• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Memaknai Women Supporting Women

Kita dapat memaknai women supporting women berdasarkan pengalaman konkrit yang sudah kita lakukan untuk perempuan lain, termasuk kritik yang membangun. Kadang orang tidak beda membedakan kritik dan intimidasi, sehingga ketika ada yang mengkritik dianggap menjatuhkan.

Wanda Roxanne Wanda Roxanne
30/01/2021
in Personal, Rekomendasi
1
Women Supporting Women

Women Supporting Women

503
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sekitar seminggu yang lalu, komentar Kalis Mardiasih di Twitter tentang sepatu syar’i menjadi viral. Sepatu yang diklaim Anisa Rahma sebagai sepatu syar’i itu yang sedang dikritik Kalis. Namun ada juga netizen yang menilai bahwa komentar Kalis ini bertentangan dengan Women Supporting Women yang biasa Kalis lakukan.

Sebenarnya sepatu yang terdapat klaim syar’i itu adalah tipe sepatu platform, bukan bentuk sepatu yang baru. Penggunaan kata “syar’i” menjadikan produk lain yang tidak memiliki hak tinggi menjadi “tidak syar’i”. Apakah high heels juga bisa berarti syar’i hanya karena bisa menjaga gamis dari kotor? Tentu saja. Sandal japit dalam hal ini termasuk yang tidak syar’i dong?

Dalam sudut pandang saya, yang Kalis kritik adalah kata syar’i untuk branding produk. Syar’i itu melakukan sesuatu berdasarkan ketentuan dan ketetapan Allah. Kalaupun yang menjual produk “sepatu syar’i” adalah laki-laki, saya yakin Kalis tetap akan mengomentari itu. Tapi komentar Kalis dimaknai sebagai perempuan versus perempuan, bertolak belakang dengan women supporting women.

Jadi sebenarnya women supporting women itu apa? Apakah itu berarti perempuan harus mendukung semua perempuan tanpa kecuali? Apakah memberikan kritik berarti tidak mendukung perempuan lain?

“Woman supporting woman adalah sebuah kesadaran bahwa perempuan sebagai kelompok rentan mesti saling mendukung kelompok rentan lainnya. Kesadaran ini memiliki kepercayaan, bahwa pengalaman tubuh dan pengalaman sosial perempuan lebih mudah sesama perempuan memahaminya”, kata Kalis.

Baca Juga:

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Jalan Mandiri Pernikahan

Kalis menjelaskan women supporting women dalam beberapa kasus yang memudahkan pembaca memahami memaknainya. Dia juga menceritakan apa yang bisa perempuan lakukan untuk mendukung perempuan lainnya. Lalu, apakah mengkritik berarti berlawanan dengan women supporting women?

Darimana Awal Mula Tagar Women Supporting Women?

Pada pertengahan 2020, tagar #womensupportingwomen disertai tagar #challengeaccepted menjadi viral. Tidak tahu siapa yang menggagas tagar ini, namun ada kemungkinan hal ini mulai dari aksi solidaritas perempuan di Turki setelah pembunuhan Pınar Gültekin oleh mantan pacarnya.

Saya pun turut mengunggah foto hitam-putih diri saya sebagai bagian dari aksi solidaritas itu dan menggunakan tagar #challengeaccepted dan #womensupportingwomen. Saya juga ingin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perempuan yang seringkali menjadi pihak yang teropresi hanya karena menjadi perempuan.

Aksi solidaritas ini perempuan di seluruh belahan Bumi yang melakukannya. Menurut Kompas, gerakan #womensupportingwomen merupakan salah satu cara bagi sesama perempuan untuk saling mendukung dan mensyukuri diri mereka sebagai perempuan.

Selain itu ada juga yang saling mengucapkan terima kasih kepada sesama perempuan sebagai bentuk pentingnya menjalin persahabatan antar perempuan. Mereka saling mengapresiasi dan mengkespresikan kekagumannya pada perempuan lainnya.

Namun, ada juga perempuan yang merespon negatif pada gerakan ini. Akun twitter @OnlineAlison mengatakan, “I just hate that women want to feel empowered and the first thing they think of is selfies”. Menurutnya memberdayakan perempuan bisa lebih dari sekadar foto selfie.

Perempuan Hebat Indonesia

Di Indonesia, perempuan-perempuan hebat seperti Najwa Shihab, Wulan Guritno, Cinta Laura, dan Tasya Kamila juga mengikuti aksi solidaritas ini. Najwa menuliskan caption “Karena perempuan kuat itu yang menguatkan perempuan lain,” di akun Instagramnya. “To all beautiful strong women out there. Dengan segala proses, the stronger we get. Stay bold & gold”, tulis Wulan Guritno.

Prince’s Trust, badan amal di Inggris Raya yang didirikan oleh Pangeran Charles pun mengusung tema women supporting women untuk perempuan muda. Mereka mengartikan women supporting women sebagai kelompok yang memiliki semangat dan berkomitmen untuk mengubaah kehidupan perempuan muda di Prince’s Trust dengan memberikan keterampilan untuk hidup, belajar dan mengasilkan uang.

Di Indonesia, kita dapat melihat energi perempuan mendukung perempuan lainnya dalam aksi kamisan, women’s march, kampanye 16 HKTP (Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan), aksi pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, dll. Masih banyak lagi gerakan yang dilakukan bersama dalam lingkar komunitas.

Gerakan Personal Women Supporting Women

Dalam gerakan personal, women supporting women saya terapkan dengan membeli dagangan teman-teman perempuan saya, memberikan dukungan dan bantuan saat ada teman ada yang keluarganya positif COVID-19, membantu mengasuh anak saudara, dsb. Dalam komunitas, saya dan teman-teman Puan Menulis menjadikan komunitas sebagai ruang aman dan support system bagi sesama perempuan penulis.

Lalu apakah mendukung perempuan lain itu hanya saling mengapresiasi, mendukung dan melindungi satu sama lain? Tentu tidak. Perempuan juga memiliki blind spot, makanya kita butuh orang lain untuk mengingatkan hal tersebut. Perempuan juga melakukan kesalahan dan punya kekurangan.

Kata Dian Sastrowardoyo, orang yang membenarkan kesalahan kita hanya untuk menyenangkan hati kita, mereka bukanlah teman yang sebenarnya. Justru teman yang sebenarnya akan jujur saat kita salah dan mengapresiasi saat kita berhasil melakukan sesuatu. Apakah kita harus tetap mendukung dan mengapresiasi teman yang korupsi atau menelantarkan anaknya? Tentu tidak.

Sayangnya, tidak semua orang menganggap kritik adalah hal yang positif untuk mengembangkan diri. Seperti kata Kalis, norma lama mengajarkan sesama perempuan untuk berkompetisi. Dalam psikologi evolusi hal ini biasa bernama kompetisi intraseksual atau persaingan antar perempuan. Sehingga kritik itu sama saja seperti lawan dari mendukung, yaitu menjatuhkan.

Kita dapat memaknai women supporting women berdasarkan pengalaman konkrit yang sudah kita lakukan untuk perempuan lain, termasuk kritik yang membangun. Kadang orang tidak beda membedakan kritik dan intimidasi, sehingga ketika ada yang mengkritik itu sama seperti menjatuhkan. []

 

Tags: GenderkeadilanKesalinganKesetaraanperempuanPerempuan BerdayaWomen Supporting Women
Wanda Roxanne

Wanda Roxanne

Wanda Roxanne Ratu Pricillia adalah alumni Psikologi Universitas Airlangga dan alumni Kajian Gender Universitas Indonesia. Tertarik pada kajian gender, psikologi dan kesehatan mental. Merupakan inisiator kelas pengembangan diri @puzzlediri dan platform isu-isu gender @ceritakubi, serta bergabung dengan komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Narasi Gender dalam Islam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

22 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Jalan Mandiri Pernikahan

Jalan Mandiri Pernikahan

22 Mei 2025
Age Gap

Berhenti Meromantisasi “Age Gap” dalam Genre Bacaan di Kalangan Remaja

22 Mei 2025
Catcalling

Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version