam kehidupan Elisa sehari-hari begitu alami dan nyata.

Kisah percintaan dan keluarga begitu dominan dalam Novel Keberangkatan ini. Pada zaman itu, norma sosial mengajarkan bahwa perempuan dididik untuk menunggu, untuk pasif terutama dalam hubungan romantis. Dan laki-laki pun tidak dididik untuk berterus terang tentang perasaaannya sehingga tidak ada kejelasan hubungan.

Meski merupakan keturunan Belanda dan memiliki kehidupan yang bebas, tapi Elisa memiliki prinsip seperti perempuan Indonesia pada umumnya. Dia tidak mau berhubungan seksual sebelum pernikahan. Dia tidak ingin menjadi perempuan murahan yang mudah disentuh dan dimiliki oleh siapa pun. Kegigihan Elisa dalam menjalankan prinsip ini menjadi salah satu kekuatannya dalam hakikat menjadi perempuan.

Elisa, seperti kebanyakan perempuan di Indonesia, sangat mendambakan perkawinan. Sehingga persoalan tentang percintaan menjadi hal yang utama baginya sebagai perempuan. Karena itu perempuan menjadi sentimentil dalam memikirkan cinta dan perkawinan. Lalu Elisa bertanya pada Lansih apa gunanya perempuan hidup jika tidak memiliki pengalaman perkawinan dan memiliki keluarga.

Lansih berkata, “Perkawinan bukan satu-satunya tujuan dalam hidup. Masing-masing kita wajib mencari pengisian yang sesuai dan sepadan guna mengimbangi kebutuhan jiwa. Oleh karenanya cerita manusia tidak berakhir hanya pada perkawinan. Jangan kau kira orang-orang yang telah kawin tidak mempunya persoalan lagi dalam hidupnya”.

Hal ini masih bisa kita temui di tahun 2021, jauh setelah novel ini terbit. Masih ada perempuan atau masyarakat yang terobsesi dengan pernikahan sehingga apapun masalah yang dialaminya maka pernikahan seolah satu-satunya jalan keluar. Sama seperti zaman Elisa, sekarang masih ada yang beranggapan bahwa pernikahan itu pasti dan selalu membahagiakan.

Mungkin saat itu perempuan tidak memiliki banyak pilihan karena memang dididik untuk pasif dan menjadi pihak yang dipilih saja. Namun saat ini, perempuan memiliki kesempatan, pilihan dan ruang yang lebih luas untuk menjalani peran. Sudut pandang Lansih saat itu menjadi hal yang tidak umum dalam masyarakat.

Sekarang perempuan tidak hanya memikirkan tentang hal pribadi yang berhubungan dengan asmara, namun juga dapat menempati posisi sosial untuk memberikan manfaat seluas-luasnya. Jadi harapan hidup menjadi lebih tinggi karena perempuan sekarang sudah dapat memilih yang terbaik bagi hidupnya.

Selain kisah tentang percintaan, hakikat perempuan diceritakan dalam pertemanan antara Elisa, Lansih dan teman-teman serumahnya. “Aku ingin menambahkan, jangankan suami-isteri, wanita dengan wanita pun cekcok kalau hidup bersama tanpa ada keserasian sifat dan kebiasaaan”, kata Elisa.

Sikap dan sifat teman-teman kita yang biasa ditunjukkan tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar menjadi karakter mereka. Hal ini diceritakan dengan ketidakcocokan Elisa dan teman-teman serumahnya dengan Rini.

Menurut Lansih, untuk mengenal seseorang dengan baik setidaknya kita butuh tinggal bersama selama satu sampai dua bulan. Biasanya orang-orang akan memperlihatkan sisi baiknya saja dan kita tidak memiliki banyak waktu untuk menemukan sifat dan karakter negatif dari orang lain.

Di luar itu, akhirnya Elisa dan Lansih memiliki teman-teman serumah yang menyenangkan seperti Anna dan Rini. Hubungan pertemanan dengans sesama perempuan ini mungkin jika direfleksikan dalam dunia modern kita akan menyebut ini sebagai women supporting women.

Tokoh-tokoh perempuan dalam novel Keberangkatan menceritakan proses masing-masing dalam memaknai hakikat menjadi perempuan. Lansih dan Elisa menunjukkan bahwa menjadi perempuan, mereka setia pada prinsip dan berani membela suara perempuan. []

Tags: NH DiniNovel KeberangkatanPenulis PerempuanSastra Nusantara
Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Nalar Kritis Muslimah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

23 Maret 2023
Korban Kekerasan Seksual

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

12 Maret 2023
Isu Gender

Etin Anwar: Isu Gender dalam Pandangan Filsafat Islam

4 Maret 2023
Women’s March

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part III-Habis

13 Januari 2023
Dongeng dari Gus Mus

Awas, Manusia! Dongeng dari Gus Mus untuk Gen Alpha

10 Januari 2023
Relasi Mubadalah

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part II

4 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist